BAB 16: TERHUBUNG TAKDIR?

1K 233 183
                                    

~ Happy Reading ~ 






Hari demi hari rasanya kesibukan Raline makin bertambah banyak. Apalagi setelah dia resmi melakukan pra-magang di butik yang sudah dia idam-idamkan sejak lama.

Ada rasa lelah, penat, kesal, dan ada rasa bahagia nya juga. Semua itu berkumpul menjadi satu di hati nya. Tapi untung nya dia bekerja dengan orang-orang hebat yang baik.

Designer pemilik butik ini seorang perempuan dengan perkiraan usia sekitar 48 tahun atau 50 tahun. Awalnya Raline tidak mengira kalau designer favorit nya itu sudah menginjak usia setengah baya begitu karena melihat dari penampilan dan fisiknya yang masih sehat bugar dan tidak menampakkan raut perempuan berusia kepala empat.

"Raline betah kan magang disini?" tanya Bu Siskaㅡ Designer sekaligus pemilik butik tempat Raline magang.

Raline yang di tanyai seperti itu pun langsung mengangguk mantap. "Pasti betah dong, Bu. Kesempatan emas bisa di tawari magang di butik dari designer terkenal kayak gini."

Bu Siska tersenyum hangat mendengarnya. Dia memang sudah suka pada pandangan pertama dengan Raline karena sikapnya yang positive vibe dan penuh semangat.

"Kalau misalnya nanti di tawarin magang full time disini lagi jangan di tolak ya. Saya suka sama semangat kamu pas lagi belajar."

"Pasti nggak akan saya tolak dong, Bu. Udah impian saya bisa magang disini."

"Kamu punya saudara berapa?" tanya Bu Siska.

"Saya dua bersaudara, Bu. Dan saya punya kakak laki-laki."

"Orang tua sekarang tinggal di Jakarta juga?"

Raline menggeleng. Cewek itu menyuap cheese cake nya lalu mengunyah nya dengan sopan. "Orang tua menetap di Surabaya. Cuma saya doang yang merantau ke Jakarta buat kuliah."

"Jadi kamu orang Surabaya?"

"Iya Bu."

"Tapi kok kalau ngomong nggak ada logat bahasa jawa nya ya. Lebih mirip anak Jakarta asli."

Raline tersenyum sopan. "Saya menyesuaikan lingkungan, Bu. Kadang kalau di rumah suka ngomong medhok kok. Tapi kalau sama temen atau orang lain ya pakai bahasa Indonesia biasa kayak gini."

"Kamu nyaman kan nongkrong sambil ngopi gini sama saya?"

Raline mengangguk semangat. "Nyaman dong, Bu. Kan saya udah lama ngefans sama Bu Siska. Bisa di tawarin magang di butik Ibu aja rasanya udah kayak lagi terbang ke awang-awang saking senang nya."

Bu Siska terkekeh melihat tingkah Raline. "Saya seneng loh ada kamu di butik. Biasanya kan saya kerja sama orang-orang yang terlalu serius sama kerjaan jadi keadaan butik agak boring. Tapi semenjak ada kamu, saya jadi nggak merasa boring lagi deh."

"Aduh.. saya jadi malu deh kalau Ibu sampai bilang begitu." ucap Raline.

"Loh? Kenapa malu?"

"Saya kadang orang nya terlalu bersemangat sampai lupa jaga sikap. Kalau ada sikap saya yang berlebihan dan kurang sopan, Ibu boleh tegur saya kapan pun kok. Biar saya bisa introspeksi diri."

"Kamu itu orang nya bisa bawa suasana jadi ramai tapi masih sopan. Jadi mana mungkin saya tegur kamu gitu aja. Lagian selama magang disini saya nggak pernah lihat kamu melakukan kesalahan yang fatal kok."

Raline menghela nafas lega. "Saya udah deg-degan takut di suruh out dari butik Ibu."

"Selain hobi design, kamu suka apa lagi?" tanya Bu Siska.

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang