Fiona masih sangat setia mendegarkan penuturan dari Ishana, karena selama ini ia hanya mendengar dari Sifa tanpa tau kebenaran yang sesungguhnya.
"For your information, Mbak. Rumornya, Andin itu peka terhadap hal 'seperti itu'. Mohon maaf lahir batin, kalau membicarakan orang menghasilkan duit akan gue lakuin. Dan gue tidak percaya bahwa dia keluar kampus itu karena masalah keluarga, tapi yasudah terserah. Padahal sih teman-teman ngga ada yang menjauh dari Sifa, justru mereka membela Sifa dan menyalahkan gue karena gue selalu sama Marvin"
Fiona mengangguk-angguk.
Kasusnya sama seperti Sheila, Fiona pun sempat berbincang dengan Sheila perihal organisasinya dan perbincangan tersebut merambat ke masalah Fiona dengan Pramesti.Flashback On...
Fiona sedang berdiskusi dengan Sheila perihal organisasinya via telfon. Pasalnya Fiona sangat bingung harus apa.
"Untuk masalah lo sama Pramesti dan Sifa, bagaimana kelanjutannya?" tanya Sheila langsung ketika urusan organisasinya selesai.
"Ya seperti yang lo tau, mereka berdua ninggalin gue"
"Lo sakit hati?"
Fiona terkekeh, "Ngga usah ditanya lo pasti paham, Sheila"
"That's right. Sama seperti gue, benar-benar sakit hati"
"Kenapa? Bukannya lo yang ninggalin Pramesti?" tanya Fiona to the point, karena yang Fiona tau dari cerita Pramesti adalah Sheila yang antagonis, Sheila yang egois dan tidak pernah menghargai Pramesti.
"Apa yang lo tau?" Sheila balik bertanya kepada Fiona.
Fiona menceritakan versi Pramesti tentang Sheila.
Dan Sheila berkata bahwa awal dia kecewa dengan Pramesti adalah saat Pramesti menjabat sebagai ketua. Fiona sempat berfikir bahwa Sheila cemburu, tapi ternyata tidak. Sheila tidak masalah Pramesti menjabat di universitas bahkan cabang kota sekalipun, tapi yang Sheila sayangkan adalah ada skenario dibalik skenario.
Ya, itu hal yang lumrah untuk sebuah organisasi politik bahkan di internalnya pun.
Sheila tau bahwa bukan Pramesti yang akan menjadi ketua, semua itu sudah di atur dan Sheila tau pun dengan Pramesti. Tapi dibelakang Sheila, Pramesti membuat skenario lagi dengan seniornya sehingga saat pemilihan ketua, Pramesti yang menang suara.
Jujur, Fiona pun merasa tertipu. Karena ia sudah mengerahkan semua anggota dan pengurusnya untuk memilih calon ketua yang sudah di perbincangkan dengan Sheila, tapi ketika di hari pemilihan, senior membagikan kertas pemilihan dengan kata 'titipan' bahwa kertas itu harus mereka tulis dengan nama Pramesti.
Tentang Sheila yang egois, yang gemar menitah Pramesti kapanpun Sheila mau. Terutama saat Sheila menitip obat untuk neneknya, dan Pramesti mengantarkannya sampai rumah Sheila.
Tentang Sheila yang mangkir dari tanggungjawab pengurus karena tidak membantu sama sekali ketika kegiatan pendidikan gender.Terdengar kekehan diseberang sana.
"Fi, asal lo tau, gue bela-belain datang ke tempat pendidikan gender buat apa kalau bukan buat teman? Buat Pramesti. Tapi gue tidak menginap, karena paginya gue harus kerja. Gue juga udah pernah bilang ke Pramesti kalau gue udah ngga bisa full ke organisasi, karena gue sudah harus garap skripsi dan kerja"
Fiona diam.
Untuk itu, Pramesti tidak bercerita kepadanya."Dan untuk gue selalu menitah Pramesti, gue masih punya kaki. Untuk obat? Gue ngga pernah memaksa, Fi. Kalau Pramesti tidak ke arah kampus, ya gue ngga jadi, karena obat itu hanya ada di toko dekat rumah Pramesti. Gila ya! Harusnya dia bilang aja kalau emang keberatan, ini nenek gue sudah meninggal baru gue tau kalau yang di minta tolong ngga ikhlas"
KAMU SEDANG MEMBACA
BADFRIEND'S [END]
Kurgu OlmayanFiona sangat bahagia dengan pertemanan barunya, walaupun beda semester tapi tidak menghalangi ketulusan mereka berteman bahkan mereka tidak jarang untuk menyepatkan bertemu. Tapi siapa sangka kedepannya akan berbeda? Apakah pertemanan kali ini berbe...