BAB 12

376 60 5
                                    

"Kenapa tiba - tiba ngajak gue kesini?" tanya Zora pada Shaka yang terlihat santai duduk di depan Zora. Setelah insiden Shaka mengatai Zora bodoh, Zora mengiyakan ajakan Shaka untuk keluar kelas dan berujung di kantin.

Shaka menghela nafas dan menatap Zora, Shaka melonggarkan dasi sekolahnya dan menatap Zora. "Lo benar - benar pura - pura lupa?" tanya Shaka dengan tatapan curiga.

"Pura - pura lupa apaan?" tanya Zora yang tidak mengerti arah pembicaraan Shaka.

"Lo gak benci sama gue?" tanya Shaka lagi. Zora membalas tatapan Shaka, keduanya beradu tatap.

"Kalau lo?" Zora bertanya balik.

"Lucu banget ya hidup" Zora mengalihkan tatapannya dari Shaka.

Kalau ditanya apa Zora takut, tentu saja ia takut, sangat takut. Shaka adalah orang yang merundungnya di masa lalu. Berpura - pura biasa saja adalah hal yang paling Zora benci tapi sayangnya hanya itu yang ia bisa ia lakukan. Memang benar ia sudah dewasa dan sudah bisa membela dirinya sendiri, tapi bagaimana kalau Shaka kembali merundungnya? Ia tidak punya siapa - siapa lagi yang akan selalu menghiburnya seperti yang dilakukan papa Jeffrey. Zora tidak bisa menebak apa yang akan Shaka lakukan, laki - laki itu sangat sulit dibaca.

"Apa gue harus pindah sekolah lagi, untuk ketenangan hidup seorang Shaka" ujar Zora dengan nada menyindir, Shaka tidak menanggapi ucapan Zora. Pria itu hanya menatap Zora tanpa mengalihkan tatapannya.

"Kalau gue bilang alasan gue ngelakuin hal di masa lalu itu, lo akan percaya?" tanya Shaka dengan suara rendah.

"Misalnya?" tanya Zora.

"Gue suka sama lo" jawab Shaka enteng. Siapapun tahu itu bukanlah jawaban serius, mengatakan suka kepada orang yang disukai dengan santai dan tidak ada beban, apakah itu bisa dikatakan serius? Ditambah raut wajahnya yang seolah menghina, sangat tidak meyakinkan.

"Suka melihat gue menderita" sambung Zora tampak tidak kaget mendengar jawaban Shaka. Shaka tidak merespon ucapan Zora yang terakhir dan Zora yakin dengan Shaka tidak merespon artinya adalah iya.

"Gimana kalau gue bilang, gue bisa lihat masa depan. Apa lo akan percaya, Zora?" tanya Shaka serius.

"Apa lo akan percaya kalau selama ini gue hidup dalam rasa bersalah?" tanya Shaka, raut wajahnya tetap datar tetapi nada suaranya cukup menjelaskan semuanya.

"Hidup dalam rasa bersalah? Lawak lo. Hidup bahagia, keluarga harmonis, semua orang sayang sama lo, lo bisa melakukan apapun yang lo mau. Itu hidup dalam rasa bersalah?" sindir Zora tersenyum getir

"Sedangkan gue? Harusnya lo gak berhak bahagia, Shaka" lanjut Zora.

"Bahkan setelah hari dimana lo bikin gue hancur, lo masih bisa tersenyum bebas" ujar Zora tertawa hambar.

"Gue selalu berdoa, ada hari dimana lo menderita" Zora menatap Shaka yang sedari tadi juga menatapnya.

Shaka tersenyum miring mendengar perkataan Zora, sesuai dugaan perempuan di depannya ini tidak akan percaya, ia juga tahu kalau Zora sangat membencinya, ia senang untuk hal itu tapi ada hal lain yang selalu mengganggunya.

Zora beranjak dari bangku kantin dan pergi begitu saja meninggalkan Shaka. Shaka hanya diam saja, tidak berniat mencegah dan hanya menatap punggung Zora yang semakin menjauh. Semuanya menjadi semakin rumit, ia memperumit semuanya. Kehadiran Zora membuat semuanya menjadi lebih rumit.

"Dasar stres, gila, bener bener gila" dumel Zora berjalan sendiri di koridor sekolah.

Zora membelokkan langkahnya menuju perpustakaan, tempat favorite Zora di sekolah setelah kantin. Zora mengelilingi setiap rak buku sambil mencari buku yang kira - kira bagus untuk ia baca. Zora mengambil sebuah buku novel. "The future not ours to see" merupakan judul novel yang Zora ambil.

"Kaya pernah denger deh judulnya" gumam Zora sembari membolak - balikkan buku tersebut. Zora fokus pada buku yang ada di tangannya dan tidak memperhatikan langkahnya. Hingga ia menabrak seseorang. Zora mendongak melihat dada siapa yang ia tabrak.

"Shaka" gumam Zora. Zora bertanya - tanya, sejak kapan Shaka ada di perpustakaan, apakah Shaka mengikutinya.

"Wah, lo ngikutin gue ya?" tuding Zora menatap Shaka curiga.

"Iya" jawab Shaka santai dan menarik tangan Zora, membawa Zora ke sudut ujung perpustakaan.

"Jangan asal tarik dong, ini manusia bang bukan kerbau" ujar Zora, menyadari dirinya ditarik oleh Shaka.

"Gue yang nulis buku itu" ucap Shaka tiba - tiba yang mengundang tatapan bingung dari Zora.

"Buku ini?" tanya Zora menunjukkan buku yang ada di tangannya, buku yang ia ambil tadi.

"Tapi nama lo kok gak ada di sini?" Zora membolak balikkan buku tersebut dan membaca nama penulis dengan teliti.

"Bukan itu, tapi buku La La La Lost You" ujar Shaka yang membuat Zora terdiam.

"Gue berbohong soal yang kemarin" ujar Shaka seolah mengetahui isi pikiran Zora.

"Mau mendengar kisah La La La Lost You yang sebenarnya?" tanya Shaka serius yang dijawab anggukan oleh Zora. Bahkan hingga kini tokoh yang tidak bisa Shaka ketahui isi pikirannya adalah Zora, hanya gadis itu yang mengganggunya dan membuat semuanya semakin rumit.




Halo semuanya...

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow yaa. Oh iya yuk lihat pengenalan karakter cerita ini di akun instagram aku todayis.winda yaaa. Di akun instagram aku juga akan ada versi yang engga ada di wattpad, jadi pantengin terus yaaa 

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang