13. Sebuah peringatan

2.2K 416 63
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!
Warning: harsh words

Dimohon berdoa terlebih dahulu🙏🏻

***

Hari minggu ini Januar tak membuka bengkelnya. Tidak ada alasan yang berarti, ia hanya ingin istirahat saja. Motornya bergerak perlahan melewati jalan setapak menuju rumahnya. Januar baru saja pulang dari rumah Hanif. Calon ayah itu memaksanya untuk datang ke rumahnya dan menyantap berbagai hidangan yang sudah disediakan.

Hanif adalah salah satu alasan Januar nyaman tinggal di desa ini. Ia bersyukur telah menemukan tempat yang tepat untuk berlari. Mungkin suatu saat nanti desa ini bukan lagi tempat pelarian baginya, mungkin. Januar tidak ingin menduga lebih jauh, karena semua akan terjawab di masa depan.

Sudah satu minggu terlewati, tetapi Januar masih belum mampu menemui Sekar. Keberaniannya menguap entah kemana. Januar sudah bertekad dari semalam, bahwa hari ini ia harus meminta maaf pada wanita itu dan memperbaiki hubungan baik keduanya. Harus.

Tiba-tiba, netranya melihat sosok Sekar keluar dari salah satu halaman rumah warga. Januar memicingkan matanya. Meyakinkan dirinya jika apa yang ia lihat benar-benar wanita itu. Januar melajukan motornya lebih cepat.

"ABANG PILIH YANG MANA, PERAWAN ATAU JANDA. PERAWAN MEMANG MENAWAN, JANDA LEBIH MENGGODAAAA"

Januar terperangah? Apa? Apa yang baru saja ia dengar? Karena terlalu fokus dengan punggung Sekar, ia tak melihat ada segerombolan laki-laki berisi tiga orang yang Januar tebak baru lulus SMA dan tak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Giginya bergemeletuk. Anak-anak kurangajar ini akan ia–

Sekar menatap tiga remaja itu dengan datar. Ia melanjutkan langkahnya tanpa membalas ejekan yang ditujukan padanya.

–hajar.

Keinginan untuk memberi pelajaran pada tiga remaja itu menguap. Saat melewati ketiganya, Januar hanya menatap mereka dengan tajam. Ketiganya langsung bungkam. Januar mendengkus. Dasar anak bawang, makinya dalam hati.

Sekar menoleh ketika sebuah motor berhenti tepat di sampingnya. Ia terlonjak kaget. Demi Tuhan, ini pertama kalinya ia sedekat ini dengan Januar setelah seminggu lamanya. Sekar gugup sekali!

"Ayo naik."

"Hah?"

"Ayo. Naik." ulang Januar dan menekan tiap katanya.

Sekar menurut. Ia naik ke boncengan motor lelaki itu. Perjalanan mereka dilalui dengan keheningan serta kecanggungan. Sekar menggigit bibirnya kuat. Ia harus meminta maaf, bukan?

"Sudah sampai."

"Eh? Oh! Iya ...." Sekar turun dengan setengah hati. "M-makasih ...." cicitnya gugup.

Januar menatapnya lama. Sekar hanya menundukkan kepalanya.

"Jangan didengarkan. Mereka memang kurang ajar." ucap Januar pelan. "Saya pulang. Permisi."

"Mas–"

Terlambat. Motor Januar sudah meninggalkan halaman rumah budhenya.

***

"Permisi!"

Tok tok tok!

"Permisi!"

Rukmini melirik ke arah pintu samping rumahnya. "Siapa ya, Nduk?"

"Nggak tau Budhe, Kinan bukain ya?"

"Ya sudah, ikannya takut gosong kalau Budhe tinggal. Makasih ya Nduk,"

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang