Extra Part

4.4K 410 60
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!
Content warning: slight🔞

***

Satu bulan setelah pernikahan.

"K-kamu pengen anak perempuan atau laki-laki ... uhm M-mas?"

Kegiatan Januar yang sedang menghisap buah ranum kembar milik Sekar seketika terhenti. Lelaki itu mendongak. Menatap wajah istrinya yang sedang menahan sesuatu sembari menggerakkan pinggulnya dengan penuh irama.

"Mau perempuan atau lelaki, aku terima. Lagipula kita sudah pernah membahas ini, kan? Kamu nggak perlu memikirkan hal itu, Sekar. Jalani aja. Aku nggak peduli kita punya keturunan atau enggak. Kalau dikasih, ya kita syukuri. Kalau tidak, ya nggak apa-apa. Berarti Tuhan belum mempercayai kita untuk menjadi orangtua. Yang penting kita sudah berusaha." jelas Januar.

Gerakan Sekar di atasnya berhenti. Wanita itu bergeming—menyelami perkataan suaminya satu demi satu. Apa yang terjadi selanjutnya, membuat Januar terkejut. Sekar mengecup bibirnya dengan lembut penuh perasaan.

"Mungkin kamu bosan dengernya. Tapi aku beruntung punya kamu, Mas." Netranya berkaca-kaca.

Januar balas mengecup bibir istrinya. "Aku nggak pernah bosan dengarnya. Dan aku harap, kamu juga nggak bosan dengan ini."

"MAS!!"

Sekar memekik ketika Januar membalikkan posisi mereka. Sekarang dirinya yang berada di bawah. Sekar tercekat ketika maniknya bertemu dengan manik suaminya yang berkabut. Wanita itu menelan salivanya gugup.

"M-mas–"

"Sekarang, saatnya kita berusaha ... Sekar."

"M-mas akh!"

Lelaki itu kembali menghujam tubuhnya.

***

Lima bulan setelah pernikahan.

"Kenapa Mas?" tanya Sekar ketika melihat ekspresi suaminya.

"Ada acara apa?"

"Hah, acara apa?"

"Kok kamu masak banyak banget malem ini?" tanya Januar heran.

"Ya nggak papa, lagi pengen aja."

"Sayang kalau nggak habis dan kebuang,"

"Nanti dibagi-bagi kan bisa." elak Sekar.

"Ya udah." Januar mengalah. "Omong-omong, mata kamu bengkak, kamu habis nangis?"

"H-hah? O-oh tadi abis nonton film sedih hehe ...."

"Oh gitu, aku kira kamu kenapa-kenapa."

Makan malam telah usai.

"Kok ada kue?" tanya Januar lagi.

Wajah Sekar sudah masam. "Udah lah aku nggak perlu akting lagi."

"Hm? Kamu lagi kenapa, sayang?"

"Mas, hari ini tuh ulang tahun kamu!" ucap Sekar kesal.

"Eh iyakah? Maaf aku lupa." Januar terkekeh. "Aku udah lama nggak inget ulang tahunku, Sekar. Ini juga ulang tahun pertamaku setelah menikah sama kamu."

Wajah Sekar mengendur. "Ya udah dimaafin. Selamat ulang tahun ya, Mas. Doa terbaik untuk kamu. Makasih udah jadi suami dan lelaki yang hebat. Aku sayang kamu." Sekar bergerak mendekat dan memeluk Januar dengan sayang.

Tentu saja Januar membalas pelukan itu dengan sama eratnya. "Terima kasih, istriku." Lantas ia mengecup pucuk kepala Sekar.

"Omong-omong, hadiahnya ada di kamar." Sekar mengendurkan pelukan.

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang