BAB 7

700 100 17
                                        

"I wanna be your lover don't wanna be you friend" Zora berteriak  memasuki kelas membuat orang - orang yang ada di kelas dibuat kaget dengan suara gadis itu.

"Nice try lagi kah?" tanya Paris mendekati Zora yang sudah duduk di bangkunya

"Bukan gue tapi lu" ujar Zora dengan nada mengejek yang membuat Paris kesal

"Gak usah diperjelas babi, gue kira lu juga nt tadinya mau bilang akhirnya aku tidak sendiri" ujar Paris masih dengan kekesalannya kepada Zora.

"Mau bilang nt tapi gua demennya fiksi bau tanah gelar almahrum. Sekalinya suka sama yang real malah ke Haruto yang sama aja" ujar Zora 

"Sama - sama apa Zo?" tanya Paris 

"Sama - sama gak bisa diraih lah anjing, pake nanya lagi" jawab Zora kesal padahal Paris bertanya serius. 

"Haruto yang anime itu kah?" tanya Paris lagi

"Bukan cok, Watanabe Haruto cok. Pokoknya cakep lur dalem deh. Tapi target pasarnya bukan modelan fangirl modal bacot kaya gue" ujar Zora dengan nada sedih yang dilebih - lebihkan. 

"Bener juga sih, yakali orang ganteng dan kaya mau sama modelan kaya lu. Kayanya mesti mikir 100 kali dulu deh. Kamu kan beban" ujar Paris yang sedetik kemudian mendapat amukan dari Zora. 

Zora bersikap seperti tidak terjadi apa pun pada dirinya. Zora selalu berusaha baik - baik saja, ia tidak berpura - pura tapi ia berusaha. Zora berusaha mencari kebahagiannya, ia tidak mau dan tidak ingin berlarut - larut dalam kesedihan. Masih banyak yang harus diselesaikan. 

Empat belas tahun lalu, saat Zora masih berusia tiga tahun Jefferey menemukan Zora dan mengangkat Zora sebagai anaknya. Jung Jefferey, orang baik yang mau merawat Zora dengan penuh cinta. Jung Jefferey si pemeran tanpa dialog. Ada banyak cerita di masa lalu yang tidak bisa dikatakan begitu saja. Mungkin seiring berjalannya waktu alam akan bercerita bagaimana masa lalu berjalan. 

Lalu pertanyaan yang sampai saat ini belum ada jawabannya adalah siapa orang tua dari Zora dan bagaimana bisa Jefferey menemukan Zora? Tidak ada yang tahu kecuali Jeffrey, tapi Jefferey membawa semua cerita itu bersama dirinya yang sudah tidak ada. 

"Wehhhh bagi PR matematika, gue belom selesai" ujar Zora yang panik. Ia lupa mengerjakan tugas matematika karena terlalu asik menggalau tadi malam. 

"Gue juga belum selesai cok, ini gue mau minta contekan dari lu" ujar Resi yang ternyata sama saja dengan Zora. 

"Gue mau minta contekan dari Raden lu, meskipun harus mendengar ceramahnya dia yang penting PR gue kelar" ujar Resi meninggalkan Zora. 

Zora menoleh ke samping dan melihat Shaka yang duduk santai sambil membaca buku yang Zora tidak tahu isinya apa. 

"Shaka" panggil Zora, Shaka mendongak dan melihat Zora.

"Liat PR matematika dong" ujar Zora dengan muka yang dibuat imut, bukannya lucu tapi malah aneh dan Shaka ngeri melihat kondisi muka Zora. 

"Aneh" ujar Shaka tanpa merespon ucapan Zora dan kembali melanjutkan membaca bukunya.

"Pelit banget sih, nanti jadi pacar gue deh kalau lu mau kasih gue contekan matematika" ujar Zora dengan sangat percaya diri

"Kenapa lu harus jadi pacar gue?" tanya Shaka menutup bukunya dan menatap Zora, Shaka terlihat tertarik dengan topik obrolan mereka sekarang.

"Gue punya banyak meme, terus nih yaaa gue itu kaya cewek - cewek yang ada dibuku fiksi. Sifat gue lemah lembut, kalau dilihat pake mata batin gue cantik banget, setaralah sama Jisoo Blackpink. Gue juga multifungsi" ujar Zora dengan sangat percaya diri. 

"Gak menarik" ujar Shaka yang tentu saja hal itu mengundang emosi Zora.

"Mending kasih dulu deh PR matematika lu, nanti gue tunjukin kehebatan yang gue punya. Janji deh gue" ujar Zora. Tanpa menunggu persetujuan Shaka, Zora langsung mengambil buku yang ada di meja Shaka. Zora tersenyum dan membuka buku tersebut yang ternyata bukan buku matematika Shaka. Zora menoleh ke arah Shaka sedangkan Shaka hanya diam dengan raut wajah yang sangat sulit dijelaskan.

"G-gue gak liat" ujar Zora dengan cepat mengembalikan buku tersebut

"Liat dikit doang sihhh, he he he" ujar Zora menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

Buku Shaka yang dia ambil bukanlah buku matematika tapi buku dengan gambar - gambar wanita dan laki - laki telanjang. Zora kaget melihat buku tersebut dan juga heran kenapa harus mengumpulkan foto di buku, seharusnya kan bisa di handphone. 

"Udah dewasa juga kan lu, kalau liat juga gak bakal gimana - gimana" jawab Shaka dengan santai, kelewat santai bagi Zora. 

"Dan lu gak baca itu buku siapa?" tanya Shaka yang dibalas gelengan oleh Zora. Zora mengambil kembali buku tersebut dan melihat siapa nama pemilik buku tersebut. 'PARIS' nama yang terpampang jelas di sampul buku. 

"Bajingan kau Parisssssss" teriak Zora emosi, sedangkan Paris sibuk bermain uno bersama  Alvaro, Raden dan teman laki - laki kelasnya yang lain. 

Shaka tersenyum melihat Zora yang kesal dan mengambil buku miliknya dari dalam tasnya. Shaka mempunyai tawaran yang menarik untuk Zora.

"Gue punya tawaran yang menarik" ujar Shaka memperlihatkan buku matematika miliknya

"Gue kasih buku matematika gue, tapi let's do seperti yang liat lu tadi" ujar Shaka

"Wahhh wahhh titid kecilmu itu minta dipotong kah? Kau pikir harga diriku sebatas jawaban matematika. Mending gue gak lulus dari pada harus begituan. Tobat cokkkkk" ujar Zora yang tidak habis pikir dengan Shaka. 

"Tidak kusangka dirimu seperti itu, wahhh dasar kau keong racun baru kenal udah ajak tidur. Anjirrr mana masih SMA begaya banget anjingggg" umpat Zora tanpa memikirkan perintah Raden yang mengatakan jangan sembarangan berbicara kepada Shaka, tapi demi apa pun Zora tidak peduli.

"Tapi yang gue maksud melakukan ini" Shaka menunjukkan cover buku Paris dengan gambar dua orang yang sedang berdiskusi.

"Lu lihat ini kan tadi? Atau lu?" tanya Shaka menggantung kalimatnya

"Bajingan, ya gue mikirnya foto telanjang yang lagi itu - ituan anjing. Lagian kalau ngomong yang bener cok" kesal Zora yang sebenarnya ia juga menahan malu. 

"Gue kira lu beneran ngajak gue ekhm ekhm, kan gue kaget. Kalau udah sah sih gue gas aja. Tapi kan kita masih SMA dan masih unyu - unyu" lanjut Zora yang sudah tidak kesal lagi

"Ekhm ekhm? maksudnya?" tanya Shaka bingung

"Pikir aja sendiri" ucap Zora malas. 

"Hahaha sorry sorry, gue ngerti kok maksudnya" ujar Shaka tertawa melihat Zora yang kesal, jika dilihat - lihat membuat Zora kesal adalah kebahagiaan Shaka.

"Kenapa gak dari dulu gue mau dipindahkan kalau selucu ini" ujar Shaka tanpa sadar

"Ha? Lu ngomong apa cok?" tanya Zora yang samar - samar mendengar apa yang Shaka ucapkan. 

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang