BAB 40: USAI

959 204 77
                                    

Baca nya sambil dengerin lagu Tiara Andini - Usai, biar lebih mantap ☺️


~ Happy Reading ~


Selepas kepulangan nya dari rumah sakit, Raline tidak dibiarkan sendirian. Teman-teman selalu menemani nya dan tidak pernah meninggalkan sisi nya. Sejujurnya Raline membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan hati, tapi Dimas bilang kalau dia takut membiarkan Raline sendirian.

Tapi untungnya ada Judith yang berusaha memberi pengertian agar Dimas mengizinkan Raline untuk menyendiri sejenak. Walau bagaimanapun waktu untuk menyendiri juga sangat di perlukan. Lagipula Raline sudah lelah meratapi nasib malang nya dan dia tidak berniat untuk memperpanjang luka hati nya laku menangis seharian penuh.

Sekarang dia sedang mengumpulkan barang-barang pemberian Jerome yang akan dia kirimkan ke alamat rumah yang Abigail kirimkan lusa lalu.

Cewek itu benar-benar mengancam nya untuk memberikan barang-barang yang sempat Jerome kasih saat mereka masih pacaran dulu. Tanpa terkecuali, Abigail sepertinya menginginkan semua barang-barang mewah itu.

Entahlah apa maksudnya. Kenapa Abigail meminta barang bekas dirinya kalau dia saja bisa meminta langsung ke Jerome. Bukankah mereka berdua akan segera menikah? Seharusnya Jerome bisa memberikan semua barang-barang yang Abigail minta tanpa terkecuali.

Tapi Raline tidak mau memikirkannya lebih jauh. Itu semua bukan lagi urusan nya dan dia tidak punya niat untuk mengurusi urusan orang lain. Karena menurutnya Jerome bukan lagi bagian dari hidupnya tepat setelah cowok itu memutus hubungan mereka.

Saat ini Raline ingin menikmati kehidupan nya. Bukan kehidupan yang ada Jerome di dalam nya. Tapi kehidupannya sendiri dan tentu saja Jerome tidak ikut termasuk kedalam nya.

"Rell, ini mau lo kasih ke nenek lampir semua nya?" tanya Lili yang ikut membantu Raline mengemasi barang-barang pemberian Jerome.

"Iya. Semuanya, tanpa sisa."

Jean yang juga membantu Raline mulai menggerutu kesal. "Gue yakin banget nih cewek emang udah ada niat malak lo. Sampai barang-barang yang udah jadi milik lo aja mau di hak miliki sama dia. Cewek kok nggak ada malu-malu nya."

"Jangan-jangan dia emang iri kali sama kak Raline. Kan kak Raline sering di jajanin barang mewah sama bang Jeromeㅡ dulu pas masih pacaran." kata Mahen yang juga ikut membantu.

Raline menghela napas. "Bisa nggak kita jangan bahas mereka dulu. Jujur, gue males banget denger nya."

"Oke, kita nggak akan bahas mereka lagi mulai sekarang." ucap Lili.

"Maksud gue kalau di depan gue aja. Kalau nggak lagi sama gue kalian bebas kok kalau mau ngomongin mereka." ucap Raline dengan senyum kecut.

"Iya Rell. Kita paham kok maksud lo. Lagian kita juga nggak tertarik buat ngomongin mereka lagi. Kecuali Mahen mungkin."

"Lah ko gue, kak?" 

"Lo kan temen nya Jerome."

"Kalau ngomongin geng sih gue emang temen nya bang Jerome. Tapi kalau lagi nggak ngomongin geng gue juga nggak tertarik bahas dia."

"Oke. Mulai detik ini jangan ada yang ngomongin dua orang itu di depan Raline."

"Ada baik nya emang nggak usah bahas mereka lagi sih. Apa untung nya coba." ucap Jean dengan nada sinis.

"Ya udah jangan di bahas lagi. Biarin Raline tenang dan cepet lupain masalah kemaren."

Mereka kembali membantu Raline mengemas barang-barang pemberian Jerome ke kotak yang lumayan besar. Hampir semua barang-barang yang pernah diberikan Jerome di masukan semua ke kotak itu.

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang