BAB 19: BREAK UP (?)

1.5K 280 602
                                    

Semangat emosi lagi guys??


~ Happy Reading ~




Raline berlari tak kenal arah setelah keluar dari rumah kediaman keluarga Wilsen. Langkahnya menuntunnya ke sebuah taman yang tak jauh dari kompleks perumahan keluarga Wilsen.

Dia terduduk di taman yang lumayan sepi itu lalu menumpahkan segala kesedihan dan kekecewaannya terhadap sikap keras pacarnya tadi.

Dia masih terkejut saat Jerome membentaknya. Dan dia pun masih tak menyangka kalau pacarnya itu tega bersikap seperti itu hanya karena sebuah album foto kenangan bersama mantan pacarnya.

Dan saat ini Raline bertanya-tanya, jadi selama lima bulan mereka pacaran, Jerome masih belum benar-benar bisa melepaskan bayangan Abigail dari hidup cowok itu.

Dia pikir Jerome sudah mulai memiliki sedikit perasaan untuknya, melihat bagaimana sikap manis pemuda itu akhir-akhir ini.

Tapi nyatanya ekspetasi nya terlalu tinggi sampai membuatnya tidak menyadari ada satu hal ganjil yang mungkin saja tidak dia ketahui.

Jerome masih menyimpan baik kenangannya dengan Abigail. Dan Raline sangat meyakini kalau pacarnya itu tidak akan tega membuang semua kenangan itu.

Rintik-rintik hujan makin deras mengguyur tubuhnya. Raline baru sadar kalau sejak tadi dia kehujanan.
Dan dia sama sekali tidak berniat untuk meneduh. Biarlah air hujan menyamarkan air mata kesedihannya saat ini.

Tinnn.. Tinnn..

Raline mendongak saat mendengar suara klakson yang begitu nyaring. Dia melihat mobil sedan warna hitam terparkir tepat di depannya.

"Ya Tuhan, kak Raline! Lo ngapain sih malah hujan-hujanan begini?" suara melengking milik Mahen terdengar bersahutan dengan suara hujan.

Lelaki tampan itu segera berjalan mendekati Raline. "Ayo kita masuk ke mobil." ucapnya.

Raline hanya menurut saja apa perkataan Mahen. Jiwa nya masih melayang ke kejadian tadi.

"Lo tau darimana kalau gue disini?" tanya Raline saat mereka sudah ada di dalam mobil.

Ini mobil milik Dimas. Dan sepertinya Mahen meminjamnya.

"Insting gue." jawab Mahen.

Dia melepas hoodie nya dan menyerahkannya ke Raline. "Pakai, kak. Badan lo basah kuyup. Gue udah matiin AC nya tapi lo pasti bakal tetap kedinginan."

Raline mengambil hoodie itu. Dia terkekeh samar, "lo suka sama gue ya?"

"Hah?" Mahen langsung merespon nya dengan wajah cengo. "Kagak lah anjir. Gue udah punya gebetan. Lo baper sama gue ya? Tapi nggak mungkin sih, lo kan bulol number one nya Jerome Raditya Wilsen." lanjutnya.

Mendengar nama Jerome kembali membuat hatinya terasa teriris pisau tajam. Sangat perih dan membuatnya tidak bisa menutupi kesedihannya.

"Gue tau lo lagi ada masalah sama Bang Jerome. Gue nggak akan minta penjelasan apa-apa dan gue nggak akan ngasih tau ke siapa-siapa. Lo bebas nangis sepuasnya disini, Kak." kata Mahen seakan mengerti dengan kondisi Raline.

Setelah mendengarnya, Raline pun tanpa ragu lagi langsung melepas semua kegundahan hatinya. Tangisannya begitu pilu sampai Mahen meringis iba mendengarnya.

Dia jarang melihat Raline se-terpuruk ini. Cewek itu punya kepribadian yang ceria dan penuh semangat. Dan saat dirinya melihat Raline menangis sampai sesegukan gini membuatnya tak kuasa untuk menahan amarahnya.

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang