El membaca lirik lagu yang ada di kertas. Ia berniat untuk menghapal lagu tersebut dan merekomendasikannya pada Elgarian.
El merasa lagu tersebut cocok untuk lagu penutupan Elgarian di perpisahan nanti. Tetapi ia harus merundingkannya kembali dengan anggota lain.
Lima belas menit berikutnya mata El sudah sangat lelah. Tubuhnya seperti memaksanya untuk tidur dan beristirahat. Bahkan El tak sempat untuk mematikan lampu kamarnya.
El melihat hamparan pasir yang ada di depannya tiba-tiba berubah menjadi pemandangan laut yang luas. Kini El berada di pinggir pantai.
El menatap sekitarnya dan melihat ke bawahnya. Ia melihat kedua tangannya dan merasa dirinya sulit bergerak untuk beberapa saat.
Setelah tubuhnya kembali rileks, El menggerakan jari-jari tangannya. El menyadari bahwa dirinya tengah bermimpi.
El membuktikannya dengan meninju pohon kelapa yang berada tak jauh darinya. Ia tak merasakan sakit.
El berpikir bahwa ia tak boleh mengatakan ini hanyalah mimpi. Ia lantas mencari keberadaan Roya di sekitar pantai.
Setelah berkeliling selama beberapa saat, El kini duduk di atas pasir. Ia menyerah karena tak kunjung menemukan gadis itu.
"Coba aja di sini ada payung. Silau banget."
Sebuah payung muncul di sebelah El. Rupanya angin yang membawanya. El mengambil payung tersebut dan membukanya.
Butuh beberapa saat untuk El menyadari bahwa Roya dapat muncul dengan cara yang sama.
"Gue harap Roya di sini dan mau ngobrol bareng gue," ucap El sambil menutup matanya.
Hening. El perlahan membuka matanya lagi dan mendesah kecewa.
"Hai," ucap seseorang di belakang El.
El kemudian berbalik dan mendapati Roya sedang berdiri dan menatapnya dengan senyum terpaksa.
Roya mendekati El dan El bangkit dari posisinya. "Maaf Roya soal waktu itu. Mau gimanapun, lo nyata bagi gue." El menjelaskan.
Roya hanya mengangguk dan tersenyum singkat .
"Tolong jangan pergi dari gue." El memohon.
Roya hanya diam tak merespon. Gadis itu tampak seperti mempertimbangkan sesuatu.
El tetap menunggu Roya untuk mengatakan sesuatu padanya.
"Let's play a game," ucap gadis di depannya. El kemudian menaikkan satu alisnya, menunggu gadis itu menyelesaikan perkataannya.
"It's easy. You just need to find me in real life." Wajah gadis seketika berubah menjadi blur.
Belum sempat El bereaksi, El sudah terbangun dari mimpinya.
Gelap. Sepertinya Bundanya yang telah mematikan lampu kamarnya.
"Gimana caranya gue nemuin dia? Gue butuh petunjuk," ucap El.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
El bergabung bersama Rea dan teman-temannya di jam istirahat kedua. Karena jam istirahat kedua terbilang cukup lama yaitu 45 menit, hal itu memungkinkan El untuk berbicara tentang banyak hal dengan pacarnya itu.
El telah membawa pesanan miliknya dan milik Rea ke meja. Sementara Lingga membawa pesanan miliknya dan milik Dara.
Walaupun Dara tidak sekelas lagi dengan Rea dan Lingga, tetapi gadis tersebut tetap bergabung dengan teman-temannya setiap jam istirahat.
"Eh, lo tau semalem di daerah gue mati lampu. Gue jadi nggak bisa tidur,anjir," ucap Lingga.
"Sama, di deket rumah gue juga pada mati lampu. Gue jadi susah belajarnya." Dara menunjuk mata pandanya.
"Wih, ngeri banget mata lo. Kenapa nggak tidur aja? Kan mati juga lampunya." Lingga penasaran.
Dara tampak gugup sebelum akhirnya mengatakan sesuatu.
"Gue takut gelap. Jadi, tetep belajar pakai video YouTube aja sampai lampu nyala." Dara terdengar malu-malu saat mengatakannya.
Rea hanya mengangguk dan sedikit merasa bangga karena Dara sudah mulai meningkatkan jam belajarnya.
"Rumah lo sendiri gimana, Re? Mati juga lampunya?" tanya Lingga. Rea hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Enak banget. Gue udah takut banget tau di rumah," ucap Lingga sedikit dramatis.
Rea meletakkan kembali lemon tea yang telah ia minum ke atas meja. "Lo takut hantu?" tanya Rea.
"Pintar sekali anda menebaknya." Lingga mengangguk sambil bertepuk tangan.
Rea dan Dara hanya geleng-geleng melihat tingkah Lingga. Ketiga gadis itu kemudian melanjutkan obrolan mereka.
Sedari tadi El yang duduk di samping Rea hanya diam. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu.
Anak laki-laki itu tengah memikirkan Roya. Lebih tepatnya 'cara menemukan Roya'.
Walaupun sedang melamun, tetapi El masih bisa mendengar obrolan Rea dan teman-temannya. Kemudian ia tersadar dengan sesuatu.
El memukul meja tanpa sadar. Membuat Rea, Lingga, dan Dara menghentikan obrolannya dan menoleh ke El.
"Lampu," ucap El. Masih belum sadar dengan sekitarnya.
"El?" El tersadar setelah Rea menyebut namanya.
"Rumah Kak El mati lampu juga?" tanya Lingga.
¸,ø¤º°'°º¤ø,¸
Rian kini tengah berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan komik yang telah ia pinjam selama seminggu.
"Semoga gue kagak kena denda," gumam Rian.
Batas waktu maksimal meminjam buku perpustakaan adalah lima hari dan jika terlambat mengembalikan maka akan dikenakan denda sebesar lima ribu rupiah.
Ketika memasuki perpustakaan Rian menarik napas lalu menghembuskannya. Ia bersiap untuk kehilangan sisa uang sakunya hari ini.
"Lima ribu juga duit masalahnya." Rian kembali bergumam.
"Yang bilang kalo lima ribu itu daun siapa?" tanya seseorang di belakangnya.
Rian menoleh dan melihat Rea yang baru saja memasuki perpustakaan.
"Ngapain bengong? Tuh, isi buku perpusnya." Rea mengingatkan.
"Iya-iya." Rian menuliskan namanya di buku perpustakaan lalu menuju ke meja penjaga perpustakaan.
"Waduh, telat kamu, nak. Denda tujuh ribu, ya," ucap Bu Ica, penjaga perpustakaan.
Rian melotot kaget. "Loh, bukannya lima ribu ya Bu dendanya?" tanya Rian.
"Ya emang. Tapi kalau muridnya ganteng, dendanya jadi tujuh ribu." Bu Ica menjelaskan.
"Oh, kalo gitu tunggu bentar ya, Bu." Rian kemudian mendatangi Rea yang ada di rak buku pelajaran.
"Mau apa?" tanya Rea.
"Pinjem duit dong. Dua ribu aja, pliss," balas Rian.
Rea menghela napas tetapi tetap mengambil uang dua ribuan dari dalam sakunya.
"Nih."
Rian mengambil uang tersebut. Ia berterima kasih dan memberi Rea flying kiss. Rea membuat gerakan seolah-olah menepis flying kiss dari Rian.
Rian terkekeh lalu pergi membayar dendanya pada Bu Ica.
"Anjay, ganteng banget gue," pikir Rian sambil tersenyum bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen Fiction"Let's play a game," ucap gadis di depannya. El langsung menaikkan satu alisnya. Ia membiarkan gadis itu menyelesaikan perkataannya. "It's easy. You just need to find me in real life." Wajah gadis seketika berubah menjadi blur. El terbangun dari m...