🌷19: Tidak Ada Duanya

16K 1.4K 37
                                    

Aluna berjalan cepat menuju pintu kala mendengar pintu rumahnya terus diketuk-ketuk. “Iya sebentar!” seru Aluna. Perempuan itu kaget begitu mendapati Aghas ada di depan pintu rumahnya. Pemuda itu menampilkan wajah terkejut seperti dirinya. “Loh, Aghas?”

“A-Aluna?”

“Iya, ada apa, ya? Kok bisa lo di sini?” tanya Aluna heran.

“Ah.” Aghas tersenyum canggung. Memberikan paper bag berisi kue kepada Aluna. “Gue tetangga baru depan rumah, nyokap baru aja pindahan dan nyuruh gue kasih ini ke tetangga,” jelas Aghas.

“Oh, makasih, ya. Enggak perlu repot-repot kok.”

“Santai aja,” ujar Aghas menggaruk belakang kepalanya. Dia ingin berbincang dengan Aluna namun rasanya ragu mengingat Aluna sudah memiliki suami.

Keduanya lalu terdiam canggung. Aluna berusaha mengalihkan pandangan dari Aghas supaya tidak bersitatap langsung dengan mata pemuda itu.

Aluna bingung bagaimana caranya mengusir Aghas agar cepat pergi dari rumahnya sebab Althair mengatakan untuk tidak menerima tamu laki-laki jika dia tidak ada di rumah. Mau mengusirnya juga tidak enak, yang ada nanti dia dicap perempuan tidak sopan.

Suara deruman mobil mengalihkan perhatian kedua orang itu. Aluna bernapas lega begitu melihat Althair keluar dari dalam mobil lalu berjalan ke arahnya seraya mengucap salam. Aluna segera mengambil alih tas kerja Althair, dia mencium punggung tangan Althair bolak-balik dengan sopan.

Althair menoleh pada Aghas dan menyembunyikan wajah terkejutnya melihat Aghas. Segera dia merengkuh pinggang Aluna erat. “Sedang apa di sini?” tanya Althair datar. Aluna menyenggol perut Althair untuk memperingatkan.

Aghas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Berusaha menyembunyikan wajah gugupnya melihat tatapan tajam Althair. “I-itu, gue cuma ngasih kue disuruh nyokap. Perkenalan tetangga baru katanya.”

Althair menyatukan kedua alisnya bertanya. “Tetangga baru?”

“Iya, di depan situ rumah gue.” Aghas menunjuk rumahnya yang tepat berada di depan rumah Althair dan Aluna.

“Oh,” sahut Althair cuek. Entahlah, kenapa ketika dia berhadapan dengan Aghas, amarahnya tiba-tiba ingin meluap. Padahal sebelum-sebelumnya tidak seperti ini.

Aluna tersenyum tidak enak pada Aghas. “Maaf, ya, Aghas.” Aluna melirik Althair dengan tatapan tajam menyuruh pria itu agar meminta maaf, tetapi Althair tidak paham dan hanya menaikkan sebelah alisnya.

“Enggak apa-apa santai aja.” Aghas balas tersenyum pada Aluna. “Ya udah kalau gitu, gue pulang dulu, ya?” pamit Aghas membuat Althair berdeham. “D-duluan,” pamit Aghas pada Althair.

“Wa’alaikumussalam,” ujar Althair berniat menyindir Aghas.

Aghas yang baru berjalan tiga langkah menoleh pada Althair. Dia tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. “Shalom,” ujar Aghas membuat Althair seketika terdiam. Dia menoleh pada Aluna yang memasang wajah kesal.

“Yaa zaujati,” panggil Althair mengejar Aluna yang langsung masuk ke dalam rumah begitu Aghas hilang dari pandangan mereka. “Sayang, maafkan saya,” ujar Althair menggenggam tangan Aluna.

“Aku malu, Atha! Ya Allah mau di taruh di mana muka aku,” seru Aluna heboh.

“Saya beneran enggak tau, kamu juga enggak bilang.”

ALTHALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang