BAB 28: BUKTI KEBUCINAN JEROME

1.2K 237 226
                                    

~ Happy Reading ~





Sepulangnya dari berlibur ke Prancis dan Italia, Raline tidak langsung pulang ke kontrakan nya. Mama Siska meminta nya untuk tinggal sementara di rumah keluarga Wilsen sampai liburan selesai. 

Karena merasa tidak enak kalau harus menolak, akhirnya Raline pun menerima tawaran itu. Dia habiskan tiga hari menginap di kediaman Wilsen, dan tentu saja banyak terjadi sesuatu diantara dirinya dan Jerome.

Entahlah, Raline agak bingung kenapa pacarnya itu jadi berubah sedikit agresif kepadanya. Sepertinya ucapan Abigail yang mengatakan kalau Jerome cowok pasif itu tidak benar sama sekali.

Bagaimana tidak? 

Jerome selalu punya banyak cara untuk menempel padanya. Dimana pun dan kapanpun. Bahkan cowok itu pernah nekat masuk ke kamarnya saat tengah malam dan memaksa untuk tidur bersamanya. 

Walaupun tidak ada hal lain yang terjadi diantara mereka, tapi Raline menilai kalau perubahan pacarnya itu benar-benar bisa membuatnya tidak tenang karena jantung nya selalu berdetak kencang.

Kalau bisa dikatakan Jerome yang sekarang Raline kenal sangat amat berbanding jauh dengan Jerome yang dulu dia kenal. Sekarang Jerome tidak lagi ragu mengungkapkan perasaan nya, walaupun tak dapat di pungkiri kalau sifat asli cowok itu masih tetap tidak hilang.

Cuek nya Jerome masih tetap ada seperti sudah menjadi sifat alamiah nya. Jerome saat bersamanya memang sudah berubah lebih terbuka, tapi saat bersama orang lain cowok itu tetap bersikap cuek dan dingin.

Kemarin siang Jerome mengantarnya pulang ke kontrakan karena besok pagi sudah mulai kuliah kembali. Raline menilai kalau liburan kali ini adalah liburan paling berkesan untuknya. 

Saat ini dia sedang berada di kamarnya bersama para teman-temannya yang sudah heboh saat dia bilang bawa oleh-oleh untuk mereka.

"Gila? Ini beneran hasil shopping lo selama keliling Eropa, Rell?" tanya Jean dengan heboh.

Raline mengangguk. Dia membuka paper bag dan mengeluarkan barang belanjaan nya satu-persatu. 

"OMG! Gila!!! Lo tau nggak sih ini tas harga nya berapa? Hampir 20 Juta, Rell! Lo diem-diem punya tabungan banyak ya, tapi jarang traktir temen."

"Ini juga ankle boots nya gue jamin harga nya mehong banget deh. Aduh kepala gue pusing seketika lihat barang-barang high class begini." celetuk Lili.

"Baju-baju nya juga bagus. Masih ada price tag nya lagi. Pasti harga satu baju ini bisa buat bayar kontrakan tiga bulan nih." sahut Judith.

"Lo kalau kaya jangan pelit-pelit sama kita lah, Kak. Apalagi sama gue. Gue kan sering banget dijadiin babu sama lo, tapi lo cuma mampu ngasih gue sedikit." ujar Mahen yang ikut nimbrung di acara cewek-cewek.

Raline menghela nafas. "Guys, kalian tau kalau gue ngga se-kaya itu. Orang tua gue juga cuma pengusaha kecil-kecilan dan uang tabungan gue nggak lebih dari harga salah satu barang branded itu."

"Terus kenapa lo bisa beli barang-barang branded ini? Lo sadar kan pas lagi beli nya?" tanya Lili.

"Iya gue sadar. Makanya itu gue sempet nolak pas dibeliin karena tau kalau semua barang-barang itu nggak akan bisa gue beli kalau pakai uang sendiri."

"Jangan bilang lo selama ini jadi simpenan sugar daddy kaya raya ya?" ucapan Jean barusan membuat Raline langsung menggerutu sebal.

"Enak aja kalau ngomong. Emang lo pikir gue cewek apaan."

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang