Setelah dari rumah Paris, Zora dan Shaka pulang bersama. Sedangkan Resi dan Raden sudah pulang duluan. Awalnya Zora tidak mau pulang bersama dengan Shaka, tapi karena Shaka mengatakan ada hal serius yang ingin ia bicarakan, Zora setuju untuk pulang bareng Shaka. Raden dan Resi hanya mengangguk dan tidak bertanya lebih lanjut omongan serius apa yang hendak Shaka bicarakan dengan Zora. Karena menurut mereka semua orang punya privasi.
"Jadi?" tanya Zora menoleh ke Shaka. Keduanya berjalan beriringan menuju halte.
"Lama - lama capek juga ya" ujar Shaka yang tidak dimengerti oelh Zora.
"Lo capek jadi orang kaya?" tanya Zora.
"Capek liat kematian orang - orang" jawab Shaka frontal.
"Lo bisa liat kapan orang akan mati, tapi kenapa lo nggak nolongin mereka?" tanya Zora. Mendengar pertanyaan Zora, Shaka berhenti dan menatap Zora.
"Gue bukan pahlawan dan gue bukan malaikat. Itu bukan tugas gue dan itu bukan kewajiban gue. Dan meskipun gue menolong mereka itu engga akan merubah semuanya, itu udah garis takdir mereka. Dan gue engga sebaik itu" jawab Shaka.
"Ya tapi setidaknya kan coba dulu, Shaka" ujar Zora lagi.
"Udah gue bilang kan, kalau gue nggak sebaik itu" jawab Shaka. Zora hanya mengangguk mengerti, ia juga tidak punya hak dan kendali atas pilihan Shaka.
"Jadi omongan penting apa yang mau lo sampaikan, Shaka?" tanya Zora mengalihkan topik.
"Buku La La La Lost You, masih lo simpan kan?" tanya Shaka yang diangguki oleh Zora.
"Lo simpan baik - baik, suatu saat nanti bakal berguna buat lo dan juga gue" ujar Shaka tidak menjelaskan lebih lanjut maksud dari ucapannya.
"Apa rencana lo selanjutnya?" tanya Shaka tiba - tiba.
"Lo itu musuh gue, jadi bukan sebuah keharusan buat ngejawab pertanyaan lo" jawab Zora yang membuat Shaka mendengus kesal. Shaka menatap mata Zora dan Zora membalas tatapan itu. Keduanya saling menatap.
"Apa rencana lo Zora?" tanya Shaka lagi masih dengan menatap Zora.
"Kenapa?" tanya Shaka lagi yang membuat Zora kebingungan.
"Kenapa gue nggak bisa lihat kematian lo lagi" ujar Shaka yang membuat Zora kaget.
"Mungkin karena jimat gue lebih kencang kali" ujar Zora bercanda, ia mencoba menghilangkan suasana tegang diantara mereka.
"Busnya udah datang tuh" Zora mengalihkan tatapannya dan naik ke dalam bus diikuti oleh Shaka.
Didalam bus Zora hanya diam dan menjatuhkan pandangannya ke luar jendela, ia lebih memilih melihat kesibukan yang disuguhkan di sepanjang jalan dan ia tidak ingin mendapat pertanyaan aneh dari Shaka lagi. Sejujurnya ada banyak pertanyaan yang ia ingin ajukan kepada Shaka tapi ia belum siap mendengar jawaban Shaka. Ia belum siap jika nanti Shaka menjawab pertanyaan yang membuat harapan - harapannya lenyap. Ia tidak ingin cari penyakit untuk sementara ini.
Berbeda dnegan Shaka yang sedari tadi tidak melepaskan tatapannya dari Zora. Shaka sudah melihat banyak kematian tapi untuk pertama kalinya ia tidak bisa melihat kematian seseorang. Shaka mengingat kembali pertanyaan Zora "Kenapa ia tidak menolong?" sebenarnya Shaka pernah melakukannya. Shaka pernah mencoba untuk menyelamatkan seseorang dari kematian itu, dan seseorang itu adalah Zora. Tapi tidak berhasil, dan memang benar Shaka tidak punya kuasa dan kendali untuk itu. Untuk saat ini Shaka tidak ingin mengenang kematian Zora saat pesta ulang tahunnya yangg ke 17 dan kematiaan dirinya sendiri saat ulang tahunnya yang ke 27, biarlah nanti ia akan ceritakan semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENTALLY IN LOVE
Novela JuvenilSEQUEL TRANSMIGRASI GADIS PEMALAS!! Bisa dibaca terpisah, tapi bisa dibaca terlebih dahulu Transmigrasi Gadis Pemalas untuk alur cerita yang lebih jelas. Zora Anara, dia datang karena kesalahan waktu dimasa lalu tapi kesalahan itu membawanya menemu...