Tap tap ⭐
Happy Reading!***
"Loh? Pras ndi?" Mahesa bertanya dengan bingung. (Pras mana?)
Hanif tak langsung menjawab, ia memakirkan motornya di garasi terlebih dahulu. Setelahnya, ia melangkah menuju teras rumahnya.
"Lapo ono cah iki?" tunjuk Hanif pada Tiara yang sedang duduk dan menunggu jawabannya mengenai kehadiran Januar. (Kenapa ada anak ini?)
Tiara berdecak sebal. "Mas Pras mana?"
Hanif beralih pada Mahesa. "Mas, kalo ndak jadi sekarang piye? Pras ndak bisa ikut."
"Kenapa?" tanya Mahesa.
"Ngejar pacare." jawab Hanif santai.
"PACAR?! MAS PRAS PUNYA PACAR?? SIAPA??!!!" sahut Tiara heboh.
"Opo seh," Hanif melengos.
"Siapa Nif pacare?" tanya Mahesa penasaran.
"Ituloh yang ponakannya Bu Rukmini, si Sekar."
"Loh? Mereka pacaran?" Mahesa mengerutkan dahinya bingung.
Sedangkan Tiara berang karena dua alasan. Pertama, karena rumor sampah yang baru saja Hanif lontarkan. Kedua, karena Hanif tak mengacuhkannya.
"MEREKA NGGAK PACARAN!!" sangkal Tiara dengan keras.
"Din, masuk. Udah sore." perintah Hanif pada sang istri. Andini yang sedang duduk di sofa teras menurut. Wanita berbadan dua itu masuk setelah berpamitan pada Mahesa dan Tiara.
Tatapan Hanif beralih pada Tiara. Sangat tajam. Dari dulu, Hanif tak pernah menyukai perempuan ini. Boro-boro menjadikan Tiara sebagai pacar, berteman dengan Tiara saja Hanif tak sudi.
"Koe iso meneng rak sih? Nek anakku kaget, piye?! Mendingan koe bali!" tegurnya pada Tiara dengan tajam. (Kamu bisa diam nggak sih? Kalau anakku kaget gimana?! Mending kamu pulang!)
Tiara balik menatap tajam Hanif.
Mahesa menghela nafas lelah. "Ayo, Mas anter kamu balik." ajaknya pada adik iparnya.
"Pokoknya mereka nggak pacaran. Nggak usah nyebar fitnah kamu!" tandas Tiara.
Hanif terkekeh. "Mau mereka pacaran atau enggak, Pras nggak bakalan suka sama kamu!" ucapnya penuh penekanan. "Mas Esa, maaf yo. Aku mau masuk duluan. Ati-ati Mas,"
"Iya nggak papa." balas Mahesa.
Amarah Tiara masih meletup-letup bahkan sampai punggung Hanif hilang dibalik pintu rumah.
***
Pembicaraan dirinya dan ibu-ibu tempo hari dalam sekejap sudah menyebar. Meskipun masih dalam lingkup RT saja. Namun fakta itu tetap mengusik Sekar. Sudah tiga hari ini, ia tidak keluar rumah. Sejujurnya, ia tak peduli statusnya digunjingkan, tapi ia tidak ingin dikasihani. Meskipun pernikahannya gagal, nyatanya Sekar masih bisa hidup hingga hari ini. Hidupnya belum berakhir.
Pikirannya tiba-tiba teralih pada Januar. Lelaki itu juga tak pernah mengunjungi rumah ini setelah kejadian itu. Sekar menyesal, seharusnya ia tak berbicara kasar pada Januar. Lelaki itu peduli padanya, lelaki itu tidak menggunjingkan statusnya, lelaki itu mengerti dengan pilihannya yang bahkan ayahnya sendiri saja tidak bisa.
Januar benar. Penilaian orang lain tidak semuanya benar dan objektif. Yang bisa menilai kita adalah diri kita sendiri. Sekar mengenal dirinya sendiri lebih baik dari siapapun, bahkan dari orangtuanya sekalipun. Sekar mendesah pelan, seseorang yang bisa ia anggap sebagai temannya di sini sudah ia kecewakan. Sepertinya Sekar harus berbicara dengan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule✔
Fanfiction[ KARINA ft. JENO ] Sekar Ayu Kinanti baru saja diceraikan suaminya karena sebuah alasan. Demi menyembuhkan luka di hatinya, ia pergi dari Jakarta dan hidup di pedesaan. Meninggalkan segala kenangan dan menjauh dari orang-orang yang menyakitinya. Ja...