17. Pengakuan

2.4K 436 67
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!

***

Satu bulan pernikahan.

"Kamu udah isi belum Ki?" tanya Lira-ibu mertuanya ketika makan malam.

Sekar menggeleng. "Kayaknya sih belum, Ma."

"Kok belum?"

"Ma, kita baru berapa hari sih nikah? Nanti kalau hamil juga hamil kok." kata Novian mengambil alih.

"Ya kan Mama pengen gendong cucu." balas Lira sengit.

"Iya, sabar ya. Nanti juga Mama bakal gendong cucu."

Sekar hanya tersenyum canggung.

Tiga bulan pernikahan.

"Masih belum juga Ki?" tanya Lira ketika dirinya baru saja sampai di rumah anak dan menantunya.

"Belum, Ma."

"Duh gimana sih, kamu jangan makan sembarangan loh ya!"

"Engga, Ma."

Enam bulan pernikahan.

"Sampai kapan Mama harus nunggu?"

"Yang nunggu nggak cuma Mama, kami juga nunggu Ma."

"Kalian cepet konsultasi deh! Kamu jangan sibuk kerja juga dong Yan, pasti karena sering lembur kamu jarang nyen-"

"Ma, stop. Weekend kami bakal konsultasi oke?"

Sekar hanya diam. Suasana ini membuatnya muak dan sesak disaat bersamaan.

Satu tahun pernikahan.

"Yan, liat deh Bu RT update wa story lagi gendong cucunya. Gemes banget ya? Mama kapan begini ya."

"Hm."

"Harusnya anak kamu udah lahir ya Yan,"

"Ma," Wajah Novian sudah pias.

"Mama denger-denger, kamu resign, Ki?"

Sekar terkesiap. "Iya, Ma."

"Kenapa?"

"Udah kesepakatan kami, kata Mas Vian aku di rumah aja, nggak boleh kecapekan."

"Oh." balas ibu mertua singkat. "Sekolah tinggi-tinggi akhirnya cuma di rumah ya," sindirnya.

Sekar mencoba menghalau rasa sakit yang merambati hatinya. Walaupun sudah seperti makanan sehari-hari tetapi Sekar tetap saja sakit hati dengan ucapan pahit sang ibu mertua.

Dua tahun pernikahan.

"Mas, udah pulang?"

Novian mengangguk.

"Oh iya, gimana kalau kita cek kesu-"

"Aku capek, mau mandi." Novian menyerahkan jasnya pada sang istri.

Dahi Sekar mengernyit. "Kamu ganti parfum Mas? Mirip kayak punyanya Niar."

"Oh, tadi aku nggak sengaja ketemu Daniar di supermarket. Aku nawarin dia tumpangan pas balik. Nggak papa, kan?"

Untuk sesaat, Sekar membisu. Tak lama senyum tipis mengembang di bibirnya. "Iya, nggak papa." balas Sekar sembari meremat jas yang berada di tangannya.

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang