ᴛʜɪʀᴛᴇᴇɴ

62 27 0
                                    

Rea berjalan kaki menuju supermarket yang tak begitu jauh dari rumahnya. Ia berniat untuk membeli beberapa cemilan untuk dirinya.

Setelah mengambil beberapa macam jajanan dan dua buah minuman, Rea kemudian pergi ke kasir untuk membayar.

Rea tak langsung pulang. Ia berniat untuk nongkrong sebentar di depan supermarket. Di depan supermarket terdapat tiga meja dan masing-masing meja terdapat dua kursi.

"Hai helo, Rea." Rian tiba-tiba muncul di depan supermarket.

"Helo." Rea menyapa balik.

"Ngapain sendirian di sini, neng? Pacar lo kemana?" Rian mendekati Rea dan duduk di seberang gadis itu.

"Nggak tau, ya. Kira-kira pacar gue ke mana, ya?" Rea berpura-pura berpikir keras.

"Lagi ngapel sama gue, say." Rian menepuk tangannya dua kali dan sosok El muncul dari balik pohon.

Rea bertepuk tangan dan pura-pura melotot kagum.

"Wah! Bagaimana anda melakukannya?" tanya Rea.

"Sudah pro saya tuh. Tapi ini adalah secret negara, nggak ada yang boleh tau." Rian menyilangkan kedua tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

El memutar matanya, malas melihat aksi kedua manusia di depannya. "Stop, Yan. Ntar cewek gue ikutan gila kayak lo," ucap El.

"Bilang aja cemburu, bro." Rian mengejek.

"Cepet masuk sana," geram El.

Rian langsung mengangkat kedua tangannya dan masuk ke supermarket. Sementara El duduk di seberang Rea.

"Ngapain?" El memulai.

"Beli cemilan. Lo sendiri?" Rea menunjuk barang belanjaannya.

"Nemenin alien yang ngidam pocky," balas El. Rea menganggukkan kepalanya.

"Lo beneran ngapel sama Rian?"

¸,ø¤º°'°º¤ø,¸

Rea menolak tawaran El untuk mengantarkannya pulang karena berpikir jarak supermarket ke rumahnya tidak terlalu jauh.

Saat berjalan di jalanan yang sepi Rea menjadi merinding. Masih sekitar pukul sepuluh malam tetapi jalanan sudah sangat sepi.

Suara daun yang terinjak membuat Rea menghentikan langkahnya dan menatap ke sekitar.

Kebetulan sekali Rea berhenti di depan rumah tetangganya yang kosong.

"Duh merinding gue," gumam Rea.

Kali ini terdengar suara ranting yang patah. Rea menoleh ke belakang dan kosong. Tidak ada siapapun di sana.

Rea kembali menatap ke depan dan menemukan Righen ada di depannya saat ini.

Righen menarik tangan Rea ke halaman belakang rumah kosong tersebut tanpa mengatakan apapun.

Rea mencoba menarik tangannya tapi tidak berhasil.

"Apa apaan sih lo?!" Rea berhasil menghempaskan tangan Righen.

Righen maju selangkah. Rea pun mundur selangkah.

Gadis itu terus mundur hingga merasakan punggungnya telah menyentuh tembok rumah.

Rea panik. Ia mencoba menatap tajam Righen yang tersenyum puas.

"Kenapa? Takut, ya?" tanya Righen dengan nada mengejek.

Rea mulai merasakan tubuhnya sedikit tersentak saat Righen menyentuh pipi kiri Rea. Righen mendekatkan wajahnya ke wajah Rea.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang