Tap tap ⭐
Happy Reading!***
"Mau ngomongin apa sih Pak?"
Rudi menatap anak bungsunya yang baru datang dan bergabung dengannya di sofa ruang tengah.
"Jauhin Pras." perintahnya tegas.
"Hah? Bapak ngomong apa sih?" Tiara sewot.
Rudi menghembuskan nafas kasar. "Bapak minta kamu Jauhin Pras atau Bapak paksa kamu nikah sama anak temen Bapak."
Tiara terbelalak. "Apa sih???!!" Nadanya meninggi.
"Bapak nggak akan ngomong dua kali."
"Emang Mas Pras salah apa sih? Kenapa aku nggak boleh sama dia?!"
"Nggak perlu bentak-bentak. Bapak masih bisa dengar."
Tiara menarik nafas dalam. Mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.
"Aku cinta sama Mas Pras!"
Rudi mendengkus. "Cinta? Kamu yakin yang begitu cinta?"
Tiara tertohok.
"Kamu pikir Bapak nggak menyetujui kamu sama Pras cuma karena pekerjaan dia? Enggak. Karena kamu selalu ngemis cinta ke dia. Bapak nggak suka kamu merendahkan diri begitu. Kamu wanita terhormat. Harusnya para pria yang mengejar kamu!" hardik Rudi.
Pelupuk mata Tiara sudah basah. Sekuat apapun dirinya menolak, jauh di dalam hatinya, Tiara setuju dengan pernyataan ayahnya.
"Sekarang kamu pilih. Jauhin Pras, atau Bapak paksa kamu nikah sama orang yang belum kamu kenal. Kamu tau Bapak nggak lagi bercanda kan, Ra?"
Tiara tahu jika ayahnya sangat serius sekarang. Demi apapun, ini pilihan yang berat untuknya. Apa dirinya sanggup jika harus melepas Januar? Ia mencintai lelaki itu. Tetapi menikah dengan pria yang tak dirinya cintai jauh lebih buruk.
Dengan berat hati, Tiara memutuskan untuk menjauhi Januar.
"Aku nggak bakal deketin Mas Pras lagi." lirihnya pilu. Air matanya menetes.
"Bagus."
"Tapi Bapak janji ya jangan jodohin aku sama siapapun!"
"Janji."
***
"Kamu kenapa gelisah begitu, Nduk?" tanya Rukmini pada ponakannya.
"Budhe ... aku ...."
"Ada apa? Coba ngomong aja,"
"Masakan Budhe kan enak, kenapa nggak jual sayur dan lauk matang?"
Rukmini terkekeh. "Di sini mah kebanyakan ibu rumah tangga semua Nduk. Mereka pada masak sendiri-sendiri. Apalagi banyak yang nanem sayur sendiri."
"Ah gitu ...." balas Sekar sedikit kecewa.
Rukmini menangkap kekecewaan ponakannya. "Memangnya kenapa?"
"Aku ... aku nggak enak sama Budhe dan pakdhe." jawabnya murung.
"Loh, nggak enak kenapa?"
"Aku nggak enak cuma numpang di sini, aku pengen balas budi ... tabungan Kinan masih ada kok Budhe, tapi ya Kinan harus kerja atau jualan sebelum habis."
Rukmini meraih telapak tangan Sekar. "Nduk, dengar. Kehadiran kamu di sini buat kami berdua itu anugerah. Kamu tau sendiri kan kalau selama ini kami cuma tinggal berdua. Kami senang dan bersyukur kamu tinggal di sini. Kamu nggak perlu memikirkan itu. Kami berdua ikhlas menerima kamu di sini, Kinan. Kamu sudah seperti anak kami sendiri. Jadi segala kebutuhan rumah tangga, nggak perlu kamu pikirin. Uang tabungan kamu, kamu pakai buat keperluan pribadi kamu saja. Atau tetap ditabung. Ya?" jelasnya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule✔
Fanfiction[ KARINA ft. JENO ] Sekar Ayu Kinanti baru saja diceraikan suaminya karena sebuah alasan. Demi menyembuhkan luka di hatinya, ia pergi dari Jakarta dan hidup di pedesaan. Meninggalkan segala kenangan dan menjauh dari orang-orang yang menyakitinya. Ja...