2

108 55 111
                                    

"Mbak" sapa Sifa dan Isyana.

"Eh adik-adikku datang" ucap Fiona terkekeh. Fiona memang dikenal dengan kegilaannya dan ia sangat pandai memanipulasi keadaan.

"Ih sorry gue mah adik mbak Thalia" ucap Sifa.

"Sono, noh Thalia" ucap Fiona yang membuat Thalia melirik. Mereka bergurau, pun dengan Thalia.

"Hei cepat duduk" ucap Kak Brian.

"Dih marah-marah aja saudara Ishana tuh" ucap Sifa yang ternyata Kak Brian adalah saudara Ishana.

"Kaga tau gue, saudara siapa sih" ucap Sifa yang mencari tempat duduk, karena duduknya lesehan.

Fiona terkekeh.
Ternyata mereka berdua pun sama gilanya.

Fiona duduk dibarisan kedua. Sidang pemilihan dimulai.
Kemudian menampilkan kandidat ketua untuk memaparkan visi misi secara jelas.

Fiona sedikit mengerutkan kening karena melihat Pramesti mencalonkan diri.

"Sheila?" panggil Fiona yang kebetulan Sheila ada didepannya.

"Apaan?" jawab Sheila ketus. Mendengar jawaban Sheila yang jutek, Fiona tidak melanjutkan pertanyaannya, ia tau Sheila sedang marah tapi ia tidak tau apa penyebab Sheila marah.

Sebelum ke acara pemilihan, ketua terdahulu membacakan laporan pertanggungjawaban semasa menjabat. Dan itu membuat Fiona badmood, ingat karena Fiona hanya setengah hati tidak enakan.

Fiona sudah berfirasat dirinya akan ditunjuk untuk membacakan sidang pleno, ia gelisah ingin pulang tapi ia bisa mengendalikan rasa gelisahnya itu.

Ponsel Fiona berbunyi, terdapat notifikasi dari teman-temannya yang menginfokan kabar duka datang dari nenek salah satu temannya.

Fiona segera ke belakang untuk menelfon temannya dan meminta melayat bersama. Di tengah ia berbincang di ponsel, ia mendengar namanya disebut untuk memimpin sidang pleno.

Fiona terlihat tenang karena ini kesempatan ia untuk pergi dari situ.

***

Hari pendidikan kilat untuk penerimaan anggota baru organisasi telah tiba. Setelah melewati banyak drama dan konflik kaderisasi, akhirnya para pengurus berangkat dengan 121 anggota baru yang akan mengikuti pendidikan kilat.

Angka yang fantastis, dimana Fiona sempat ketar ketir takut tidak mencapai target. Kak Brian menargetkan Fiona dan Arlo minimal mendapatkan 80 anggota, sedangkan 2 basis lain dibawah itu, alasannya adalah Fakultas mereka berdua lebih banyak mahasiswanya.

Sebenarnya Fiona masa bodo dengan angka yang ditargetkan Kak Brian, tapi jiwa tanggungjawab Fiona lebih besar. Dan dengan sedikit malas juga bantuan dari adik tingkatnya, mereka berhasil membawa 121 mahasiswa baru dari berbagai Fakultas.

"Tenda kita dimana?" tanya Fiona.

"Di ujung, mbak. Samping pohon" jawab Sifa.

"Buset, takut gue"

Fiona menyarankan agar membawa tenda sendiri, karena pasti panitia tidak diutamakan dan mendapat tenda sisa. Akhirnya Sifa setuju, pun dengan Ishana, Thalia, dan Amel yang juga teman satu kelas Fiona dan Thalia. Ishana dan Sifa pun mengide untuk membawa makanan ringan sendiri.

"Ini yang berdiriin Kak Bagas?" tanya Fiona pada Sifa.

"Iya" jawab Sifa tertawa.

Mereka berlima berbincang sembari membereskan barang-barang mereka ke dalam tenda.

"Ada spanduk nih" ucap Fiona mengambil spanduk kecil yang tergeletak tidak bertuan.

"Buat apa, mbak?" tanya Ishana dan Sifa.

"Udah diem" jawab Fiona menggelar spanduk di luar tenda tetapi masih di dalam pembatas tenda. Fiona menata tas agar tidak menumpuk di dalam, mengingat mereka satu tenda berlima dan akan menginap dua malam.

"Pinter juga" ucap Thalia memuji.

Setelah kegiatan pembukaan, mahasiswa baru disuguhkan materi pertama dengan Kakak pendamping yang harus bergabung dalam forum.

Fiona ke belakang, duduk di batang pohon sembari memakan pop mie.

Ia melihat Thalia ke belakang forum tetapi masih di alas spanduk dibantu oleh panitia lain.

Fiona tau dan paham, apalagi panitia itu memanggil Fiona untuk membantu Thalia, tetapi pop mie yang dihadapan Fiona lebih menarik daripada drama yang dibuat oleh Thalia.
Ya, beberapa orang tau itu.

Beberapa saat kemudian, panitia itu sedikit berteriak meminta bantuan laki-laki untuk membantu membawa Thalia ke tenda karena Thalia pingsan. Fiona sempat berdiri karena panggilan dari temannya, tetapi ia kembali duduk, karena pop mie.

Setelah pop mie hangat Fiona sudah habis, ia berjalan bermaksud ingin melihat drama Thalia.

"Lah disini? Kenapa tidak di tenda sendiri?" tanya Fiona karena melihat Thalia ada di tenda kakak tingkat.

"Kejauhan, tendanya di ujung" jawab kakak tingkat yang memang bisa melihat.

"Jadi lo ngeliat apa, Thalia?" tanya Fiona to the point.

Thalia terkekeh pelan, freak.

"Sebentar gue ke dapur dulu" ucap kakak tingkat.

"Fi, lo tau? Tadi gue digendong Kak Yusuf" ucap Thalia yang membuat Fiona terdiam sebentar kemudian terkekeh sinis dan mengangguk pura-pura tidak tahu.

Adzan maghrib berkumandang, semua peserta dan panitia istirahat sholat dan makan.
Fiona ke dapur, untuk membuat susu hangat karena cuaca benar-benar dingin.

"Pake sarung tangan lo?" sindir Sheila.

Fiona tertawa.

"Itu kenapa, Sheila?" tanya Fiona yang melihat kakak tingkat yang membantu Thalia tadi seperti menahan sesuatu.

Sheila mengedikkan bahu, "sedang menunggu senior"

Fiona melihat wajah perempuan itu, kemudian langsung bergegas menjauh, perasaannya tidak enak.
Tidak lama kemudian senior itu datang dan perempuan itu langsung berteriak, dan kesurupan.

"Sstt fokus" ucap Fiona kepada mahasiswa baru agar tetap fokus pada forum dan tidak parno. Semua panitia kompak berdiri di samping mahasiswa baru, bertujuan menutupi kejadian yang tidak diinginkan di dapur.

BADFRIEND'S [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang