Tap tap ⭐
Happy Reading!***
"Pras, aku balek neng bank yo," pamit Rian pada Januar. Omong-omong, Rian dan Tiara bekerja di salah satu bank nasional di Temanggung. (Pras, aku balik ke bank ya?)
"Yo ati-ati." balas Januar singkat.
Baru berjalan beberapa langkah, ia pun berbalik. "Koe ngopo koyo patung ngono Ra? Cepetan, wes arep jam siji iki!" perintahnya pada Tiara yang mematung menatap dua orang yang sedang duduk bersama. (Kamu ngapain kayak patung gitu Ra? Cepetan, udah mau jam satu nih!)
Tiara tak mengindahkan kekesalan Rian, netranya terfokus pada interaksi kedua orang berbeda gender di hadapannya. Mereka berdua memang tidak banyak berbicara, tapi Tiara tahu jika wanita itu sudah satu langkah lebih di depannya.
Selama bertahun-tahun mengenal Januar, Tiara tak pernah mendapatkan apa yang sedang tersaji di depan matanya. Bukan tentang seberapa dekat tubuhnya dan Januar atau seberapa sering ia berbicara dengan lelaki itu. Tetapi sebuah gesture yang menandakan penerimaan dari lelaki itu. Januar menerima kehadiran wanita itu di dekatnya. Bukan sebuah garis pertahanan yang selama ini didapatnya.
Tangan Tiara mengepal kuat. Sialan, sebenarnya siapa wanita ini? Kenapa tiba-tiba hadir dan merebut Januar-nya? Amarahnya semakin meluap ketika melihat Januar membuka kotak bekal yang dibawa wanita itu dan mulai memakannya. Sedangkan nasi ayam yang dibelinya sebelum kemari tergeletak begitu saja. Yah sejujurnya, Januar sudah menolaknya dengan halus tadi. Lelaki itu berkata tidak ingin memakan junk food.
"TAK TINGGAL YO? KOE NUMPAK GOJEK WAE!" Rian berteriak kesal. Begini-begini, Rian tidak suka keterlambatan apalagi memakan gaji buta. Jam istirahatnya hampir selesai, ia harus kembali ke bank secepatnya. Perjalanan mereka juga menempuh waktu 15 menit. Kenapa Tiara tak mengerti jika ia sudah membuang waktu banyak mereka? (Tak tinggal ya? Kamu naik gojek aja!)
Sembari berdecak, Tiara berbalik menuju motor Rian yang terparkir di sebelah bengkel Januar. Rian baru saja memberinya helm, namun tungkainya ia bawa kembali ke hadapan Januar dan wanita itu.
"Nasi ayamnya buat siapa terserah. Kalo Mas Pras ndak mau, buang aja!" ucapnya penuh amarah. Lantas berlari keluar. Tak lama, suara mesin motor terdengar. Dan lama-kelamaan, menghilang.
Sekar mengamati ekspresi Januar di sebelahnya. "Maaf." cicitnya.
Januar menoleh. "Maaf apa?"
"Aku ganggu kalian. Eh aku nggak papa kan? Biar nggak terlalu formal ...."
Januar hanya mengangguk pelan. Kembali menyuap sekotal bekal di telapak tangannya.
"Kok nggak jawab? Maaf ya aku ganggu kalian. Tadi pacar kamu ya?" Sudah terlambat untuk menyesali ucapannya barusan. Sungguh, Sekar tak ada niat ingin tahu atau penasaran dengan kehidupan asmara orang lain. Tetapi tatapan tajam perempuan tadi mengusiknya. Dan ia kurang nyaman dengan hal itu. Jika memang benar perempuan tadi pacarnya, Sekar ingin meminta maaf dan berharap perempuan tadi tidak salah paham dengan kehadiran Sekar di sini.
"Saya nggak punya pacar. Dan nggak ada niatan punya juga." jawab Januar akhirnya. Untuk kalimat terakhir, Januar kelepasan. Untuk apa ia memberikan informasi itu pada Sekar? Tidak penting sekali.
"Oh gitu ...." Sekar manggut-manggut meski ia sudah menyimpulkan dalam hati jika perempuan tadi menyukai lelaki di sebelahnya ini. Sekar jadi sedikit berempati karena perasaan perempuan itu bertepuk sebelah tangan.
Sekar bangkit. "Yaudah, aku balik dulu. Kotak bekalnya nanti atau besok aja aku ambil ke rumah kamu."
"Tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule✔
Fanfiction[ KARINA ft. JENO ] Sekar Ayu Kinanti baru saja diceraikan suaminya karena sebuah alasan. Demi menyembuhkan luka di hatinya, ia pergi dari Jakarta dan hidup di pedesaan. Meninggalkan segala kenangan dan menjauh dari orang-orang yang menyakitinya. Ja...