Pagi ini, Rai sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Buku-bukunya sudah tertata rapi di dalam tas hitam yang sudah bersender diatas kursi kayu tempatnya menikmati sarapan bersama sang ayah.
"Hari ini, Rai pulang agak telat. Mau kerja kelompok," kata Rai disela makan.
"Hem. Dimana?" Tanya Husein dengan ramah.
"Rumah Yumna," singkat gadis berseragam putih abu-abu tersebut sembari memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Husein hanya mengangguk saja dengan bibir atas dimasukkan kedalam mulut sementara bibir bawahnya dinaikkan.Suasana pun menghening kembali. Hanya suara sendok dan garpu yang sedang berperang diatas piring, juga suara gigi-gigi yang saling berbenturan menghaluskan makanan.
"Tin tin tin," suara khas klakson motor terdengar di halaman rumahnya. Terlihat jelas seorang pemuda tampan, gagah, dan berkulit sawo matang itu sedang mengedarkan pandangannya kearah pintu rumah Rai yang masih tertutup rapat. Tak lama, pintu itupun terbuka. Bibir pemuda yang juga mengenakan seragam putih abu-abunya pun melebar. Dia langsung menyapa Rai yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Pagi Rai," sapa pemuda itu sembari tersenyum.
"Pagi juga, Kai," sahut Rai yang tak lupa membalas senyumnya.
"Dah sarapan?" Tanya pemuda yang dipanggil Kai oleh Rai tadi, seraya menodongkan helm padanya.
Dengan cepat Rai pun menjawab, "udah," sambil mengambil helm itu dan memakainya.
"Okeh, bagus kalo gitu. Yuk, kita berangkat sekarang," ajaknya yang rela membagi jok motornya dengan Rai.
Rai pun mengangguk dan duduk di jok belakang motor kesayangan temannya itu. Perlahan motor itupun bergerak dan meninggalkan pekarangan rumah Rai yang kecil dan penuh tanaman hias milik ayahnya.------
Disepanjang jalan, Rai nampak begitu bahagia. Bukan tanpa sebab. Hari ini, dia akan mengikuti lomba menyanyi di pendopo kota bersama band sekolahnya. Gadis itu sudah tak sabar ingin bernyanyi disana."Kai," panggil Rai yang sedikit berteriak.
"Iya," respon Kai melirik kearah gadis yang ada dibelakangnya. "Ada apa?"
"Nanti kan gue mau lomba, lo nyatet semua materi yang guru kasih ya. Gue minjem," katanya.
"Oke, tenang aja. Pokoknya kalo sama Kai mah, beres," jawab Kai menggampangkan.
"Oke," respon Rai singkat.
Perjalanan mereka pun terus berlanjut, hingga akhirnya sampailah mereka disebuah bangunan yang luas, besar, dan bertingkat itu.
"SMA Tunas Jaya" begitulah tulisan besar yang terpampang di bangunan itu."Parkir dimana nih? Udah penuh semua," resah Rai yang melihat lahan parkir sudah penuh.
"Tenang aja, pokoknya kalo sama Kai mah, beres," timpal Kai sembari memarkirkan motornya di tempat parkiran guru.
"Eh, lo gila ya! Ntar dimarahin loh! Pindah aja, pindah!" Seru Rai yang tak setuju dengan temannya.
"Ah, enggak bakalan. Udah, biarin aja. Taroh helm-nya cepet, sebelum ada yang liat," kata Kai sembari mengamati situasi. Dengan cepat, Rai pun melepas helm hitam yang ada di kepalanya dan menaruhnya di jok belakang motor itu. Setelah itu, keduanya pun bergegas menuju kelas yang sudah ada guru pengampuh disana.
"Mati kita, Kai. Udah ada guru didalem," gumam Rai yang panik tak berani masuk kelas.
"Yah, perasaan tadi kita cepet. Udah main masuk aja tu guru," protes pemuda itu. "Udah lah, enggak papa. Masuk aja yuk," ajaknya seraya menggandeng tangan Rai yang sudah mendingin.
"Tapi, kalo dimarahin gimana? Bu ageng kan galaknya poll," resah gadis itu.
"Tenang aja, pokoknya kalo sama Kai mah, gak bakal dimarahin," ujar Kai yang hanya dibalas helaan nafas saja oleh Rai.
Dengan percaya dirinya, Kai mengetuk pintu dan mengucapkan salam pada wanita berseragam coklat yang memilki badan gemuk dan wajah tegas yang sedang mengabsen muridnya. Wanita itupun terhenti dan langsung menatap tajam kedua muridnya yang baru saja datang. Perasaan Rai sudah tak karuan saat itu. Untuk kesekian kalinya ia telat dan selalu saja pada saat jam pelajaran bu Ageng. Beda dengan Kai yang terlihat santai-santai saja sedari tadi.
"Kalian telat lagi?" Tutur bu Ageng dengan nada malas.
"I-iya, bu. Maaf," sahut Rai yang sudah menundukkan kepalanya.
"Huft, sampe males ibu ngadepin kalian. Hari ini mau alasan apa lagi?" Cetus guru gemuk itu.
"Ayahnya Rai sakit, bu. Tadi kita nganterin ke dokter dulu. Makanya telat," jelas Kai yang berbohong.
Sontak saja Rai menatap tajam wajah pemuda konyol itu sembari mengerutkan dahinya dengan ekspresi marah."Benar itu, Rai?" Tanya bu Ageng memastikan.
"E-eng,"
"Iya, bu. Masa saya bohong si? Bukannya bohong itu dosa ya? Lagian orang tua masa buat bercandaan si?" Timpal Kai memotong jawaban Rai.
Bu Ageng pun percaya dengan alasan mereka kali ini. Namun, jika mereka terus telat seperti ini, bu Ageng tidak akan tanggung memberinya hukuman.
"Ya sudah, kalian duduk," perintah bu Ageng yang juga kembali duduk.
Rai dan Kai pun mengangguk."Gue bilang apa. Tenang aja, kalo sama Kai mah, gak bakal kena marah," bisik Kai dengan bangga.
"Iya. tapi alasan lo enggak lucu tau gak!" Seru Rai seraya berjalan menuju bangkunya dengan wajah kesal.
"Haha, kesel dianya," gumam Kai tertawa sendiri.
Tak disangka, ternyata bu Ageng masih memperhatikan Kai. Latas saja dia menegurnya, "Kenapa ketawa!" Tegur bu Ageng.
"Udah stress dia, bu," sahut teman sebangku Kai.
"Oh, pantes," respon bu Ageng yang disusul suara tawa teman-temannya.
"Ye, ketawa lo pada. Awas aja ya!" Jengkel Kai seraya duduk di samping Manav yang masih tertawa meledek dirinya.
Saat bel istirahat berbunyi, Rai diminta menemui Mr. Fahmi selaku pembimbing ekskul musik di sekolahnya. Diruangannya, Rai bersama ke empat temannya yang lain di-breafing sebelum pergi ke lokasi lomba. Banyak hal yang Mr. Fahmi jelaskan pada mereka. Mereka pun nampak sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Tak lama setelah itu, mereka pun pergi dengan diantarkan Mr. Fahmi sendiri.
Di Pendopo, sudah ribuan orang mendaftarkan dirinya. Karna memang ini kompetisi yang dibuka untuk umum. Penampilan peserta-peserta lain sangat keren. Suaranya pun sangat enak didengar. Meskipun begitu, Rai dan teman-temannya tetap optimis menang. Karna ini bukan pertama kalinya bagi mereka menghadapi lawan-lawan sebagus itu.
"Gaes, tetap yakin kalo kita bakal menang dan dapetin piala itu ya!" Kata Rai mengobarkan semangat timmya.
"Pasti. Kita pasti juara!" Sahut mereka sembari menyatukan tangannya dan tersenyum.Wah gimana nih, Readers, ada yang suka telat kayak Rai sama Kai gak?
Eh, kira-kira bakal menang gak yah, tim Rai kali ini?
Komen Next untuk lanjut ke part selanjutnya ya!
Follow dan vote-nya jangan ketinggalan juga😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dalam Mimpi (Selesai)
Teen FictionAresha Raiqa Shafiyah atau kerap dipanggil Rai merupakan murid SMA Tunas Jaya kelas XII IPA 1. Gadis berpostur tubuh mungil dengan rambut hitam panjang dan bergelombang ini mempunyai segudang prestasi. Menjadi seorang penyanyi terkenal adalah cita-c...