El membuka loker miliknya dan mendapati sekotak bekal dan sebuah botol di atasnya. Laki-laki tersebut mengambil botol tersebut dan melihat ada secarik kertas di dalamnya.
"Pesan dalam botol?" pikir El.
Ia pun membuka penyumbat botol tersebut dan mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya.
Hai. Gue pengen ngomong berdua sama lo di taman belakang. Istirahat pertama.
-Rea
El menatap datar loker Rea yang letaknya tak jauh dari lokernya. Ia pun meletakkan secarik kertas tersebut di dalam sakunya lalu membuang botolnya ke tempat sampah.¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Rea berjalan masuk ke dalam toilet lalu melihat ke cermin. Ia kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya Rea memilih untuk mengajak El tanpa bantuan Dara. Ia yakin jika dirinya akan ditolak mentah-mentah oleh El. Tapi tak ada salahnya untuk mencoba.
"Tenang Rea. Lo cuma harus ketemu di sana terus ajak dia ngobrol." Rea menyemangati dirinya sendiri. Kemudian ia menarik napas panjang dan mngeluarkannya.
Rea berjalan dengan santai menuju taman belakang. Saat di perjalanan, beberapa murid dari kelas lain menyapanya. Rea tersenyum dan menyapa kembali.
Setelah sampai, Rea tak percaya telah mendapati sosok El yang duduk di kursi yang ada di bawah pohon.
Rea berdeham lalu El menyadari kehadiran gadis itu.
El kemudian mengeluarkan secarik kertas yang telah ia kantongi dan mengangkatnya. "Nggak usah pakai ginian segala kalo mau ketemu."
Rea menghela napas lalu mencoba menjelaskan. "Ya terus gimana? Lo aja nggak accept permintaan gue di semua sosmed lo."
"Oke. Gue kasih satu akses, cuma Instagram." Nada bicara El terdengar seperti terpaksa.
Akun Instagram milik El memang di privat oleh laki-laki tersebut. Hanya orang tertentu yang akan di accept permintaan mengikutinya oleh El. Rea pastinya termasuk orang yang akan diblokir oleh El.
"So? Mau ngomong apa?" tanya El.
Rea mengambil poster yang terlipat dari saku roknya lalu memberikannya pada El. El mengambilnya dan membaca isi dari poster tersebut.
"Fashion show?" El menaikkan satu alisnya saat menatap poster tersebut.
"Iya. Jadi, gue mau ngajakin lo buat ikut lomba Fashion show itu. Karena berpasangan jadinya gu-" Perkataan Rea dipotong oleh El.
"Lo pengen gue jadi partner lo di lomba ini?"
Rea balas mengangguk.
"Oh dan setelah itu bakalan ada rumor tentang lo sama gue. Terus lo bakalan berharap gue bakalan pdkt-in lo dan akhirnyaa kita pacaran. Itu intinya kan?" El menambahkan.
"Hah? Apaan sih orang gue cu-" Lagi-lagi ucapan Rea dipotong oleh El.
"Cuma suka sama gue? Atau terobsesi sama gue? Udahlah gue nggak mau." El bangkit dari kursi dan mengambil tangan kanan Rea lalu meletakkan poster tersebut di tangan Rea.
Rea menatap ke arah lain saat El pergi meninggalkannya. Ia tau hal ini akan terjadi.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Rea telah kembali ke kelas tepat saat jam pelajaran ketiga akan dimulai.Lingga sedari tadi tengah sibuk menonton konten mukbang di Youtube. Air liur membasahi bibirnya karena tergoda setelah menonton konten tersebut.
"Ih, rasanya gue pengen makan cireng," celetuk Lingga.
"Lo bukannya nonton mukbang toppoki?" Rea menaikkan alisnya.
"Iya sih. Cuma kan kantin kita nggak se-elit itu buat ada yang jual topokki, Re." Lingga mendengus.
Rea hanya geleng-geleng dan tertawa kecil melihat tingkah Lingga.
Selama sisa jam pelajaran keempat, Rea mencoba fokus dengan guru Fisika mereka yang tengah menjelaskan. Tetapi pikirannya meronta-ronta untuk memikirkan El.
"Kok bisa ya gue suka sama dia?" pikir Rea.
Dulu Rea sangat bucin dengan El. Bahkan setiap melihat El dari kejauhan saja sudah membuat Rea ingin berteriak. Ia bahkan pernah berharap El akan berbicara padanya dan mengajaknya berkencan.
Namun sekarang, semua itu menjadi hal yang biasa saja untuk Rea. El sangat cuek padanya tidak seperti awal mereka bertemu.
"Gue inget banget pas Dara ngenalin gue ke dia." Senyum tipis terbentuk di bibir Rea.
Dara dan Rea telah berteman sejak Sekolah Dasar. Lalu mereka mulai bertemu Lingga di kelas sembilan SMP dan masih berteman hingga sekarang.
"Rea!" Lingga berbisik dengan keras untuk menyadarkan Rea yang sedang melamun.
Rea tersadar dan menoleh ke Lingga. Ia mengangkat satu alisnya sementara Lingga menunjuk ke arah Pak Adi, Guru Fisika mereka.
"Rea, kamu melamun?" tanya Pak Adi.
"Maaf, Pak." Rea menunduk karena malu.
"Baiklah, bisa kamu selesaikan soal di papan?"
Rea mengangguk dan berjalan menuju papan tulis. Pak Adi memberikan spidol pada Rea.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Ketiga gadis itu tengah duduk salah satu meja di kantin. Ketiganya melahap makanan mereka sambil bercanda gurau.
"Hebat banget lo, Re," ucap Dara.
"Iya kan? Padahal dia ngelamun tapi bisa nyelesain tuh soal. Kalo gue sih bakal ketar-ketir." Lingga melahap cireng yang sudah ia idamkan sejak tadi.
"Asal udah paham rumusnya pasti bakal gampang kok," balas Rea.
Tak lama kemudian, El mendatangi meja ketiga gadis tersebut. El meletakkan kotak bekal di depan Rea.
Ketiganya terdiam. Lingga terkejut dan menatap Rea yang ada di depannya. Sementara Dara masih memproses keadaan.
"Ambil," ucap El.
"Loh? Lagi pdkt ceritanya nih?" goda Lingga.
"Nggak," ucap Rea dan El secara bersamaan. Hal tersebut membuat Lingga semakin yakin.
"Tuhkan, ngomongnya aja barengan. Nggak usah malu deh kalian." Lingga sedikit mengeraskan suaranya. Membuat beberapa orang di sekitar menatap mereka.
"Nggak, Lingga! Rea yang ngasih buat gue, gue mau balikin." El menjelaskan dan raut wajahnya sudah sangat kesal.
Seisi kantin menghentikan aktivitasnyamereka dan menatap ke arah mereka.
"Kak, mau ya jadi partner Rea buat lomba Fashion show. Please." Dara mulai berbicara.
El menggeleng lalu melihat sekitar. Ia merasa sedang ditatap. Benar saja seisi kantin telah menatapnya.
El kembali menatap Rea lalu berdeham sebelum berbicara. "Band gue tampil di hari yang sama, jadi gue nggak bisa."
"Oh, oke. Gapapa," gumam Rea.
El sedikit mengangguk dan pergi meninggalkan kantin.
"Gue nggak percaya Kak El masih belum nembak lo, Re," celetuk Lingga, tak menyadari seisi kantin yang masih hening.
Rea menjadi panik, ia kemudian berdiri dan berlari menuju toilet.
"Lingga! Liat situasi dong!" Dara menatap kesal Lingga.
"Maaf." Lingga merasa bersalah.
"Ya minta maafnya ke Rea bukan ke gue," balas Dara.
#hai guys, untuk part" slanjutnya aku bakal konsisten sgini aja 1 partnya...ngga gitu panjang jadinya.... Okayy see u•
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen Fiction"Let's play a game," ucap gadis di depannya. El langsung menaikkan satu alisnya. Ia membiarkan gadis itu menyelesaikan perkataannya. "It's easy. You just need to find me in real life." Wajah gadis seketika berubah menjadi blur. El terbangun dari m...