18. Memulai cerita baru

2.6K 428 53
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!
Content Warning: Kiss

***

Flashback

"Kinan, Budhe minta tolong ambilin gula."

Tak ada jawaban maupun pergerakan. Rukmini menoleh ke samping. Ponakannya terlihat sedang melamun. Akhirnya tangannya mencari sendiri keberadaan gula pasir yang dibutuhkannya.

Bahkan setelah Rukmini mematikan kompor, Sekar masih tenggelam dalam lamunannya. Dengan pelan, beliau menepuk pundak ponakannya dengan lembut.

"Kinan?"

"Eh? Iya Budhe? Gimana?" Sekar terperanjat kaget.

Rukmini tersenyum. "Kenapa nggak ke sana kalau kangen?"

"Hah? Kangen?"

"Kinan, kalau Budhe boleh nebak, kamu suka sama Pras. Benar?"

Sekar terkesiap. "Ke-kenapa Budhe bisa ngomong gitu?"

"Ya dari apa yang selama ini Budhe lihat."

Sekar menunduk. "Tapi Budhe ... aku nggak pantas buat Mas Pras. Budhe kan tau sendiri kalau aku ...." Ia tak melanjutkan kalimatnya.

"Ki, dengar. Kita berdua sama, ingat? Kalau Budhe bisa mendapatkan pasangan yang bisa menerima kekurangan Budhe, kenapa kamu enggak?"

"Tapi ... tapi Kinan udah pernah gagal Budhe. Pernikahan Kinan hancur."

"Bukan berarti kamu akan gagal untuk kedua kalinya. Ingat, Pras bukan mantan suami kamu. Cerita kalian tidak mungkin sama dengan masa lalu kamu. Tapi Budhe nggak memaksa kok Ki, Budhe hanya memberi saran. Pras pemuda yang baik, selama tujuh taun mengenal dia, dia nggak pernah neko-neko. Selalu sopan dan menghormati kami berdua. Maaf kalau Budhe sok tahu, tapi sepertinya Pras juga suka sama kamu." petuahnya.

Sekar hanya diam. Merenungkan baik-baik apa yang diucapkan budhenya.

"Tetapi kalian yang punya hak untuk menentukan. Budhe cuma bisa mendoakan yang terbaik. Pilihan ada di kamu dan Pras." lanjutnya lagi sembari mengelus kepala Sekar.

Sekar menatap Budhe nya dengan serius. "Budhe, aku ... aku mau coba."

Setelahnya, Sekar pamit dan mencium tengan budhenya. Wanita itu melesat pergi menuju rumah Januar.

***

Sekar masih mematung ketika bibir Januar sudah bergerak di atas miliknya. Bahkan sebelah tangan lelaki itu tengah mengusap pinggangnya dengan sangat lembut. Sekar bahkan mengabaikan rasa sakit di punggungnya akibat benturan dengan pintu yang cukup keras.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Sekar untuk membalas pagutan lelaki itu dengan irama yang sama. Kedua tangannya sudah merambat naik dan mengalung di leher Januar. Sesekali dirinya meremas rambut hitam lelaki itu sebagai bentuk kepuasan. Ya, Sekar menikmati ini. Sangat.

Bagi Januar sendiri, tindakannya mungkin sangat gegabah dan tak bermoral. Tetapi pernyataan Sekar yang tidak terduga telah menyulutnya. Menyulut gairahnya yang sudah lama terpendam. Bahkan jika Sekar memantik api sedikit saja, Januar sudah terbakar habis.

Sekar melenguh ketika sesuatu yang lembut memasuki mulutnya. Januar menjulurkan lidahnya dan membelit milik Sekar dengan sensual. Demi Tuhan, ia pening luar biasa. Sudah lama Sekar tidak merasakan sensasi ini. Bahkan ia tidak ingat saat melakukannya dengan Novian dulu. Januar ini ... sudah berapa banyak wanita yang ia cium? Kenapa begitu ahli?

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang