16. Fakta mengejutkan

2.2K 421 63
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!

***

"Mas, masih lama?" Tanya Sekar.

"Nggak terlalu, kita udah di Wonosobo." Jawab Januar.

Perjalanan di waktu subuh membuat motor Januar dapat melaju kencang. Meski jalanan tak sesepi itu. Banyak kendaraan besar yang lalu-lalang.

"Mas, kamu masih mau rahasiain tujuannya nih?" Tanya Sekar lagi. Tentu saja ia penasaran.

Januar terkekeh. "Masih di wilayah Dieng sebenernya. Tadinya saya mau ngajakin kamu ke Prau atau Sikunir. Tapi kayaknya butuh persiapan banyak. Takut kamu capek juga. Jadinya kesini."

Sekar memajukan wajahnya agar bisa mendengar penjelasan Januar. "Kesini kemana?"

"Nanti kamu juga tau." Januar masih kekeuh.

"IH TUH KAN! GITU AJA TERUS!!" Sekar tidak menyembunyikan kekesalannya.

Kali ini Januar tergelak.

***

"Kebun teh?" Celetuk Sekar ketika melirik gapura yang sudah mereka lewati.

"Bener. Nggak papa kan?"

"Nggak papa Mas, aku suka. Udaranya sejuk banget!" Seru Sekar senang.

Januar melirik Sekar yang sedang merentangkan kedua tangannya lewat spion motornya. Wanita itu tidak berbohong, dia betul-betul menyukai tempat ini. Dan kenyataan itu membuat dada Januar berdesir hangat. Ia lega dan senang disaat bersamaan.

Januar menepikan motornya di loket untuk membeli tiket masuk.

"Mas, biar aku aja." Seloroh Sekar.

"Nggak usah, saya aja." Januar menyerahkan satu lembar uang sepuluh ribu.

"Makasih, aku jadi nggak enak."

"Nggak papa, santai."

Tak lama, motornya sudah terparkir dengan rapi. Keduanya turun dari motor.

Sekar merapatkan jaketnya. "Jam lima lebih sepuluh. Dingin banget tapi enak ya," Ia menggosok kedua telapak tangannya.

"Mau nunggu disini dulu atau masuk aja?" Tanya Januar.

"Masuk aja? Btw kok sepi banget ya Mas," Sekar memperhatikan sekelilingnya.

Januar terkekeh. "Kalo jam segini emang belom banyak pengunjung. Tapi udah banyak para pekerja kok." Jelasnya.

"Ah gitu," Sekar manggut-manggut.

"Katanya mau liat sunrise? Omong-omong ini ketinggiannya seribu empat ratus Mdpl loh."

Keduanya lantas jalan beriringan memasuki lokasi kebun teh. Mereka banyak melewati para pekerja yang sedang memetik daun teh. Tak lupa, mereka menyapa para pekerja itu dengan sopan.

"Nderek langkung, Pak." Januar menunduk dengan sopan. (Permisi numpang lewat, Pak).

"Oh nggih Le,"

Sekar tersenyum ramah.

"Mas, kayaknya seru ya metik gitu. Aku pengen deh jadinya," Bisik Sekar.

"Mau saya ijinin ke mereka nggak? Siapa tau boleh." Balas Januar menawarkan.

"Nggak usah aneh-aneh deh!" Sekar mendelik.

Januar tertawa keras. Sepertinya ia memiliki hobi baru, yaitu membuat Sekar kesal.

***

Hamparan kebun teh yang hijau nan luas memanjakan netra keduanya. Tungkai mereka sedang melangkah di atas jembatan bambu yang panjang. Mereka memilih duduk di sisi jembatan selagi menunggu matahari terbit.

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang