BAB 20

271 44 1
                                    

Zora melihat Shaka yang duduk seolah - olah tidak terjadi apa - apa. Padahal beberapa menit yang lalu Shaka mengatakan hal yang sangat serius bagi Zora. Meskipun Zora mengatakan kepada Shaka kalau ia tidak takut akan kematian, tetapi sebenarnya dirinya sangat takut dengan yang namanya kematian. Semua yang ia katakan kepada Shaka hanyalah akal - akalannya agar Shaka tidak dengan mudah menilai dirinya. Intinya Zora punya alasan untuk jawaban kenapa ia tidak takut akan kematian, Zora takut nantinya Shaka akan menakut - nakutinya jika ia mengatakan kalau ia takut akan kematian. 

"Lagi ngapain bang?" tanya Zora melihat Shaka.

"Buta lo?" ujar Shaka sewot, sudah jelas - jelas Zora melihat Shaka hanya diam di bangkunya. 

"Bercanda bang" jawab Zora nyengir. 

"Sendal lo gimana? Aman?" tanya Shaka.

"Aman, untung lo kasih tahu tadi. Beli ini penuh dengan perjuangan lagi" jawab Zora menunjukkan sendal dengan warna hijau neon itu. 

"Kantin yuk, gue yang traktir. Sebagai ucapan rasa terima kasih" lanjut Zora tersenyum. 

"Emang punya duit?" tanya Shaka yang membuat Zora kesal. 

"Punya lah, habis ngangkang kemarin" jawab Zora yang membuat Shaka memukul pelan kepala Zora. 

"Mau gak?" tanya Zora dan beranjak dari kursinya. Ia mengulurkan tangannya ke hadapan Shaka, meniru adegan yang sering ia lihat di film kerjaan. Berlagak dirinya seorang pangeran- eh? bukankah situasinta terbalik? 

Shaka menerima uluran tangan Zora  dan menggandeng tangan Zora. Keduanya keluar dari kelas, masih tetap bergandengan tangan. Jangan tanyakan bagaimana reaksi teman satu kelasnya, mereka hanya melihat adegan itu dengan sikap bodo amat, karena itu bukanlah suatu yang langka atau sesuatu yang sangat luar biasa. Singkatnya kelas itu penuh dengan kegilaan yang sangat di luar nalar. 

Menurut teman - teman kelas Zora,  terutama Paris. Ia mengatakan kalau sebenarnya Shaka sama saja gilanya dengan mereka, hanya saja Shaka ketutupan oleh kegantengannya. Dan itu dibuktikan dengan tingkah laku Shaka yang semakin hari semakin aneh di kelas 11 IPA 4. Ada juga teori yang mengatakan,  lebih tepatnya teori dari Tiara. Kalau Shaka itu sebenarnya tidak aneh, hanya saja ketularan virus dari teman sekelasnya. Shaka ganteng nan sempurna yang ia kenali dulu sudah ternodai oleh virus jelek teman sekelasnya. 

"Tapi meskipun begitu, Shaka tetap ganteng kok dan perfect" ujar Tiara tersenyum bangga. 

"Lo berarti harusnya tau dong siapa jodoh gue di masa depan?" tanya Zora menatap Shaka yang menikmati makananya. 

"Tau" jawab Shaka singkat. 

"Siapa?" tanya Zora penasaran dan semakin mendekat ke Shaka. 

"Gue" jawab Shaka dengan singkat lagi tapi  berbeda dengan Zora yang langsung tersedak mendengar jawaban dari Shaka. 

"Sumpah? Demi apa?" tanya Zora tidak percaya. 

"Yaudah sih kalau gak percaya" jawab Shaka santai. 

"Kok lo santai banget sih?" tanya Zora lagi

"Ya mau gimana lagi, kalau bisa lo di tuker jadi kucing, gue jelas bakal milih kucing" jawab Shaka yang membuat Zora kesal.

"Gak seru banget sih, masa lo jodoh gue"ujar Zora masih tidak terima dengan jawaban Shaka tadi. 

"Tapi kok bisa ya?" tanya Zora lagi.

"Apanya?" tanya Shaka balik.

"Lo jadih jodoh gue? Maksudnya kok bisa gitu, secara kan gue bukan tipe lo dan gue juga bukan orang kaya. Terus lo juga bukan Sehun, kok gue mau gitu sama lo?" tanya Zora yang membuat Shaka kesal. 

"Mana gue tahu" jawab Shaka kesal dan meninggalkan Zora dengan makananya yang masih belum habis. 


ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang