BAB 34: MULAI MENGGANGGU

910 207 214
                                    

~ Happy Reading ~




Apa yang sudah keluar dari mulut Jerome sepertinya akan menjadi kenyataan yang valid. Cowok itu sudah berkali-kali mengatakan niatnya untuk mengajak Raline ke jenjang yang lebih serius.

Dan terbukti benar.

Beberapa hari terakhir ini Jerome sering membahas tentang tunangan atau pernikahan. Dia juga jadi lebih sering memanggilnya 'calon istri' atau 'calon saya' kepada orang-orang yang bertanya tentang Raline kepadanya.

Raline sebagai pacar pun tentu saja merasa hati dan hari nya dipenuhi oleh bunga. Dia tidak menyangka kalau pacarnya benar-benar serius mengajaknya ke jenjang yang lebih resmi.

Sikap Jerome seakan mengatakan kalau cowok itu memang sudah siap dan mantap untuk meminang nya. Beberapa kali juga dia mengatakan tentang anak atau segala hal yang berhubungan dengan rumah tangga.

Memang aneh dan terkesan terburu-buru, tapi Raline bisa melihat dengan jelas keyakinan di mata Jerome. Cowok itu seperti sudah tidak sabar untuk membina rumah tangga dengannya.

Biasanya Jerome selalu berpikir matang-matang saat memutuskan sesuatu. Tapi berbeda untuk hal ini. Dia seperti lebih mengutamakan perasaannya tanpa melibatkan berbagai macam pikiran.

Semoga keputusan yang diambil oleh Jerome mendapat respon positif dari orang-orang disekitar mereka.

Pagi ini Raline rencananya ingin pergi ke salon dan spa untuk memanjakan diri setelah beberapa minggu terakhir tidak memiliki waktu untuk melakukannya.

Tapi rencana itu gagal total karena Jerome tiba-tiba menghubunginya dan memintanya untuk bersiap-siap dengan baik.

Awalnya Raline bingung karena pacarnya itu tidak memberikan kejelasan dari ajakannya. Jerome hanya menyuruhnya berdandan cantik dan rapi.

Sesampainya di sebuah restoran bintang lima barulah dia sadar dengan apa yang sedang di rencanakan oleh Jerome. Tepat di depan matanya sekarang sudah duduk Papa dan Mama nya Jerome yang tengah melempar senyum sumringah ke arahnya. Ah tidak, yang tersenyum sumringah hanya Mama Siska saja. Papa nya Jerome masih dengan wajah datar khas nya.

Raline masih bingung dengan situasi yang tengah terjadi di meja restoran yang sudah tersaji banyak pilihan hidangan mewah. Sepertinya diantara anggota keluarga Wilsen hanya dia saja yang masih belum tahu apa maksud dari pertemuan keluarga ini.

"Raline cantik ya. Apalagi kalau nanti pakai wedding dress buatan Mama." celetuk Mama Siska memulai obrolan.

Raline hanya membalasnya dengan senyum sopan. Dia tidak tahu apa-apa dan Jerome pun sepertinya tidak berniat memberitahunya.

"Jerome udah bicarakan semuanya tentang rencana masa depan kalian. Meskipun sebelumnya banyak pertimbangan tapi dia berhasil meyakinkan kedua orang tua nya dan siap melangkah ke jenjang yang lebih serius." ujar Papa Jerome.

"Betul itu. Tante aja sampai nggak percaya karena Jerome kan anaknya lebih mementingkan pendidikan dan karir dulu. Tapi tante ikut senang karena Jerome mengambil keputusan yang tepat."

"Raline, saya mau tanya sama kamu. Apa kamu siap merajut takdir dan menghabiskan hidup kamu menjadi pendamping Jerome?" tanya Papa.

Hati Raline langsung bergemuruh kencang. Tidak pernah dia bayangkan kalau kata-kata itu akan dia dengar dalam waktu dekat ini. Raline merasa seperti sedang di interogasi dengan kata-kata yang mengintimidasi.

"S-saya siap, om. Saya juga bakal belajar lebih serius lagi biar bisa menjadi partner yang tepat untuk Jerome di masa depan nanti." jawab Raline dengan disertai degupan jantung yang menggila.

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang