11. Luka lama terbuka kembali

1.9K 410 70
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!

***

"Janda?" Celetuk salah satu ibu-ibu.

Mulai terdengar kasak-kusuk disana. Sekar menelan salivanya susah payah. Rukmini menatap khawatir pada Sekar yang berada di sampingnya. Jujur ia terkejut mengapa Bu Kades bisa tahu status ponakannya.

"Eh maaf, ini rahasia ya?" Tanya Bu Kades.

Sekar memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Nggak papa kok, saya memang janda." Suaranya sedikit bergetar.

"Ah syukurlah, takutnya ini rahasia. Saya kan nggak enak sama Mbak Sekar kalo iya." Balas Bu Kades. "Mari masuk,"

Rukmini mencekal lengan Sekar sebelum tungkainya melangkah. "Kamu pulang aja, Nduk." Bisiknya.

Sekar menggeleng. "Nggak papa, Budhe. Kalo Kinan pulang, berarti Kinan lari lagi." Bisiknya. Pegangan keduanya mengerat.

Rukmini mengelus punggung ponakannya. "Ya sudah. Maafin Budhe ya,"

Sekar tersenyum tipis. Lantas keduanya berjalan mendekat. Sekar mengabaikan tatapan penasaran orang-orang yang berada disana. Rukmini langsung berada di depan kompor untuk memasak. Sedangkan Sekar hanya membantu ala kadarnya. Memotong sayuran dan membungkus lemper isi abon.

"Mbak Sekar ini umur berapa? Keliatannya masih muda." Celetuk ibu-ibu di sebelah Sekar.

Tentu saja para ibu-ibu itu tak bisa menahan lidahnya lebih lama lagi.

"28 tahun Bu,"

"Walah, masih muda udah jadi janda. Melas nemen." (Kasihan amat.)

Sekar tersenyum kecut. Komentar itu sudah sering didengar olehnya. Di Jakarta dulu, banyak orang yang sudah berkomentar jika ia terlalu muda untuk menjadi janda. Bisa dibilang, Sekar sudah kebal dengan komentar itu.

"Maaf sebelumnya, suaminya meninggal atau gimana Mbak?" Sahut ibu-ibu yang lain.

Kegiatan Sekar terhenti. Ia memejamkan matanya sebentar. Manusia memang selalu penasaran dengan hidup orang lain.

"Kami bercerai." Jawabnya pelan.

Beberapa pasang mata yang berada disana membola. Mereka terkejut.

"Oh cerai.."

"Baru sebentar dong Mbak nikahnya?"

Sekar mengangguk. "Iya."

"Berapa taun kalau boleh tau?"

Sekar menarik napas dalam. Kenapa mereka kepo sekali?

"Tiga tahun."

"Wah iya sih baru sebentar, pasangan muda saiki piye sih yo, nembe nikah sedelok wes cerai wae." (Pasangan muda sekarang kenapa sih, baru nikah sebentar udah cerai aja.)

Sekar terdiam. Walaupun ia tidak paham bahasanya, tetapi Sekar yakin itu komentar yang tidak enak untuk didengar.

"Kalau belum siap menikah ya jangan menikah dulu toh Mbak, ujung-ujungnya cerai kan ndak enak juga."

Sekar terkekeh dalam hati. Menunda untuk menikah disalahkan, menikah lalu bercerai pun disalahkan juga. Hidup di negara ini memang serba salah.

"Memang harus berpisah Bu, itu keputusan kami." Tandas Sekar.

"Memangnya kenapa sih?"

Sekar mendengus. Akhirnya pertanyaan sakti itu terlontar juga. Alasan mengapa ia bercerai.

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang