22

40 20 40
                                    

Keesokan harinya, Sifa menawarkan diri untuk berangkat bersama ke tempat PKA diselenggarakan.

"Ini malam apa sih?" tanya Sifa ketika selesai mengambil uang di ATM.

"Malam minggu, udah jomblo diam aja" ejek Fiona sembari menjalankan motornya.

Karena Sifa memilih untuk mengakhiri hubungan dengan kekasihnya yang super sibuk, daripada Sifa terus membatin.

"Oh iya, mending jajan iya ngga sih?" ucap Sifa turun dari motor dan langsung memasuki toko kelontong.

"Buset" ucap Fiona terkaget karena jajanan yang Sifa ambil lumayan banyak.

"Buat bareng-bareng disana, antisipasi kelaparan tengah malam" ucap Sifa yang kemudian Fiona pun ikut mengambil beberapa jajanan.

Padahal, pasti mereka tidak akan kuat untuk tidak tidur, tapi mungkin makanan ringan ini sangat berguna ditengah malam nanti.

Selesai berbelanja, Fiona dan Sifa langsung menuju tempat PKA yang membutuhkan waktu tempuh 40 menit.

Ternyata, kemarin Pramesti sengaja tidak mengajak Fiona karena perempuan itu ingin lebih dulu berbicara pada Sifa agar tau apa penyebab Sifa tiba-tiba diam, barulah Pramesti mengajak Fiona keesokan harinya, seolah tidak sengaja mempertemukan Fiona dan Sifa di tempat PKA.

Namun Fiona lebih dulu mengirim pesan pada Sifa yang akhirnya mereka berdua berbaikan sebelum sempat di pertemukan. Pramesti bersyukur untuk itu, dan tentunya Fiona dan Sifa berterimakasih karena ketuanya sudah mau berusaha untuk menyatukan kembali kedua anggotanya, diluar dari itu mereka adalah teman dekat.

***

"Eh kok barengan?" tanya Pramesti seolah terkejut karena Fiona datang bersama Sifa.

"Dih"

"Aaaaa seneng" ucap Pramesti dan mereka bertiga berpelukan.

"Duuhh" ucap Kak Brian mendorong tipis Pramesti.

"Syirik aja"

"Kata gue sih kalo mau meluk Mbak Mes bilang aja, Kak Brian" ejek Sifa.

"Hidih" ucap Kak Brian dengan mengangkat kedua bahunya seolah jijik namun wajahnya berseri malu.

"Ayo di ruang panitia saja" ucap Pramesti.

Mereka bertiga langsung disambut oleh senior dan mengobrol perihal perkembangan dan kendala apa saja yang ada di lingkup perempuan di setiap basis ketua terutama yang dipegang oleh Fiona. Senior tersebut menginginkan kajian khusus untuk perempuan dan beliau yang menjadi pematerinya, Fiona mengangguk, berusaha mewujudkannya dan tentu saja ia perlu berdiskusi dengan Arlo.

Setelah selesai, mereka bertiga keluar sebentar untuk membeli nasi goreng, karena dari siang mereka belum makan nasi.

"Cengti aja" ucap Fiona.

"Ih ngga apa-apa?"

"Ngga ke jalan besar kan?"

"Iya ngga, ngga ke arah sana kok" ucap Sifa.

Mereka bertiga pergi menggunakan satu motor. Mereka selalu seperti itu, tapi untuk jarak pendek, tidak jauh, karena mereka pun sadar itu berbahaya.

Selama perjalanan, mereka mengobrol dan bergurau seperti biasa. Walau Fiona dan Sifa sempat ada salah paham, tapi itu tidak membuat canggung mereka berdua. Lagipula mereka berdua sudah saling meminta maaf dan belajar dari kesalahan, bahwa komunikasi itu diatas segalanya.

***

Pukul 22.00

Fiona, Pramesti dan Sifa duduk didepan ruang forum.

"Jadi kemarin kenapa?" tanya Pramesti membuka obrolan.

"Ngga tau ah, kesel banget sama Mbak Fi" ucap Sifa.

"Nah sok diobrolin, apa yang buat lo kesel kemarin?" tanya Fiona.

"Gue kesel karena Mbak Fi tiba-tiba mau ganti tempat wisata. Lalu, Mbak Fi bilang kehabisan paket internet, tapi tiba-tiba sampai tempat menawarkan buat hotspot. Terus berkata bahwa percepat lagi nyetirnya, padahal Mbak Fi tau kan kita berdua perempuan, lain kalau yang bawa laki-laki"

"Nah gitu kan enak, diobrolin. Gue juga kan sering bilang kalau ada apa-apa tegur langsung, jangan dipendam biar ngga kejadian seperti ini" ucap Fiona.

Fiona pun menjelaskan kenapa ia berkata untuk opsi wisata lain, tentang paket internetnya dan meminta Pramesti untuk sedikit lebih cepat.
Sifa pun mengerti dan meminta maaf karena sudah berfikir jelek tentang Fiona.

"Gue juga kesel sama kalian" ucap Pramesti.

"Kenapa?"

"Pertama lo Fi, gue kesel waktu lo bilang mau makan dulu tapi lo ngga mau didepan, gue bingung mau berhenti dimana. Kedua lo Sif, lo tiba-tiba diam ditengah kita lagi pergi jauh, apalagi lagi makan, itu ngga enak banget"

Fiona menjelaskan alasannya, karena Pramesti dan Sifa perempuan makanya biar didepan, Fiona takut mereka kenapa-kenapa dan ia tidak tau itu.

"TERUS GUE KESEL SAMA KALIAN WAKTU KALIAN MAKAN GUE ENGGA, PADAHAL GUE JUGA LAPER" ucap Pramesti sedikit berteriak.

Fiona dan Sifa saling bertatapan, bingung sebab mereka berkali-kali menawarkan sesama untuk makan, namun Pramesti kekeuh tidak mau.

"Ya lo kenapa ngga mesen makan juga?" ucap Fiona menatap Pramesti heran.

"Iya, padahal gue juga mesennya kan telat"

"Duit didompet gue ngga memadai anjir. Hanya cukup untuk nonton dan makan di kedai mie" jelas Pramesti.

"Heh bodoh. Duit lo ada di gue, waktu di wisata kan kita belum split bill" ucap Fiona.

"Emang iya? Gue lupa. Gue kira duit gue habis"

"Ngga tau cape banget sama Mbak Mes" ucap Sifa memegang kepalanya.

Pasalnya, Pramesti adalah yang paling polos serta loading lama, sering nge bug, kalau mendengarkan sesuatu harus di ulang minimal dua kali.
Tentu saja Fiona dan Sifa sangat sabar akan hal itu.

"Lagipula kalau lo mau makan, makan lah. Bilang aja kalau laper, jangan di tahan, gue juga megang duit kali" ucap Fiona.

Fiona dan Sifa sangat kesal dengan kepolosan Pramesti. Mereka tertawa dibarengi dengan emosi, menertawakan kebodohan Pramesti.

Saat itu Fiona merasa bersyukur karena mereka jadi makan di kedai mie. Kalau tidak, entah apa yang terjadi dengan lambung Pramesti.

Fiona tidak habis fikir.

BADFRIEND'S [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang