~ Happy Reading ~
Raline tahu apa yang akan terjadi apabila dia masih memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Jerome.
Dia sangat tahu kalau orang tua Jerome tidak akan melupakan tentang kejadian pagi ini dan dia cukup menyesal kenapa masih tetap ikut Jerome pulang ke rumahnya.
Sungguh, rasa malu sebesar ini tidak pernah dia rasakan dalam hidupnya. Walaupun ini memang bukan sesuatu yang bersifat negatif sama sekali.
"Kenapa pulangnya cepet? Padahal kalau masih mau jalan-jalan sampai tengah malam pun Mama izinin loh. Asal tahu batasan dan nggak sampai kebablasan."
Mendengar ucapan Tante Siska malah membuat rasa sensitif di hatinya mencuat. Raline tahu kalau saat ini Mama dari pacarnya itu sedang menyinggung tentang kejadian tadi pagi, saat Tante Siska memergoki mereka tengah tidur bersama sambil berpelukan.
"Kenapa malah nyuruh pulang tengah malem? Biasanya Mama paling nggak suka kalau lihat aku pulang telat." ini kata Jerome. Dia pun merasa bingung dengan sikap Mama nya.
Tante Siska berbicara tanpa melepaskan senyuman di wajahnya. "Kali aja masih mau asik-asikan pacaran. Kan kalau udah di rumah nggak akan sebebas di luar."
Jerome menghela nafasnya. Dia sangat paham apa maksudnya Mama nya ini. "Nggak usah mikir macem-macem deh, Ma. Apa yang Mana bayangin nggak akan sampai kejadian. Aneh banget deh Mama."
Tante Siska mencibir sikap anaknya. "Emangnya Mama mikirin apa. Sok tau banget kamu, Dek."
"Papa juga paham apa maksud Mama. Dan Papa menentang keras skenario yang sekarang lagi di rancang sama otak Mama. Mereka masih terlalu muda, nggak usah terburu-buru. Biarin mereka menikmati masa-masa pacaran khas anak muda." suara berat milik sang Papa terdengar.
"Mama kan udah nggak sabar pengen punya cucu. Temen-temen Mama kebanyakan udah gendong cucu."
"Jerome masih belum lulus kuliah, pacarnya juga. Mereka masih terlalu dini buat ngomongin masalah rumah tangga. Biarin mereka bereksplorasi sama kehidupan dulu biar nanti nggak kaget kalau udah berumah tangga." kata-kata bijak dari Papa sukses membungkam mulut Tante Siska.
Dan diam-diam Raline bersyukur karena Papa nya Jerome masih berpikir panjang kedepan dan tidak menuntut hubungan mereka agar lebih jauh.
"Minggu besok kalian udah liburan semester kan? Raline ada rencana kemana selama liburan ini?" tanya Tante Siska yang langsung merubah topik obrolan.
"Belum ada rencana pasti sih, Tan. Karena liburannya cuma dua Minggu jadi lebih baik di pakai buat ngurusin tugas yang hampir deadline sama santai-santai." balas Raline.
"Kamu nggak ada rencana sama Jerome gitu? Liburan kek, atau hunting kek."
Raline melirik sekilas ke arah sang pacar yang ada di sebelahnya. "Kita belum punya rencana liburan, Tan. Dan kayaknya Jerome juga agak sibuk."
"Nggak bisa begitu dong. Liburan ya harus di isi sama kegiatan yang menyenangkan. Masa liburan masih mikir tugas."
"Tapi emang kenyataannya begitu, Ma. Aku juga mau ngurusin tugas-tugas kuliah yang hampir mepet deadline."
Tante Siska menggeleng penuh penolakan. "Nggak bisa gitu. Waktu liburan dua Minggu itu harus di manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jadi kita harus punya rencana liburan keluarga."
"Maksud Mama?"
Senyum merekah di wajah cantik Tante Siska yang belum di hiasi oleh keriput.
"Gimana kalau kita liburan keluarga ke Eropa? Misalnya ke Milan dan Paris gitu. Atau kalau sempat nanti kita mampir ke Dubai juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] HATI dan WAKTU
RomanceRaline menawarkan diri menjadi pacar Jerome untuk membantu cowok itu move-on dari mantan pacarnya. Dia tahu kalau apa yang dia lakukan ini sangat beresiko. Karena tidak ada jaminan sama sekali kalau hubungan mereka akan berakhir bahagia. Dia tahu i...