"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya El.
Seisi kantin mendadak menjadi hening, sebelum akhirnya kompak menyoraki gadis itu untuk menerima El.
Rea di sana hanya diam. Mulutnya setengah terbuka, tak percaya dengan apa yang sedang ia alami saat ini. Jantungnya berdegup kencang.
"Lo serius nembak gue?" Rea memastikan. El balas mengangguk lalu berlutut dan mengeluarkan setangkai bunga mawar.
Seisi kantin semakin heboh melihat hal tersebut. Sementara Rea masih membeku.
"Ayo,terima Re!" ucap Lingga.
"TERIMA!"
"TERIMA!"
Rea tersadar dan mulai menatap bunga mawar tersebut lalu mengambilnya dari tangan El.
El tersenyum dan meletakkan tangannya di punggung Rea. Membawa gadis itu pergi dari kantin.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Rea terbangun dari tidurnya dan melihat ke ponselnya. Ada notifikasi Whatsapp dari El.
"Ternyata kemarin nyata, bukan mimpi." Rea masih tidak menyangka.
Rea membalas pesan dari El kemudian ia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Lima belas menit berikutnya, Rea mengambil roti tawar dan mengolesi roti itu dengan selai kacang.
"Rea, Mama berangkat kerja dulu." Mamanya mengecup pipi Rea sebelum akhirnya pergi.
Rea mengangguk dan menghabiskan sisa rotinya. Ia menatap jam dinding. Masih ada lima menit sebelum El datang untuk menjemputnya.
Tin!
Bunyi klakson mobil terdengar dari luar rumahnya. Rea langsung mengambil tasnya dan berlari keluar rumah.
"Pagi," sapa El sambil tersenyum.
"Pagi." Rea balas tersenyum. Lalu ia menatap mobil El.
"Kenapa?" El memperhatikan tatapan Rea pada mobilnya.
Rea menggeleng dan menatap El. "Gapapa, gue kira lo pakai motor," balas gadis itu.
"Oh itu. Gue prediksi bakal hujan hari ini. So, jadinya gue bawa mobil," balas El.
Karena Rea tak menanggapi El pun kembali berbicara.
"Gue bakal bawa motor besok kalo lo mau."
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Sesampainya di sekolah, El membukakan pintu mobil untuk Rea. Beberapa murid tampak takjub dengan pemandangan tersebut.
Seminggu yang lalu rumor bahwa Rea telah naksir dengan seorang Elio Quirin. Mereka tak kaget lagi jika Rea akan ditembak oleh El.
Banyak murid lain yang menyapa mereka berdua. Bahkan banyak yang menggoda mereka.
Setelah sampai di kelas Rea, El langsung pamit menuju kelasnya.
Rea duduk di bangkunya dan mengambil ponselnya.
"Wih, pj nya mana say?" Lingga memasuki kelas.
Rea menatap gadis tersebut dan tersenyum paksa.
"Ntar gue traktir pas istirahat," ucap Rea.
Sontak Lingga berteriak senang. Bahkan Lingga mengatakan pada teman sekelasnya yang lain bahwa Rea akan mentraktir mereka semua.
"Untung bawa duit lebih gue," gumam Rea.
Dara memasuki kelas dan meletakkan tasnya di bangku belakang. Dara lalu duduk di kursi milik Lingga.
"Selamat ya, Rea. Akhirnya tuh anak nembak lo." Dara menjabat tangan Rea. Ia ikut senang akhirnya sahabatnya memiliki pacar.
"Thanks, ya. Cepet nyusul lo, Ra." Rea tersenyum senang.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Semuanya berjalan baik hingga hari ketiga Rea dan El berpacaran. Mereka telah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh pasangan yang tengah berpacaran.
Mereka terkadang bergandengan tangan, duduk bersebelahan di kantin, hingga menonton bioskop bersama.
Hari ini adalah hari di mana penilaian praktek lari cepat akan dilakukan. Rea lantas menyiapkan tenaganya, ia berniat untuk menjadi juara pertama lagi.
Kelas 11 Bahasa 1 tampaknya sedang jamkos. Terbukti dengan kemunculan Rian dan El yang kini sedang menonton kelas Rea yang tengah berolahraga.
Tatapan El dan Rea bertemu. El tersenyum dan memberi semangat padanya. Rea mengangkat jempolnya dan tersenyum.
"Oke, kita akan mulai prakteknya. Perempuan dan laki-laki akan dipisah. Jadi, lari cepat kali ini dengan sesama gender agar adil." Pak Rio menjelaskan.
Rea dan teman sekelasnya pun mengangguk paham dengan penjelasan Guru Penjask mereka.
"Oke, karena di sini perempuannya ada enam belas orang. Jadi, dibagi menjadi tiga yaitu lima orang, lima orang, dan enam orang. Kalian mengerti?" Pak Rio kembali menjelaskan.
"Mengerti, Pak!" jawab para siswi dengan kompak.
Rea bersama Dara masuk di dalam kelompok lima orang pertama yang akan bertanding. Tentunya Rea berhasil berlari dengan baik dan mendapat juara pertama.
Lingga yang ada di kelompok lima orang kedua pun juga menjadi juara pertama. Sementara di kelompok enam orang terakhir, juara pertamanya adalah Friska.
Mereka bertiga akan diadu kembali untuk melihat siapa yang tercepat diantara tiga besar tersebut.
"Bersedia." Aba-aba mulai terdengar.
"Siap."
"Ya!"
Mereka bertiga mulai berlari. Awalnya Rea berada di tempat pertama sebelum akhirnya Friska membalap gadis itu. Sementara Lingga sudah kewalahan di paling belakang.
"AYO REA SEMANGAT!" Rian memberi semangat.
Rea mulai melajukan kecepatannya dan berhasil membalap Friska. Ia melihat El yang menggumamkan kata 'Kamu pasti bisa'. Rea pun tak sadar bahwa dirinya telah melewati garis finish dan kini menabrak tiang basket yang ada di depannya.
"Aduh!" Rea meringis dan jatuh terduduk.
"Baiklah Edrea di posisi pertama lalu Friska di posisi kedua dan Lingga di posisi terakhir. Silahkan bantu Rea untuk ke uks," ucap Pak Rio.
El berlari menuju tempat Rea terjatuh dan membantu gadis itu berdiri.
"Lo gapapa?" El menatap Rea yang masih memegangi kepalanya. Gadis itu hanya mengangguk.
"Sini gue bantu, Re." Rian muncul di samping Rea.
"Lo beliin Rea minum aja di kantin," suruh El pada Rian. Rian mengangguk dan berlari pergi.
Saat di uks, Rea telah diperiksa oleh perawat sekolah. Rea hanya diminta untuk memegang kantong es hingga rasa sakit di kepalanya hilang.
"Sini gue aja." El mengambil alih kantong es tersebut.
Rea hanya mengucapkan terima kasih dan mulai menatap sekeliling ruangan.
Tak lama kemudian, Rian datang dengan membawa teh hangat dan juga air putih.
"Lo ngapain bawa dua minuman?" El menaikkan satu alisnya.
"Biar Rea bisa milih," balas Rian.
Laki-laki itu menempatkan teh hangat di nakas, lalu memberikan air mineral pada El.
"Bukain aja. Gue mau ambil roti gue yang ketinggalan." Rian menjelaskan lalu pergi dari uks.
El lantas membuka botol air mineral tersebut dan memberikannya pada Rea.
#hai hai helo.... Happy Jake Day❣❣ spesial hari ini, aku bakal up 2 part.... See u❣
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen Fiction"Let's play a game," ucap gadis di depannya. El langsung menaikkan satu alisnya. Ia membiarkan gadis itu menyelesaikan perkataannya. "It's easy. You just need to find me in real life." Wajah gadis seketika berubah menjadi blur. El terbangun dari m...