🌷05: Hari Pernikahan

20.6K 1.9K 29
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Sebentar lagi akad nikah akan dilangsungkan. Aluna sudah tampil cantik dengan gaun putih dan juga khimar warna senada, tidak lupa ada mahkota kecil di kepalanya. Wajahnya yang dipoles sedikit makeup membuatnya terlihat sangat cantik.

“Sebentar lagi kamu akan jadi seorang istri. Jadi istri yang baik, ya, sayang? Harus nurut apa kata suami selagi itu hal baik. Enggak boleh nunda salat lagi, ya, apalagi sampai bolong. Nggak boleh pokoknya.”

Sembari menahan isak tangis, Aluna mengangguk. “Iya, Ma. Aluna akan berusaha jadi istri yang baik buat Atha seperti apa kata Mama. Doakan Aluna ya, Ma?”

“Mama selalu mendoakan kamu, sayang.”

Air mata Aluna tidak bisa ditahan begitu Sena kembali memeluk tubuhnya. Pelukan keduanya berlangsung agak lama sebelum suara Arsen menerpa indra pendengaran ibu dan anak itu.

“Aluna, anak Papa.” Aluna berdiri, memeluk tubuh Papanya yang sudah merentangkan tangan lebih dulu.

“Papa.” Aluna memeluk Papanya erat, menumpahkan tangisnya pada tubuh pria yang selama ini selalu
memanjakan, menyayangi, dan melindunginya.

“Anak Papa sudah besar, sudah mau jadi seorang istri. Jadi istri yang baik buat suami kamu nanti, ya? Turuti permintaan suami kamu selagi itu dalam hal yang baik. Jangan membantah, apalagi meninggikan suara pada suami kamu. Surga kamu bukan pada Mama kamu lagi nanti, tapi akan berpindah pada suami kamu. Paham, ya, sayang?”

“Iya, Pa.” Aluna mengurai pelukannya, menatap orang tuanya bergantian. “Aluna minta maaf kalau selama ini belum bisa jadi anak yang baik buat Mama dan Papa. Maafin Aluna juga yang udah bandel dan sering enggak dengar nasihat kalian. Aluna benar-benar minta maaf sama Mama dan Papa. Maafin Aluna,” lirih Aluna terisak.

Arsen segera menghapus air mata anak perempuannya itu. “Sstt, jangan nangis. Papa paling enggak suka liat kamu menangis, hati Papa sakit mendengarnya. Papa selalu memaafkan apa pun kesalahan Aluna. Papa juga minta maaf kalau belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk kamu.”

“Enggak!” Aluna menggelengkan kepala. “Papa dan Mama adalah orang tua terbaik buat Aluna, selamanya. Kalian jangan ngomong kayak gitu.”

“Sudah sayang, jangan menangis, nanti makeup kamu luntur loh. Ini, kan, hari bahagia buat kamu, jadi jangan sedih- sedih lagi, ya?” Sena berucap seraya merapikan dandanan Aluna.

Aluna mengangguk, memeluk kedua orang tuanya penuh sayang. “Aluna sayang banget sama kalian!”

🌷🌷🌷

“Bismillahirrahmanirrahim. Ya Safaraz Althair Biantara, ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Alunara Zevanya alal mahri 560620.22 Riyal Saudi hallan!”

Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu bihi, wallahu waliyu taufiq!”

Dengan satu tarikan napas, Althair berhasil mengucapkan kalimat sakral itu di depan papa Aluna, kedua orang tuanya, dan juga beberapa orang yang menjadi saksi pernikahannya.

“Bagaimana para saksi, sah?”

“SAH!”

Ucapan orang-orang itu berhasil membuat Althair menghela napas lega, tidak lupa puji syukur dia ucapkan dalam hatinya. Mulai detik ini, dia resmi menjadi seorang suami. Tanggung jawabnya sudah bertambah untuk menjaga dan membahagiakan Aluna, istrinya.

ALTHALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang