🌷01: Kembali Bertemu

56.2K 2.4K 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum semua, lama tidak menyapa lapak ini ya haha. Apa kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan baik dan senantiasa dilindungi Allah ✨

Mungkin kalian kaget karena cerita ini tiba-tiba hilang, gak hilang kok sengaja saya unpublish sementara. Rencananya saya mau revisi cerita ini dari awal. Baik segi alur, tata bahasa maupun lainnya, biar lebih enak aja dibacanya gak awut-awutan. Maklumlah namanya juga cerita pertama.

Jadi, buat kalian yang mau baca ulang, silakan. Yang gak mau baca lagi juga gak apa-apa. Saran saya, baca aja dari awal selagi nunggu update, jangan nunggu kalau udah selesai. Kemungkinan nih ya, kalau udah selesai nanti, sebagian chapter akan saya hapus. Cuma kemungkinan, jangan ngamuk dulu.

Fyi, akan ada sedikit perubahan, saya tambah beberapa part yang ada di au ig dan part baru yang sebelumnya tidak ada di wattpad. Pastinya tambah asolole, bikin kalian tambah cinta sama sosok Althair 💃🏻

Udah kayaknya gitu aja. Oh ya, gak ada jadwal update, tergantung mood saya aja. Seperti biasa ya jam 7 malam, lewat dari itu berarti nggak update.

Btw guys, call me Ayya or Na. Jangan panggil Thor, kak, apalagi min. Saya bukan admin, nama saya juga bukan Mimin 😪

Sekian, terima kasih dan selamat membaca 💗

🌷🌷🌷

Seorang gadis cantik bernama lengkap Alunara Zevanya menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Kedua orang tuanya yang melihat itu menatapnya khawatir. “Aluna, pelan-pelan! Kamu bisa jatuh!” Senandika atau biasa dipanggil Sena—Mama Aluna mengomeli putrinya yang tampak tergesa-gesa menuruni tangga.

“Hehe, maaf.” Aluna menyengir, lalu mencium pipi kedua orang tuanya bergantian. “Pagi Ma, Pa,” sapa Aluna seraya mendudukkan diri di kursi.

“Pagi,” jawab Arsenio selaku Papa Aluna.

“Mama kok enggak bales?” Aluna bertanya sembari memasukkan roti tawar yang sudah diolesi selai ke mulutnya.

“Ya, pagi juga,” balas Sena sedikit jutek. Pasalnya dia masih kesal pada putrinya itu.

“Ish, Mama! Masa gitu doang ngambek.” Aluna mengerucutkan bibirnya sebal.

Sena berkacak pinggang mendengar penuturan Aluna yang teramat santai. “Gitu doang kamu bilang? Mama khawatir sama kamu Aluna! Gimana kalau kamu jatuh tadi, atau terjadi apa-apa sama kamu? Lagian kenapa sih, turun tangga harus cepat-cepat kayak gitu, ha?!” Sena berujar dengan kesal, tidak dipungkiri juga ada nada khawatir pada perkataannya.

“Iya Aluna minta maaf udah bikin Mama khawatir. Aluna lagi buru-buru Ma, takut telat ke kampusnya.”

“Ya, tapi tetap aja kamu harus hati-hati! Senang banget bikin Mama khawatir!”

Aluna terkekeh lalu berdiri dan memeluk Mamanya dari samping. “Iya-iya Mamaku sayang, lain kali Aluna bakal lebih hati-hati lagi kok. Janji!” ujarnya seraya mengecup pipi Mamanya.

“Hmm.” Sena memicingkan matanya, menatap penampilan putrinya dari atas sampai bawah.

“Mama kenapa sih lihat Aluna kayak gitu?” Aluna bertanya heran.

Sena berdecak, menggeplak lengan putrinya cukup kencang membuat Aluna meringis. “Berapa kali Mama bilang jangan memakai celana kalau keluar rumah! Kamu ini nggak pernah dengar apa kata Mama! Ini juga kenapa jilbab harus dililit di leher segala, buat apa sih?” Sena menurunkan jilbab Aluna agar lebih menutupi dada, tetapi Aluna malah menjauhkan diri agar Sena tidak bisa menjangkaunya.

ALTHALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang