20. Seperti mimpi buruk

2.3K 418 97
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!
Warning: drama

***

"Karena Ayah yang memberi tahu."

Sekar meremas kain yang melekat di tubuhnya ketika mendengar suara pria paruh baya itu. Suara ayahnya. Ayahnya berada di sini. Ayahnya yang kecewa padanya. Ayahnya yang menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi. 

"A-ayah ...." cicitnya terbata-bata.

Sang ayah menatap Sekar datar seperti biasa. Detik selanjutnya, maniknya menatap lelaki asing yang berada di atas motor. Otaknya menerka-nerka apa hubungan lelaki itu dengan anak perempuannya.

"Mana mbak Rukmini?" tanya sang ayah pada Sekar.

Tak ada jawaban.

Sang ayah mendengkus. "Ayo Yan, ke dalem." ajaknya pada Novian.

Novian menatap Sekar kembali, tak lama ia mengikuti mantan mertuanya untuk masuk ke dalam rumah.

"Kenapa ...." desah Sekar lirih. Ia melirik ayahnya yang tak mengindahkan ucapannya barusan. Sekar menarik nafas panjang sebelum, "KENAPA AYAH BAWA DIA KE SINI???!!!" teriaknya penuh emosi.

Langkah ayahnya terhenti. Pria tua itu menoleh dan menatapnya dengan tajam. Namun Sekar sama sekali tak gentar. Tidak, kali ini Sekar tidak akan diam lagi.

"Masuk."

"AYAH JAWAB!!!" bentaknya.

"MAKANYA MASUK! NANTI KAMU TAU SENDIRI JAWABANNYA!" bentak ayahnya tak kalah keras.

Sekar menatap ayahnya penuh luka. Cairan bening sudah mengalir di pipinya. Wanita itu bahkan tak sadar jika telapak tangannya digenggam oleh Januar yang sedari tadi hanya mengamati dalam diam.

"Ayah–"

"RUSDI???"

Kalimat Sekar terpotong oleh pekikan Rukmini yang terkejut dengan kehadiran sang adik.

***

Keheningan di ruang tamu seakan mencekik Sekar dengan perlahan. Rukmini baru saja datang dari dapur dan menyajikan segelas teh hangat untuk mereka berempat. Diam-diam wanita paruh baya itu sudah mengirimkan pesan pada suaminya untuk segara pulang ke rumah.

"Ada apa kamu datang kemari?" Rukmini memecahkan keheningan itu. Pertanyaannya memang ditujukan untuk sang adik, namun tatapannya mengarah pada Novian yang duduk di seberangnya.

Rusdi berdeham. "Kamu yang berbicara dulu, Yan."

Novian mengangguk meski sejujurnya ia gugup. "Kinan, aku mau minta maaf." sesalnya.

"Aku sama sekali nggak ngerti. Minta maaf buat apa?" Sekar menatap Novian penuh permusuhan. Demi Tuhan, Sekar ingin mencakar wajah pria itu.

"Kinan, aku tau kalau aku sama mama udah jahat banget sama kamu. Kami minta maaf."

"BISA LANGSUNG KE INTINYA? AKU MUAK DENGAR PERMINTAAN MAAF KAMU!" bentaknya penuh amarah.

"Kinan sebenarnya ... sebenarnya aku yang nggak subur." cicit Novian menahan malu.

Sekar terbelalak. Apa?

"Aku yang mandul Ki, karena itu Niar ninggalin aku. Kami bercerai." lanjut Novian.

Sekar tertawa getir. Setelah banyak hujatan yang ia terima sampai hari ini, mantan suaminya berbicara apa? Apa katanya tadi? Dia yang tak subur?

Novian menggigit bibirnya gugup. Ia mencuri pandang pada Sekar yang tak memberikan respon atas ucapannya.

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang