BAB 8

472 81 10
                                    

Ada banyak rahasia di masa lalu yang disembunyikan dan bahkan belum terungkap hingga hari ini.Jung Jeffrey, si pemeran tanpa dialog yang hidupnya diatur oleh penulis dan akan selamanya begitu, seharusnya begitu. Cerita puluhan tahun lalu, disarankan kamu membacanya dalam buku Transmigrasi Gadis Pemalas mengubah semuanya hingga saat ini. Pertanyaan - pertanyaan yang ada dalam benak Zora perlahan menemukan jawaban dan menimbulkan pertanyaan lain lagi.

Masa lalu, masa kini dan masa depan adalah satu kesatuan yang terikat dalam sebuah benang merah. Zora yang bertemu dengan Shaka dan keluarga Shaka bukanlah kebetulan. Singkatnya Anne sudah mengatur semuanya, alasan kenapa sedari dulu Anne mengundang teman satu kelas Shaka ke rumahnya adalah bagian dari rencana untuk bertemu dengan Zora. Anne tidak akan pernah lupa kejadian saat Shaka dan Zora masih SD, dimana Shaka melakukan bully terhadap Zora dan alasan lain yang Anne tidak bisa sebutkan sekarang.

Perihal tentang Jeffrey, dia memanglah salah satu tokoh pembantu dalam novel dan alasan kenapa Jeffrey bisa hidup dan tidak lagi dalam novel adalah karena memang sedari awal novel itu tidak ada. Di buku sebelumnya sudah dijelaskan jika yang Rafan dan semuanya alami adalah halusinasi mereka saat koma. Mari katakan saja kehidupan alam bawah sadar mereka.

"Selamat pagi mniez" sapa Zora ke sahabatnya Resi dan Paris.

"Selamat pagi juga mniez, sudahkah kamu bersyukur hari ini?" tanya Paris yang tidak seperti biasanya. Hari ini Paris terlihat lebih berbeda baik itu dari penampilan dan perilaku. Zora mengamati Paris yang tampak beda. Zora memindai Paris dari bawah sampai atas dan terkejut setelah melihat Paris yang sangat amat berbeda

.

"Wahhh sobat satu ini rambut baru kah?" tanya Zora menatap heran rambut Paris yang rapi dengan style rambut yang terbelah dua.

"Betul sekali, menuju pertobatan duniawi jadi dimulai dari penampilan terlebih dahulu" jawab Paris tersenyum seperti logo Kumon.

"Hilih si najis" ujar Resi yang mendengar jawaban Paris, jelas - jelas saja Paris berbohong.

"Bohong Zo. Dia dipaksa potong rambut sama bapaknya karena minggu depan dia bakal naik sidi katanya" ujar Resi yang ikut dalam obrolan Paris dan Zora

"Anjay bentar lagi dosa tanggung sendiri nih. Selamat bray" jawab Zora

"Terima kasih bray, lu berdua dateng kan hari minggu ke gereja gue. Ntar gua sherlock" ujar Paris masih dengan senyumannya.

"Gak dulu deh" jawab Resi tidak minat

"Tega lo Res, gue ini sahabat lo yang terbaik sepanjang perjalan hidup lo" ujar Paris dramatis.

"Minimal mikir lah, Resi kan Islam. Otaknya dipake jangan dipake nonton bokep mulu" ujar Zora mendengar ucapan Paris yang sangat bodoh.

"Lah iya ya, hahaha" tawa Paris garing dan memilih menghindar sebelum diamuk oleh Zora dan Resi.

"Tolol emang" kesal Resi yang di angguki oleh Zora.

Zora berjalan ke bangkunya dan belum mendapati Shaka ataupun tas Shaka, Zora berpikiran kalau Shaka belum datang. Lagipula apa peduli Zora jika laki - laki itu belum datang.

"Gaes, gaes, gue dapat info terhangat nih" ujar Alvaro yang tiba - tiba masuk kelas tanpa meletakkan tasnya terlebih dahulu.

"Apa?" tanya Zora dengan rasa penasaran yang tinggi, diikuti sahutan dari teman satu kelas yang lain.

"Hari ini ulang tahun Shaka yang ke-18 dan malam ini akan ada pesta ulang tahunnya terus kita satu sekolah bakal diundang" ujar Alvaro dengan heboh dan respon teman satu kelasnya tak kalah heboh, di bayangan mereka adalah pesta anak orang kaya yang mewah dan glamour.

"Asik makan gratis" ujar Paris dan Zora bertos ria.

"Asik kita party malam ini" ujar Raden dan teman satu kelasnya yang lain yang tak kalah heboh.

"Ada info lebih hot lagi gaes, tadi gue juga denger kalau malam ini Shaka dan keluarganya akan mengumumkan pertunangan Shaka" lanjut Alvaro yang membuat kelas semakin riuh,

"Anjay kaya di drakor - drakor. Keren banget pasti" ujar Zora yang di angguki oleh Resi.

"Kelakuan orang kaya memang selalu bikin tercengang, gak heran lagi kalau habis ini Shaka langsung menikah walaupun masih SMA" ujar Paris.

"Betul, betul, betul" jawab Zora

"Nah mumpung Shaka di kelas kita, kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin. Siapa tau souvenir nikahan dia Dior, terus ntar malam kita dikasih emas 24 karat. Dan jangan lupa ntar malam bawa plastik atau gak karung. Jangan lewatkan kesempatan nanti malam" ujar Zora sungguh - sungguh, otaknya sudah menyusun skenario untuk gratisan nanti malam.

"Dan jangan pakai baju yang terlalu ribet nanti kalau mau bawa bungkusannya susah" ujar Zora yang di angguki Paris. Sesungguhnya yang sangat mengerti isi otak Zora adalah Paris, karena urusan gratisan mereka berdua jagonya.

"Lu berdua aja, gue sih gak mau. Nanti malam pokoknya gue harus cetar membahana. Gue harus terlihat on point" ujar Tiara dengan nada sombongnya.

"Yaudah sih, kita juga gak ngajak lo. Dandan aja sana, kalau perlu sewa MUA" ujar Paris.

"Iya dong, gue juga harus pake baju mewah, elegan dan glamour" ujar Tiara dengan nada yang dibuat - buat.

"Gegayaan baju mewah, pay later lo noh bayar dulu" ujar Paris yang membuat Tiara kesal.

"Gue gak pakai pay later ya" ujar Tiara tidak terima dengan ucapan Paris

"Shaka datang, Shaka datang" ujar Alvaro dan semuanya bubar seolah tidak terjadi apa - apa.

Zora duduk dan memandang lurus kedepan. Dirinya sedang memikirkan baju apa yang akan ia kenakan nanti dan apakah diharuskan membawa kado. Dirinya lupa menanyakan itu pada Alvaro, atau apakah ada dresscode, biasanya pesta orang kaya begitu. Zora sibuk dengan pikirannya, apa saja yang harus dipersiapkan nanti malam. Sepertinya dia harus memakai pakaian longgar supaya balik dari pesta nanti bajunya tidak kesempitan karena terlalu buncit habis makan.

Shaka menyerngit bingung menatap tingkah Zora sedari tadi, dalam hati Shaka menerka - nerka apa yang sedang dipikirkan oleh Zora. Hingga Zora menoleh ke arahnya membuat Shaka menaikkan alisnya sebelah.

"Shaka, selamat ulang tahun ya. Semoga yang disemogakan tersemogakan. Semoga yang lebat semakin lebat dan semoga yang panjang semakin panjang" ujar Zora mengulurkan tangannya setelah memberikan ucapan kepada Shaka. Tapi Shaka tidak membalas uluran tangan Zora dan malah menatap tajam Zora.

"Tau dari mana ulang tahun gua?" tanya Shaka dingin.

"Itu hal yang mudah, sayang. Undangan untuk pesta ulang tahun lo aja udah tersebar luas di sekolah ini" jawab Zora menunjukkan poster undangan ulang tahun Shaka yang dia ambil dari grup kelas. Pasti sang mama dan papa yang melakukannya.

Zora serius membaca undangan tersebut, dan untuk dress code tidak terlalu spesifik hanya disuruh untuk memakai pakaian terbaik.

"Pakai seragam hansip oke nih" gumam Zora sembari serius membaca keterangan yang lain.

"Bawa pasangan?" ujar Zora dan beralih menatap Shaka.

"Haruto lagi di Korea, Yedam sama Mashiho gak ada kabar, Jaemin lagi sibuk kerja. Jadi siapa yang akan menjadi pasanganku?" tanya Zora lagi.tapi kali ini diutarakan untuk dirinya sendiri. 


Halo gaess, long time gak ada kabar ya. Huhuhu belakangan ini banyak banget tugas kuliah dan juga banyak yang harus aku selesaikan. Semoga kedepannya bisa update lebih rajin lagi ya teman - teman. 

Selamat natal bagi yang merayakan ya...

Jangan lupa vote dan komen ya gaess, see you....

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang