Mimpi pt. 2

521 41 7
                                    

"em...."

"Cepat ngapa milihnya"

"Sabar lah Fuma, masalah nya ni enak semua kayak nya"

"Kawan ku sekalian, cepat dikit atuh ini si Geed kasian nungguin kalian" Titas sambil berkacak pinggang dengan sabar menunggu kedua temannya jajan.

"Enggak kok, hahahaha" tawa pasrah Geed setelah menunggu 2 jam lamanya cuma karena para ultra cabe-cabean alias Tri Squad mau jajan.

"Ah, laperku keburu ilang. Gak jadi lah"
Taiga tanpa dosa putar badan dari stan jajan jajanan itu. Ketiga temannya hanya bisa melongo dan menghembuskan napas.
Andai bukan temanku, udah ku lempar ke danau dari tadi. Mungkin itulah isi benak teman-teman nya.

"Jadi, balik nih kita? Yang lain udah nunggu" Fuma melihat agak jauh didepan, Ginga, Victory, X, Zero, Z dan tentunya Orb sudah berkumpul di pintu keluar.

"Oi!" Ginga berteriak memanggil mereka dari kejauhan. Beberapa tempat yang tadinya ramai sudah mulai sepi karena waktu sudah lewat tengah malam.

"Lah, mana yang lain?"
"Pada pulang. Taiga juga disuruh cepat pulang sama bapaknya"
"Ahahahaha dasar anak ayah" ledek Fuma.
Dengan wajah cemberut Taiga langsung berjalan mengikuti langkah teman-temannya.

Langit malam yang tadinya cerah mulai memudar menunjukkan tanda-tanda akan datangnya hujan. Para ultra berjalan santai bersama menuju kediaman masing-masing, sebelum...

"Wei kayaknya laperku balik, jajan yok" tanpa dosanya Taiga mengajak temennya puter balik jajan lagi.
"Ga, ntar bapakmu nyariin" balas Fuma tak acuh tanpa menghentikan langkahnya.
"Ayolah"
"Ayo ayo apaan, balik" Kini sang sepupu alias Zero turun tangan menarik Taiga untuk jalan paling depan. Titas menggelengkan kepalanya dan menoleh ke arah Geed yang tertawa kecil menyaksikan Taiga yang bertingkah seperti bocah diantara mereka semua.

Pemandangan didepannya ini membawanya kembali ke sebuah memori, dimana Geed dalam posisi Taiga yang ditarik paksa oleh Pega untuk pulang.

"Pega, ayo coba masak!"
"Geed, sebentar lagi waktu latihan mu. Kau tidak mau mimisan karena didorong ke dinding lagi kan"
"Tapi.. ayolah, ayah tidak akan tau"
"Ayo ayo apaan, balik."

Memori kecil menyusup sedetik ke dalam hati Geed, membuatnya merasa Dejavu dan termenung sesaat.

"Geed. Ayo, kok melamun"
Titas menepuk bahu Geed dan membuatnya kembali sadar. Teman-temannya sudah berjalan didepan cukup jauh dari mereka berdua.

"Ah, iya" Geed mempercepat langkahnya menyusul temannya.
"Ada apa?" Titas bertanya hati-hati sambil memperlambat langkah Geed.
Geed memberi senyum kecilnya pada Titas, "Tidak, tidak kok."






****

Tap tap tap...

Suara langkah kaki yang tegap terdengar menggema di salah satu lorong sunyi pada Galactic Empire. Vincent berjalan santai melewati pintu demi pintu dalam lorong, sebelum berhenti pada sebuah pintu salah satu ruangan tempat favorit nya pulang.

Kamar Geed.

Tempat biasanya dia selalu bisa tertawa lepas, tempat dimana dia dapat bertingkah konyol tanpa ada satupun yang dapat menghentikannya. Tempat bercerita dimana semua ceritanya akan didengar, tempat yang biasa dipanggil 'kamar Geed' itu adalah rumah baginya.

Tempat dimana seseorang, seseorang yang dapat dibilang sosok kesayangannya, dapat ia temui.

Vincent menarik gagang dan membuka pintu itu perlahan, memutar rekaman diotak saat Geed dan Pega yang selalu ada setiap kali ia membuka pintu dan selalu siap tersenyum padanya.
Akhir-akhir ini, kamar itu selalu sunyi tanpa tawa. Pega hampir setiap saat berada dalam bayangan sendiri dan jarang mau bicara dengannya.

Vincent masuk perlahan dan menutup pintu sambil bersandar pada daun pintu itu. Ia memandang ke lantai, dan bergumam pelan.

"Pega, aku mau bicara."

Beberapa saat kemudian, sebuah bayangan membentuk tubuh Pega muncul di ujung ruangan. Kedua mata bertemu dan mereka berdua sama-sama diam untuk sesaat.

"Ada apa?" Tanya Pega. Vincent menghela nafasnya, bingung apa yang bisa dijawabnya.
"Aku..."
"Tolong beri aku kabar baik, Geed..." Pega memotong dengan suara pelan, membuat Vincent kembali bungkam.

"Biar aku yang bicara pada Kaisar" Ucap Pega yang membuat Vincent terbelalak menatapnya.
"Jangan. Jangan pernah. Itu berbahaya untuk keselamatanmu, bahkan kita" tegas Vincent. Pega menurunkan tatapannya pada lantai, melihat itu Vincent ikut menunduk.

"Aku... Mau minta buku yang pernah dibaca Geed." Jelas Vincent.
Pega menaikkan pandangannya, "untuk apa?"
"Mencari tahu sesuatu." Jawabnya.

Pega hanya diam dan melirik ke arah tempat tidur Geed, tempat biasanya Geed membaca buku itu dengan berbagai gaya baca aneh dan tidak normal.
"Kurasa.. laci meja itu, ada bukunya" tunjuk Pega pada sebuah rak didekat ranjang. Vincent segera mendekat dan membuka laci pertama berisi buku yang dicarinya.

"Ketemu. Aku numpang baca disini, ya. Makasih" Vincent langsung membuka sembarang halaman pada buku dan duduk disisi tempat tidur. Pega tetap diam mengamati sambil sesekali menggeleng ketika Vincent menyuruhnya ikut membaca.

"Sebenarnya.. apa yang kau cari?" Tanya Pega memecah konsentrasi Vincent sedari tadi.
"... Alasan Geed tidak pulang." Jawabnya tanpa melepas pandangan dari buku.
"Alasan? Kenapa?" Pega tampak sedikit kesal. Dengan cepat Vincent menjelaskan, "mungkin ada alasan lain dia tak kembali. Selain... Dia sudah tiada, atau–"
"Haaaa jangan gitu.." Pega langsung memotong ucapan Vincent. Melihat reaksinya, Vinn seketika diam dan menatap Pega lembut.

"Tidak, Geed kita tak selemah itu, kan?" Vincent berkata halus dan tersenyum untuk menenangkan. Pega mengangguk lesu sambil menunduk.
"Selain ayahnya yang terlalu menyepelekan Nebula, ada sesuatu yang kemungkinan dapat terjadi." Vincent menatap serius Pega dan buku itu bergantian.
"Kemungkinan apa?"
"... Geed..."

KREET....

Pintu kamar Geed terbuka sendiri dan menciptakan  bunyi yang membuat Vincent dan Pega sontak kaget dan reflek berdiri.
Cepat-cepat Vincent berlari keluar dan melihat keadaan sekitar di luar, memastikan tak ada yang lewat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka.

Melihat tidak ada siapapun diluar, Vincent bernafas lega. Segera dia mengunci pintu itu dan melihat ke arah Pega yang panik.

"Aman... Sepertinya."
"...."

Dear Enemy - Ultraman GeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang