19. Sebuah kejutan

2.4K 405 47
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!

***

Satu bulan kemudian.

"Tumben neng omahmu ono sirup." komentar Hanif saat Januar menyajikan dua gelas sirup untuknya dan Mahesa yang datang berkunjung. (Tumben di rumahmu ada sirup.)

"Dikasih Ibuk." jawab Januar kalem.

"Ibuk opo Sekar?" tanya Hanif dengan tatapan menyelidik.

"Karepmu." balas Januar acuh tak acuh.

"Koe tenanan pacaran mbek Sekar, Pras?" Kali ini giliran Mahesa yang bertanya. (Kamu beneran pacaran sama Sekar, Pras?)

Januar tak menjawab. Omong-omong, Januar baru bercerita tentang hubungannya dengan Sekar pada Hanif dan Mahesa beberapa hari yang lalu. Dan sekarang keduanya datang berkunjung ke rumah Januar setelah beberapa waktu tidak berkumpul. Meski rumah mereka tak terlalu jauh, tetapi ketiganya memiliki kesibukan masing-masing. Apalagi Hanif akan menjadi seorang ayah.

"LAH IKI LANANGAN RAK BENER IKI!" sembur Hanif memanasi. (Lah ini lelaki nggak bener ini!)

Januar tak terpengaruh. Dengan kalem, ia menjawab, "Di umur aku sama Sekar sekarang, status pacaran itu nggak penting. Yang penting itu kami berdua punya komitmen untuk hidup bersama."

"Koe arep rabi mbek Sekar berarti?" timpal Mahesa. (Kamu mau nikah sama Sekar berarti?)

Lagi-lagi Januar tak langsung menjawab.

"Doain." ucapnya kemudian.

Mahesa tersenyum. Begitu pun dengan Hanif. Tentu saja keduanya tahu cerita mengenai keluarga Januar.

"Eh ngomong-ngomong si Medusa piye yo kabare? Mesti nesu banget cah kae." Hanif cekikikan. (Pasti marah banget anak itu.)

Celetukan Hanif membuat Mahesa teringat dengan hal yang membuatnya penasaran sejak lama. "Tiara kok aneh yo Pras." ujarnya.

Januar lantas menceritakan apa yang terjadi di antara keduanya serta ayah gadis itu.

"Akhire mertuamu sadar yo, Mas." Hanif terkekeh.

"Sebenernya udah sadar dari lama, cuma beliau gengsi." sahut Mahesa. Januar mengangguk setuju.

"AKHIRE KONCOKU TERBEBAS SEKO MEDUSA! MATURNUWUN YA GUSTI!" Hanif berseru senang.

Januar hanya menggelengkan kepalanya. Lantas ketiganya mengganti topik obrolan.

***

"Jadi seperti ini ya yang dirasakan Mas Esa sama Hanif setiap hari."

Sekar melirik padanya. "Emangnya kenapa Mas?"

"Lihat pemandangan orang tersayang lagi masak untuk kita." balas Januar sembari merengkuh pinggang Sekar yang sedang memasak.

Sekar memutar bola matanya. "Ternyata kamu bisa begini juga ya, Mas."

Januar tergelak.

Tak lama Sekar mematikan kompor. Ia memutar tubuhnya menghadap Januar yang sedari tadi masih memeluknya.

"Aku penasaran. Kamu udah berapa kali pacaran?" tanya Sekar. Kedua tangannya mengalung di leher Januar.

"Belum pernah."

"Hah?"

"Kamu tau sendiri masa lalu Mas kayak gimana. Saya nggak suka cinta-cintaan setelah kejadian itu. Boro-boro pacaran, saya setiap hari memikirkan bagaimana hidup saya kedepannya."

Latibule✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang