Latihan Vincent

665 55 27
                                    

Sebelumnya :

"Siapa dia, pangeran?" Vincent meminta penjelasan.
"Kalau kuceritakan, ku mohon berjanjilah padaku jangan tahu ke ayah. Boleh?" Tanya Geed. Vincent diam sebentar sambil menatap Geed. Melihat mata Geed sangat serius, Vincent pun menyetujuinya.

"Sesuai permintaan mu, yang mulia" ucap Vincent.

****

Geed menceritakan tentang Pega.  Kehidupannya, awal mula bertemu sampai persahabatannya.

"Selama ini aku diam-diam hidup bersama Pega. Hanya dia satu-satunya temanku disini yang mengerti semua tentangku.
Dia alien yang bisa sembunyi di bayangan jadi aku rasa akan aman. Tapi jika sampai ayah tau mungkin aku dan Pega akan terpisah. Atau mungkin lebih buruk, Pega akan–"

"Saya mengerti yang mulia, saya tidak akan mengatakan hal ini pada kaisar jika ini adalah kebahagiaan pangeran. Tapi saya minta kalian hati-hati, karena kaisar bisa merasakan kehadiran alien ataupun kaiju yang ada didekatnya walau tidak kelihatan" jelas Vincent dan Geed pun tersenyum.

"Terima kasih karena mau mengerti, Vinn"
Ucap Geed. Selama ini Geed memang selalu memanggil Vincent dengan sebutan Vinn. Vincent menganggap itu julukan dirinya dari pangeran.

"Kalau begitu saya permisi. Tadi kaisar hanya meminta saya memeriksa keadaan pangeran. Sekarang, istirahatlah yang mulia" ucap Vincent sambil membungkuk kan tubuhnya.

"Baiklah. Eh tunggu Vinn. satu lagi, aku minta kau jangan terlalu formal saat bicara denganku. Aku agak ngerasa gak enak.."
Ucap Geed yang dibalas senyum oleh Vincent.
"Baik. Tapi kau adalah pangeran jadi pantas diperlakukan begini. Yasudah aku akan pergi dulu. Selamat malam" Ucap Vincent lalu pergi.
"Iya, selamat malam" jawab Geed.

"Fyuhh... Untung aja Vinn mau.." Pega bernafas lega.
"Dari dulu Vinn memang baik. Hanya dia yang cukup sabar menghadapi ayah dan juga sangat baik kepadaku" ucap Geed memuji Vincent.

"Ah sudah, sekarang kau tidur. Dah malam.
Selamat tidur.." Ucap Pega dan langsung masuk ke bayangan lagi.

Geed merebahkan tubuhnya dikasur. Dia sudah lelah tapi otaknya belum mau istirahat. Dia terus merenungi hidupnya dan berkhayal tentang masa depan.

"Masa depan? Hahaha apa itu? Hidupku hanya untuk dipaksa menjadi kuat lalu nanti aku yang akan dijadikan kaisar. Hanya itu. Jadi jangan mimpi kau bisa punya impian, Geed" ucap pelan Geed pada dirinya sendiri.

"Tapi, apa aku benar-benar gak akan punya masa depan?" Pikiran Geed bertanya sendiri.

.
.
.

Pagi hari saat langit masih gelap, Geed sudah bersiap diruang latihan sendirian. Tangannya menggenggam erat tongkat panjang yang menjadi senjatanya saat latihan. Dia mengayunkan tongkat itu kesana-kemari seraya sesekali berteriak. Tanpa disadarinya, daritadi Vincent memperhatikannya dari luar.

Setelah melihat Geed sedikit kelelahan, Vincent menghampiri nya dan menyentuh bahunya dari belakang. Sontak Geed terkejut dan langsung mengayunkan tongkatnya ke arah Vincent dan dengan cepat langsung ditahan.

"Hebat" puji Vincent.
"Ohh.. kau ternyata. Bikin kaget aja" ucap Geed.
"Kau semangat sekali, tumben tumbenan.."
Ujar Vincent.
"yahh... Daripada aku dihajar lagi karena terlambat, mending aku latihan duluan"
Jawab Geed seraya tersenyum.

"Cara kau memukul tongkatnya salah. Yang bener tuh begini" ucap Vincent sambil memperagakan cara menggunakan tongkat yang benar. Geed memperhatikan sekaligus kagum dengan kemampuan Vincent.

"Uwohh.. Keren! Apa kau mau mengajariku?" Tanya Geed bersemangat.
"Tentu, yang mulia" jawab Vincent menjahili Geed.
"Vinn, kan sudah kubilang jangan panggil aku begitu" ucap Geed yang kesal tapi terlihat imut dimata Vincent.

Dear Enemy - Ultraman GeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang