Rea dan Lingga kini berada di toko bunga milik Ibunya Dara. Hari ini adalah hari peresmian toko bunga tersebut.
Setelah menyusun beberapa buket di etalase, Rea langsung pergi keluar toko untuk bergabung dengan yang lain.
Akhirnya tiba di mana peresmian akan dimulai. Setelah mengucapkan beberapa kalimat, Aster yaitu Ibu dari Dara mengambil gunting yang telah disediakan. Aster menggunting pita merah yang ada di depan tokonya.
Toko Bunga Astera resmi dibuka.
"Kapan-kapan gue pengen juga buka toko deh," celetuk Lingga di samping Rea.
"Emang mau buka toko apa?" tanya Rea.
"Nggak tau, belum kepikiran." Lingga menaikkan bahunya.
"Gue dukung apapun keputusan lo, Ling. Yang penting lo niat aja ngejalaninnya," ucap Rea.
Rea dan Lingga mulai memasuki toko untuk mencari Dara.
Setelah mencari, akhirnya mereka menemukan keberadaan Dara. Mereka berdua mendekati sahabatnya itu.
"Hai, Dara," sapa Lingga yang memebuat Dara menoleh.
"Hai. Kalian dari mana aja? Gue kira udah pada pulang," ucap Dara.
"Dari luar.Ya masa nggak pamit kalau misalnya kita udah pulang," ucap Lingga yang diberi anggukan oleh Rea.
"Oh iya. Karena ini opening dan kalian udah bantu gue rapihin beberapa bunga, kalian boleh ambil bunga sesuka kalian." Dara menawari.
Mata Lingga mulai berbinar sementara Rea menggeleng.
"Gue nggak dulu, Ra. Nggak tau kalau Lingga." Rea menoleh ke Lingga.
"Jelas mau lah, hehe. Thanks, Dara." Lingga memilih buket bunga Lily yang ada di etalase. Dara mengangguk dan tersenyum.
Beberapa saat kemudian Dara pamit ingin mengurus beberapa hal. Sementara Rea dan Lingga masih sibuk mengobrol di depan etalase.
Mata Rea menatap ke sekelilingnya dan menemukan keberadaan pacarnya di dekat meja kasir.
"Bahkan dia ikut diundang?" pikir Rea.
Lingga mengikuti arah pandangan Rea setelah melihat perubahan raut wajah Rea. Ternyata ada El di sana.
El yang tak sengaja bertemu pandang dengan Rea pun sedikit terkejut. Laki-laki itu memutuskan untuk mendekati pacarnya.
"Hai," sapa El.
"Hai, Kak El." Rea hanya diam dan malah Lingga yang menjawab sapaan dari El.
"Lo kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?" tanya El pada Rea.
"Nggak mau ngerepotin lo," jawab Rea seadanya.
Lingga memperhatikan ekspresi Rea yang terlihat sedikit kesal. Ia pun berpikir untuk membawa Rea pergi ke luar toko.
"Maaf kak. Kita ada urusan, masalah tugas sekolah. Kita duluan ya." Lingga menarik Rea ke luar toko tanpa menunggu jawaban dari El.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Flashback on
Rea baru saja keluar dari toilet dan akan kembali ke kelasnya, tetapi lanhkah gadis itu terhenti karena melihat El dan Rian sedang berbicara di depan gudang.
Mereka sepertinya disuruh untuk mengembalikan empat bola basket ke gudang.
Awalnya Rea tidak tertarik dengan percakapan itu. Tetapi saat melihat raut wajah Rian yang terlihat marah membuat Rea menjadi penasaran.
"Lo mau selingkuh dari pacar lo?" Rian seperti ingin memastikan sesuatu.
El menghela napas panjang sebelum mengunci pintu gudang.
"Nggak. Gue cuma mau ke acara itu tanpa dia," jelas El.
Rian mengernyitkan dahinya. "Tujuan lo pacaran sama Rea emang apasih sebenernya?" tanya Rian.
"Emang urusan lo apa, Yan?" El menatap sahabatnya itu.
"Ya gue perlu tau aja. Kali aja lo cuma mau reputasi lo jadi bagus dengan pacaran sama dia." Rian mengejek.
Rahang El menjadi mengeras karena menahan emosi. Rea di sisi lain menunggu El menjawab perkataan Rian.
"Kalau iya kenapa? Lo mau marah? Lagian bukan gue yang ngejar reputasi. Gue yang berusaha nyelamatin reputasi dia yang rusak," balas El.
Rian tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Ia memutar matanya.
"Inget rumor dia yang kesebar karena suka sama gue? Reputasi dia jadi menurun disitu. Dan ngapain juga gue mau ngajak dia pacaran selain karena kasihan?" El sedikit mengejek.
Rian mengepalkan tinjunya. "Nggak tau diri lo, El! Awas aja lo sampai nyakitin di-" Ucapan Rian dipotong oleh El.
"Lo belain dia karena dia sahabat lo? Atau karena lo suka sama dia?"
Pertanyaan El membuat Rian bungkam.
"Gue nggak suka pacaran sama cewek yang terobsesi sama juara pertama dan selalu dapet apapun yang dia mau." El melanjutkan.
"Itu takdir El! Kalau dia selalu beruntung buat dapetin apa yang dia mau. Udahlah, capek gue temenan sama lo." Rian berlalu pergi meninggalkan El di depan pintu gudang.
Rea pun kembali ke kelas. Ia menghapus jejak air mata di pipi kirinya sebelum memasuki kelas.
Flashback off
"Kasih tau lah lo kenapa, Re. Gue kan bingung jadinya,"ucap Lingga, ia duduk di lantai kamar Rea saat ini.
Setelah pulang tanpa pamit, mereka memutuskan untuk pindah lokasi ke rumah Rea.
Rea hanya menggelengkan kepalanya. Ia memilih berbaring dan menatap kosong langit-langit kamarnya.
Lingga menghela napas kemudian mendekati rak buku milih Rea. Ia melihat beberapa koleksi novel milik Rea. Walaupun Rea anak yang ambis, tetapi ia juga butuh asupan doi fiksi.
Lingga memilih untuk membaca salah satu novel sementara Rea sudah masuk ke alam mimpinya.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Keesokan paginya Rea tetap dijemput oleh El. Kali ini El membawa mobil setelah beberapa hari sebelumnya membawa motor.
"Motor gue rusak," jelas El.
Rea hanya mengangguk dan mulai memasuki mobil.
Rea memutuskan untuk meneruskan hubungannya dengan El hingga saat yang tepat untuk Rea bisa mengakhiri hubungannya.
Dan tentunya Rea akan bersikap biasa saja, seperti tidak mengetahui apapun.
#halo lagi.... bantu vote ya guys. Oiya, happy b'day Jake❣❣
btw bantu vote ya guys. Okyyy see u❣
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen Fiction"Let's play a game," ucap gadis di depannya. El langsung menaikkan satu alisnya. Ia membiarkan gadis itu menyelesaikan perkataannya. "It's easy. You just need to find me in real life." Wajah gadis seketika berubah menjadi blur. El terbangun dari m...