Secercah harapan

598 46 34
                                    

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun berlalu.
Geed, menjalani hari-hari dengan buruk terus menerus. Karena usianya yang terus bertambah, tekanan dari ayahnya juga ikut menambah.

Geed, semakin hari tumbuh menjadi pribadi yang makin mirip ayahnya. Bukan hanya fisik, tapi sifatnya juga semakin menuruni sang ayah.

Hati Geed perlahan semakin dipenuhi kegelapan karena amarahnya. Emosi karena tekanan yang diberikan sang ayah hanya agar dia menjadi ultra yang kuat dan dapat memimpin kerajaan kelak seperti ayahnya. Semakin hari sikap Geed semakin dingin, bengis dan brutal.

Kini, hati Geed hanya dipenuhi kebencian terhadap dirinya sendiri. Dia bersumpah, akan membuktikan pada ayahnya kalau dia mampu untuk kuat melebihi kekuatan Belial. Perubahan sikapnya juga berpengaruh pada kekuatannya. Kemampuannya kian bertambah membuat ayahnya sedikit menaruh rasa bangga terhadap dirinya. Walau Belial tak pernah menunjukkannya melalui perilaku terhadap Geed.

Geed juga sekarang makin penyendiri. Namun Pertemanan nya dengan Pega dan Vinn tak berubah. Hanya didepan mereka berdua Geed bisa bertingkah aneh dan absurd. Hanya saat bersama mereka Geed bisa ketawa lepas bersama.

.
.
.

BUGH!

"Akhh..." Seorang alien memegangi dadanya yang baru ditumbuk oleh Geed sementara satu alien lainnya memijit tangannya sendiri yang baru dipelintir Geed.

Hari ini Geed akan berlatih dengan melawan dua alien suruhan Belial. Geed dengan santainya menerima latihan itu. Dia akan membuktikan bahwa dirinya bukanlah makhluk lemah seperti yang dikatakan Belial.

Dan terbukti, saat ini Geed berhasil mengalahkan dua alien yang menjadi lawannya pada latihan ini.

"Hebat, yang mulia" puji alien yang tadi tangannya dipelintir.
"Yah, kekuatan anda semakin besar pangerannya" puji alien satu lagi.
"Aku tidak butuh pujian" ucap Geed dingin lalu pergi begitu saja.

Dua alien itu saling bertatapan sejenak lalu pergi ke ruang tahta untuk menemui kaisar.

.
.
.

"Yo! Geed, gimanaa latihannya?" Sapa Pega saat Geed memasuki kamarnya.

Namun, bukannya menjawab Pega, Geed malah lewatin Pega gitu aja dan langsung rebahan di kasurnya.
Pega yang kesel pun melempar bantal ke arah kepala Geed.
Ekspresi kesal terlihat jelas dimuka Geed saat dia menyingkirkan bantal itu dari wajahnya.

"Astaga..." Ucap Geed lalu kembali rebahan sambil menjadikan bantal lemparan Pega sebagai guling.
"Oi! Orang nanya nih, jawab dulu kek!"
Pega langsung loncat terus ikut rebahan disebelah Geed.
"Yaahh.. gak ada yang asik. Hari ini tetap membosankan seperti biasanya..." Hela Geed.
"Hm... Mau nyoba bikin bunga?" Tanya Pega.

"Bunga?"
"Iya. Aku bisa bikin bunga yang bagus. Mau coba?"
"Mau!" Geed langsung antusias dan segera berdiri dari kasurnya.

"Hehe, bentar aku ambilin bahannya ya"

.
.
.

Vincent berjalan menuju kamar Geed sambil senyum-senyum sendiri. Bukan tanpa alasan, dia tersenyum karena dia akan menyampaikan informasi baik untuk Geed.
Saat sampai di pintu kamar Geed, Vinn langsung membukanya dan melihat Geed dan Pega sedang membuat sesuatu diatas kasur. Vinn tertarik melihat setangkai bunga ditangan Pega dan langsung menghampiri nya.

"Ih.. ini kok jadi begini?" Bingung Geed.
"Makanya lemnya jangan kebanyakan..."
Pega mencoba membetulkan bunga buatan Geed.

"Astaga... Berantakan bener ni kamar, kalian bikin apa?" Tanya Vincent.
"Bunga. Pega ternyata pandai bikin bunga mainan!" Jawab Geed.

Dear Enemy - Ultraman GeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang