***

44 13 0
                                    

Mentari pagi mulai menampakkan diri, menemani keduabelas bujang yang kini sedang berdiri menghadap bapak guru langganan mereka.

"kenapa kalian ini ngga ada capek capeknya saya marahin, saya aja capek marahin kalian, telat selalu berjamaah, kalo telat itu satu satu, biar bapak enak hukumnya!"

"kalian ini harusnya menjadi generasi cerdas kebanggaan bangsa, bukannya malah jadi generasi langganan BK"
Sepertinya kali ini pak Doni benar benar lelah dengan kelakuan para anggota Teriasin yang kalo telat selalu berjamaah tanpa rencana.

"Maaf pakkk..." Sahut jeordi, Satu-satunya yang bersuara
Kemudian yang lain mengikuti.

"Saya sampai bingung harus kasih hukuman apa yang bisa bikin kalian jengah," Omel pak Doni setelah mendengar selusin permintaan maaf.

"ya udah kalo gitu ngga usah di hukum pak, kan bapak capek hukum kita, kitanya juga capek pak di hukum sama bapak"  kini giliran Wawan yang bersuara untuk mengutarakan isi hatinya.

Untuk kesekian kalinya pak Doni hanya bisa mengusap dada, beliau khawatir terserang darah tinggi di usia muda akibat murid-murid tak berbudi ini.

"jadi gimana nih pak, ga jadi di hukum kan kita?" Tanya Chandra memastikan.

"Cepet lulus kek kalian, pusing bapak ngurus nya!"

"Karena hari ini ada rapat dan  murid-murid akan dipulangkan lebih awal.." Pak Doni menggantungkan kalimatnya,
"Hukuman kalian lebih berat!!"

Keduabelas bujang yang tadinya tersenyum riang, di gantikan dengan sebuah senyum kekecewaan.

"Pak saya ada urusan loh abis ini, ayolah kali ini aja jangan hukum kami pak" pinta Ajun.

"iya loh pak mana urusannya sama ibu negara lagi, nanti kalo ibu negaranya ngambek bisa hancur dunia pak" tambah Jeordi mengompori.

"Negara mana hah?! Konoha?!"
Urat leher pak Doni menegang.

"Haduh pak ini lebih gawat dari pada negara Konoha gakure, ada hubungannya sama bapak Yanto pokoknya ini pak" Wawan ikut bersuara.

"Pak kepsek kenapa??"

"aaaaa itu pak, pak kepsek nyuruh semua muridnya pulang, jadi harus pulang, kan ada rapat nanti takutnya malah ke ganggu" kini giliran Adam yang menimpali.

"Ada aja alasan, kalian ini belajar dari mana sih ngeles begitu?!"
Pak doni benar-benar ingin angkat tangan.

"Dari Ihan pak" Jawab Hito dengan senyum bangga.

Pak Doni mengusap wajahnya prustasi, "Sudah cepat bubar sana!!! Saya muak debat sama kaliannn!!'

"yoshh! Makasih pak, pak Doni yang terbaik deh" Jawab Ajun tersenyum sumringah,
"untung ngga jadi di hukum, bisa gagal rencana yang udah gue bangun semalaman" batinnya.

"Cepet sana jangan tunjukkan batang hidung kalian di hadapan saya!!!" Teriak sang guru bk dramatis.

Merasa mendapat restu dari pak Doni keduabelas bujang itu langsung menghilangkan dari hadapan pak Doni
Menyisakan keluh kesah pria dewasa yang sampai sekarang masih membujang itu.

**
"Jun ini lu beneran mau itu?" Tanya Runan ragu saat mereka berjalan menuju parkiran
Ajun yang sedari tadi memikirkan rencana tersebut langsung mengangguk mantap.

"Alhamdulillah" jawab kompak kesebelasan, namun salah satunya di antaranya sedikit merasa sesak pada dadanya,
Dan mau bagaimanapun ia lebih memilih untuk mengubur dalam-dalam segala rasanya.

Lantas keduabelasan itu langsung menuju markas kebanggaan mereka untuk melanjutkan rencana Ajun.

"Jadi mau kek gimana?" Tanya adam sang dewa cinta di kelompoknya.

TERIASIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang