Jisung memandang sang papa dengan tatapan dalam dan seksama. Setelah mengetahui rencana pertunangan papanya dan juga hyunjin, entah kenapa ada sedikit rasa tidak rela di hati jisung. Ada banyak ketakutan yang membuat jisung enggan untuk membayangkannya
Sekarang jisung sedang berada di rumah mereka dengan jeno yang tengah memasak di dapur. Jarum jam bahkan masih menunjuk pukul 5 pagi tapi jisung tumben sekali sudah bangun dan menemani jeno untuk memasak
"Mau papa buatkan kopi susu atau teh hangat, jisungie?"
Bukannya menjawab, jisung masik sibuk melamun dengan terus menatap papanya. Jisung sangat mengakui jika papanya itu memang cantik dan manis. Dari segi fisik maupun sifatnya
Jisung terus mengingat kapan jeno pernah meninggikan suara padanya. Dan jisung tidak berhasil mengingatnya karena memang jeno benar benar tidak pernah sekalipun membentak atau main tangan dengan jisung
Senakal apapun jisung sejak kecil, jeno tak pernah sekalipun berbuat kasar. Bahkan hanya untuk menyentil ataupun menjewer saja tidak pernah. Yang galak itu malah jaemin menurut jisung
Jeno hanya akan selalu mensehati jisung jika jisung nakal ataupun salah. Itupun dengan kelimat lembut-- Jeno yang melihat puntranya bengong, mengerutkan keningnya heran
"Hey~ kok melamun? Ada apa nak?"
Badan jisung berjengit pelan saat mendapat tepukan ringan di bahu kirinya. Kepala jisung menggeleng, lalu tersenyum dan segera mengecup pipi kanan papanya
Membuat jeno semakin curiga dengan putranya. Sangat jarang jisung bisa bangun sepagi ini, dan menemaninya memasak--
"Kenapa sih? Tumben lho kamu kayak gini" tanya jeno lagi, sekarang mulai memanaskan air untuk membuatkan jisung teh hangat
Jisung terkekeh pelan, "Jisung beruntung mempunyai papa sehebat papa jeno. Terimakasih sudah bertahan dan berjuang untuk jisung, papa" jawabnya dengan begitu tulus dan- tiba tiha
Yang berhasil menghentikan pergerakan jeno. Jeno membalikan badannya menghadap sang putra yang berdiri di belakangnya sekarang, bersandar di meja pantry agar tidak mengganggu papanya memasak
"Apa ada masalah? Kau sungguh berbeda hari ini, jisung-ah"
Raut jeno terlihat khawatir. Hingga jisung terlihat menghela nafas panjang. Dia tenggelamkan wajahnya di kedua tangannya yang terlipat di atas meja pantry
"Papa benar benar akan bertunangan dengan ayah hyunjin ya? Berarti papa akan menikah dengannya juga. Yang berarti juga perhatian papa ke jisung akan terbagi"
Ucapan jisung yang teredam itu sontak membuat jeno menahan tawanya. Hey, putranya ini memang sangat lucu bukan. Jeno bahkan berfikir sekarang jika jisung bukankah remaja 17 tahun. Tapi anak berusia 10 tahun yang sedang takut di tinggal ibunya bekerja
Jeno mematikan kompornya, dan berjalan ke samping jisung. Tangannya terulur mengelus surai abu abu putranya dengan lembut, "Jadi ini yang membuatmu aneh pagi ini, jisungie?" tanya jeno dengan nada ingin tertawa
"Papa jangan mengejekku. Sungguh- aku masih tidak rela papa di miliki oleh orang lain. Jisung hanya punya papa di dunia ini"
Kepala jisung mendongak, dan jeno terkejut melihat mata putranya yang sudah berair. Dengan cepat jeno memeluk jisung. Mengecupi rambut jisung beberapa kali,
"Jangan berbicara seperti itu. Papa ini hanya milik jisung. Jikalaupun papa menikah dengan ayah hyunjin, papa akan tetap menjadi milik jisung. Ayah hyunjin yang malah akan melengkapi kekurangan jisung dan papa"
"T-tapi papa..."
"Sssttt... Jangan menangis sayang. Tak perlu memikirkan hal yang tidak tidak nak. Papa selalu disini sama jisung. Tidak akan kemana mana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Papa (JaeNo ft Hyunjen Jisung) - SELESAI
Fiksi Penggemar17 tahun hidup bersama sang papa, tiba tiba jisung harus pindah dan hidup di keluarga daddy kandungnya. Yang bahkan sangat amat jisung benci selama ini *jangan pernah berharap happy ending di book ini:) gajadi, berharap aja gapapa :))