Pukul 18.20.
Mereka sampai di rumah Sifa. Fiona memutuskan untuk sholat maghrib di rumah Sifa dan istirahat sebentar."Sifa, gue numpang sholat"
"Ayo, Mbak"
Selesai Fiona sholat, Naufal dan Kak Bagas masih duduk diruang tamu dengan ponsel ditangannya.
Ah masa bodo dengan Kak Bagas, yang ia perhatikan adalah Naufal."Sholat ngga?" tanya Fiona kepada Naufal.
"Iya sebentar"
"Magrib waktunya sedikit" ucap Fiona dengan nada yang sudah ketus.
"Nanti dulu"
"Sifa, ayo beli jajan" ucap Fiona mengajak Sifa membeli camilan tanpa menggubris jawaban Naufal.
Fiona berjalan dengan hati yang kesal, pasalnya ia tidak suka dengan laki-laki yang mengabaikan agamanya. Apalagi ia mengenal Naufal adalah sosok laki-laki yang menjaga agamanya, tetapi kenapa kali ini Naufal seperti itu?
Ditambah Darel yang selalu bertanya kapan pulang dan sudah dimana.
Alasan Darel adalah ingin menaruh plastik untuk thrifting mereka, karena mereka berempat menjalankan bisnis thrifting bersama dan baru memulainya beberapa hari.
Padahal Fiona sudah menjawab datang saja ke rumah dan berikan pada Ibunya, tetapi Darel menolak, laki-laki itu berkata bahwa Fiona mampir dahulu ke angkringan karena mereka sedang makan di angkringan kemudian barulah ke rumah Fiona bersama. Tentu saja hal itu ditolak Fiona, ia mau langsung saja ketemu di rumah karena badan Fiona tidak memungkinkan untuk nongkrong ditambah ia sedang malas dengan Naufal.Sampai Fiona pulang dari warung, Naufal belum juga sholat.
"Bener ngga sholat kamu?"
"Udah mepet tadi, sekalian sholat isya"
Fiona diam dan langsung duduk jauh dari Naufal.
Sepuluh menit kemudian Fiona bergeser mendekati Naufal."Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Fiona yang emosinya sedikit turun.
Naufal menunjukkan sesuatu di ponselnya. Ternyata ia sedang kesal dengan teman sesama profesinya karena story Naufal dengan Fiona di screenshoot dan di share ke grup guru-guru.
"Ini alasan aku ngga mau posting di facebook. Kebanyakan temannya itu guru dan murid-murid aku" jelas Naufal.
Fiona menarik nafas tipis untuk meredakan rasa sesak di dadanya.
Fiona mengambil ponsel Naufal dan langsung menghapus story Naufal dengan dirinya."Pulang yuk, cape banget pengen rebahan" ajak Fiona.
"Rebahan disini dulu aja, Mbak Fi. Barangkali Kak Naufalnya masih cape"
"Engga ah, Sifa, makasih. Udah ditungguin temen juga, ada perlu" ucap Fiona beralasan. Padahal dirinya ingin menangis.
Fiona dan Naufal pun pulang. Tidak dengan Kak Bagas, laki-laki itu masih betah berada di rumah Sifa.
Sepanjang jalan, Naufal panik dan membujuk Fiona untuk tidak ngambek.
Fiona tidak marah, hanya dadanya terasa sesak ketika mendengar jawaban Naufal tadi. Pasalnya ketika story itu di unggah dengan persetujuan Naufal karena Naufal melihat Fiona mengunggah story berdua, kalaupun Naufal tidak mau mengunggah tidak apa, tidak usah bertanya ia perlu mengunggah atau tidak.Sesampainya di rumah, Fiona menyuruh Naufal untuk langsung pulang, tapi Naufal tidak mau dengan alasan lelah. Fiona tidak tega jadi membiarkan Naufal beristirahat dan memberinya minum.
Agar ada kesibukan, Fiona mengambil laptop dan langsung memindahkan foto-foto tadi, Naufal masih berusaha membujuk Fiona yang tidak mau berbicara.Beberapa menit kemudian Darel dan Agam datang dengan membawa dua pack kresek untuk thrifting mereka.
"Fionaaaa, pakeett" teriak Darel.
"Heh berisik, malem" tegur Fiona karena waktu sudah menunjukkan pukul 9.
Mereka berdua masuk dan bersalaman dengan Ibu Fiona.
"Ricard mana?" tanya Fiona.
"Biasa, sama Iis"
Fiona mengangguk.
"Gue langsung balik deh" ucap Darel.
"Bu, pulang dulu ya" ucap Agam dan mereka berdua kembali bersalaman untuk pamit.
"Duduk dulu kali, buru-buru amat"
"Ngga ah, udah malem" ucap Darel yang memang rumahnya di desa, memakan waktu 30 sampai 40 menit, jadi batas waktu Darel adalah jam 10 malam.
Padahal Fiona berharap Darel dan Agam duduk dahulu sehingga Naufal berhenti sejenak untuk membujuknya karena dada Fiona masih sesak.
***
Fiona sedang duduk sembari memegang kipas karakter monkey yang ia dapat pinjam dari Ishana karena aula kampusnya sangat panas dengan ratusan wisudawan yang hadir dan para orang tua yang berada di lantai dua.
Hari ini, Fiona dan Thalia sedang berada di acara sidang terbuka wisuda, mereka menjadi bagian dari paduan suara Universitas. Sebuah kebanggaan untuk Fiona karena dari awal ia menjadi mahasiswa baru, sudah berhasil masuk sebagai anggota baru paduan suara melalui seleksi dibawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Seni dan Musik.
Pukul 2 siang, acara selesai. Anggota paduan suara langsung ke sekretariat untuk makan siang dan pembagian honor.
"Ketua, gue sama Thalia ngga makan disini ya. Ada kegiatan lain" ucap Fiona.
"Oh iyasudah tidak apa. Yuk, lo berdua gue duluin" ucap ketua paduan suara, Fiona dan Thalia didahulukan untuk pembagian honor, sedangkan teman-teman lain sedang makan siang.
Setelah selesai, Fiona dan Thalia langsung menuju sekretariat karena akan ada kegiatan dengan mahasiswa baru untuk persiapan pendidikan kilat. Fiona dan Arlo sepakat untuk mengadakan kegiatan bakar-bakaran di laut, sedikit gila tapi Arlo berkata bisa diatasin dan serahkan pada anak laki-laki, baiklah.
***
Fiona merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya.
"Kotor ew" ucap adik Fiona.
Fiona tidak menggubris dan memejamkan mata karena meredam kesal karena Darel.
Laki-laki itu seperti biasa ingin kumpul, dan Fiona menjawab ia akan mengusahakan untuk sampai rumah lebih cepat setelah acara organisasi ekstra selesai. Tapi Darel menjawab bahwa Fiona tidak usah memaksa jika tidak bisa. Sebenarnya jawaban Darel tidak salah, tapi Fiona sangat kesal. Pertama, Darel tidak pernah berkata seperti itu, itu bukan Darel banget. Kedua, Fiona sudah mengusahakan pulang lebih awal padahal ia sudah ditahan di sekre untuk ikut ke rumah seniornya sebab dapat undangan. Ketiga, karena Fiona estafet kegiatan jadi emosi Fiona mudah terpancing."Fi, maghrib. Lagipula badanmu kotor, mandilah dahulu terus sholat" ucap Ibu Fiona.
"Iya, Bu"
Fiona bangkit dengan kepala yang sedikit memutar karena pusing. Ditambah ponselnya selalu berdering, sudah dipastikan itu pesan dari mahasiswa baru dan grup kaderisasi. Huft.
Fiona sedang mandi tetapi pintu kamar mandinya di ketuk oleh Ibu.
"Ya, Bu. Kenapa? Ngga bisa nanti? Nanggung ini ya ampun" ucap Fiona dengan mulut penuh busa pasta gigi.
Terdengar suara tawa Ibu diluar sana, "yasudah cepat mandinya, ada gembel"
Fiona terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADFRIEND'S [END]
Não FicçãoFiona sangat bahagia dengan pertemanan barunya, walaupun beda semester tapi tidak menghalangi ketulusan mereka berteman bahkan mereka tidak jarang untuk menyepatkan bertemu. Tapi siapa sangka kedepannya akan berbeda? Apakah pertemanan kali ini berbe...