🌷14: Siapa Dia?

16.4K 1.5K 16
                                    

Sudah tiga minggu pernikahan Althair dan Aluna berjalan, pahit manisnya rumah tangga sudah mulai mereka rasakan. Kadang keduanya terlibat masalah kecil, namun hanya dengan beberapa jam mereka kembali berbaikan. Althair harus bisa mengontrol emosinya dan seringkali mengalah apabila terjadi perdebatan dengan Aluna. Mengingat Aluna yang masih labil dan kadang sedikit keras kepala membuat Althair harus ekstra sabar, baik dalam tindakan ataupun perkataan yang mungkin saja bisa menyakiti perasaan Aluna.

“Oke guys, jadi sekarang aku lagi mau bikin fried fermented soybean cakes alias tempe goreng.”

Althair memperhatikan Aluna yang tengah sibuk menata bahan-bahan masakan dengan terus mengoceh. Dia menarik kursi pantry dan mendudukkan tubuhnya di sana. Menggeleng pelan, Althair menumpukkan tangannya di meja.

“Jadi pertama-tama, kita potong dulu tempenya dan kita bentuk beruang, ya, guys biar lucu kayak yang bikin.” Aluna mengambil satu buah tempe dan membentuknya dengan cetakan beruang.

“Ada-ada aja,” gumam Althair tertawa geli.

“Nah, setelah semuanya kita cetak, lanjut kita goreng, ya.” Aluna menyiapkan wajan penggorengan, mengambil corong warna merah membuat Althair yang memperhatikan lantas mengernyit. Corong buat apa? Pikir Althair.

“Kita tuang minyaknya pakai corong, ya, biar enggak tumpah- tumpah,” ujar Aluna menuangkan minyak goreng dengan corong. “Ah kelamaan, kita langsung tuang aja, ya, enggak usah pake corong segala.” Aluna lalu meletakkan kembali corong tersebut dan lanjut menuangkan minyak di wajan. Saat akan memasukkan tempe tersebut ke dalam wajan, Aluna terdiam. “Kayaknya kalau buat tempe goreng udah biasa, aku buat nugget tempe aja kali, ya?” gumam Aluna. Althair semakin heran dengan istrinya, ingin menghentikan namun takut akan membuat mood Aluna buruk. Hingga dia terus memperhatikannya dalam diam.

“Karena mau dibuat nugget, jadi aku tumbuk aja tempenya.” Aluna menumbuk tempe berbentuk beruang itu hingga halus. Setelah itu, tempe tumbuk itu dicampur dengan bahan- bahan lain seperti telur, daun bawang dan daging tumbuk. Lalu dibentuk memanjang dan dibalut dengan tepung panir. Selang beberapa menit, nugget tempe pun jadi. Aluna hendak menatanya di meja makan bersama menu lain, namun terkejut melihat keberadaan Althair di sana. “Atha? Kamu udah di sini dari tadi?”

“Lumayan,” jawab Althair singkat. Aluna meringis pelan, sebegitu asiknya kah dirinya hingga tidak sadar ada sang suami yang memperhatikan?

“Maaf, ya, aku enggak tau kalau ada kamu.”

“Enggak apa-apa.” Althair menepuk kepala Aluna, mengambil alih piring yang Aluna bawa. “Biar saya bantu.”

Aluna tersenyum, mengecup pipi Althair cepat. “Makasih Atha!”

Tindakan spontan Aluna berhasil membuat Althair salah tingkah, terlihat dari telinganya yang memerah. Aluna yang melihat itu tertawa kecil, memperhatikan Althair yang tengah menata makanan di meja makan. Aluna mengusap tenggorokannya merasa haus, perempuan itu mengambil segelas air kemudian menegaknya dengan rakus.  Tidak lupa tentunya mengucap basmalah terlebih dahulu.

“Kalau minum itu sambil duduk, Aluna,” celetuk Althair mengangetkan Aluna sampai perempuan itu terbatuk-batuk. Althair langsung panik, menepuk-nepuk punggung Aluna seraya menggumamkan maaf.

Aluna mengangguk, mengusap pipi Althair pelan. “Enggak apa-apa. Aku haus banget tadi jadi lupa minumnya sambil berdiri.”

Althair mengusap kepala Aluna yang dibalut hijab, mengambil gelas di tangan Aluna dan meminum tepat di bekas bibir Aluna. Althair tersenyum kecil melihat wajah memerah milik Aluna. “Kenapa pipinya merah, hm?” tanya Althair membuat pipi Aluna tambah merah.

ALTHALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang