20. Malam yang Tak Terlupakan

15 3 2
                                    

Setelah mendapat uang dari Dhaisa, gadis itu langsung menukarnya dengan obat terlarang yang biasanya ia gunakan meskipun kebutuhan pokok di rumahnya sudah habis. Baginya saat ini yang terpenting dia bisa mendapatkan obat itu, jika tidak makan pun ia akan kuat-kuat saja. Itulah yang membuat uang itu cepat sekali habis. Tanpa malu dan ragu dia terus meminta uang pada Dhaisa. Dhaisa yang bodoh atau terlalu buta karna cinta pun terus memberinya uang. Hingga sampai disuatu saat Dhaisa tidak bisa memberikan itu lagi pada Sang Pacar. Hampir satu bulan ia sudah mengeluarkan puluh juta rupiah untuk pacarnya saja, orang tuanya pun sudah mulai bertanya-tanya mengenai keborosannya itu. "Aku pasti akan ganti semua uang kamu, beb. Kalau mau ambil saja rumah ini sebagai jaminannya. Yang penting aku butuh uang sekarang," desak Rai yang sudah frustasi.

"Baiklah, aku mau," ucap Dhaisa yang membuat bibir Rai terangkat sedikit.  "Tapi kamu harus layanin aku malam ini. Dan setelah itu aku akan berikan uang sebanyak yang kamu minta," tutur Dhaisa memberikan syarat pada Sang Kekasih.

Bibir yang tadinya mulai terangkat kini langsung menurun drastis. Matanya menatap wajah Dhaisa dengan tak percayanya. "A-apa maksud kamu, beb? Bagaimana mungkin aku melakukan itu?" Protes Rai seraya menjauh  satu meter dari Dhaisa.

"Aku tidak memaksa. Kalau kamu tidak mau, tidak ada masalah bagiku. Aku harus ke kampus sekarang, sampai bertemu lagi," ucap Dhaisa seraya melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu.

Seketika hati Rai menjadi sangat sedih setelah perbincangan itu. Tak mampu lagi kedua kakinya menopang tubuh yang penuh akan beban kehidupan ini. Gadis itupun terduduk di atas ubin dengan kedua kakinya yang ditekuk dan dijadikan sandaran untuk kepalanya beberapa saat. Tetesan air mata pun keluar dari ujung mata indahnya saat itu juga. Sebuah rasa rindu pada sahabat yang kini dijadikannya sebagai musuh pun hadir didalam hatinya.

"Kai, andai aku bisa cerita semua masalah yang aku simpan selama ini ke kamu, pasti kamu tanpa ragu akan membantuku. Tapi aku merasa malu jika harus melakukan itu. Aku sudah membuat hati kamu hancur ketika aku memutuskan hubungan pertemanan kita. Aku malu mengatakan kata 'maaf' sama kamu. Aku hanya bisa berharap pertolonganmu itu akan segera datang. Semoga kamu bisa mendengar suaraku ini dimanapun kamu berada,"

Langit sudah berubah menjadi gelap. Sang Raja Malam pun telah bertengger di posisi terbaiknya, menampakkan wujud indahnya, dan memancarkan cahaya yang mampu menerangi kegelapan malam ini.

"Aku terkejut ketika kamu mau menyetujui syaratku itu, ayy. Aku pasti akan membuat malam ini sebagai malam yang enggak akan pernah kita berdua lupakan. Dan aku akan berikan kenyamanan untuk kamu. Kamu tenang aja, enggak perlu takut ataupun khawatir," tutur Dhaisa penuh gairah.

Rai pun hanya mengangguk sembari melepar senyum tipisnya saja.

Dhaisa nampak begitu bahagia saat ini. Senyumnya terus saja melebar dan matanya terus saja memandang Rai penuh perasaan yang hanya beberapa sentimeter darinya. Sebuah gejolak yang luar biasa dan semakin membesar Rai rasakan saat mata mereka bertemu. Dhaisa mulai mencumbu Rai dengan gairah mendesak dan Rai membalas cumbuannya tanpa basa-basi lagi karna sudah memikirkannya beberapa waktu lalu.

"Kamu benar-benar cantik, ayy," kata Dhaisa parau seraya bibirnya turun ke leher dan berpindah ke kasur yang sebenarnya tak membuatnya nyaman karna sudah sedikit keras hingga akhirnya Dhaisa menyatukan tubuhnya dengan Rai dan mencapai puncak bersama.

Dhaisa membaringkan diri di bawah, dan menarik tubuh Rai di atasnya. Satu lengan memeluk punggung Rai dan lengan lainnya membelai rambut kekasihnya yang tebal dan wangi. Mereka mengatur napas yang tak beraturan dan akhirnya pulas dalam pelukan orang yang paling dicintainya di dunia.

Entah apa yang ada dipikiran kedua anak muda itu. Apa cinta diatas segalanya daripada sebuah kehormatan dan harga diri? Sungguh hal yang sangat memalukan. Cinta memang sudah membuat keduanya menjadi buta, lalu akal sehatnya pun sudah tidak ada lagi. Hingga terenggutlah keperawanan Rai malam ini.

Rasa puas tentu saja dirasakan Dhaisa setelah semua rencananya berhasil sampai di puncak ini. Inilah yang ia inginkan sejak lama. Segepok uang ratusan yang jumlahnya hampir menyentuh angka sepuluh juta pun ia berikan pada Rai sebagai imbalan karna sudah membuatnya merasa puas dan bahagia. Pemuda itu juga mengatakan kalau rasa cinta diantara mereka akan semakin kuat setelah peristiwa malam ini. Dengan percayanya Rai meyakini ucapan itu. Binar-binar kebahagiaannya juga semakin terlihat ketika ia bisa menyentuh uang yang sudah disiapkan Dhaisa untuknya. Tak sia-sia dia menyerahkan tubuhnya pada pemuda itu karna ia bisa mendapatkan uang sebanyak ini.

"Sepertinya aku bisa mendapatkan uang lebih dari ini, jika aku mau melakukan hal itu lagi dengannya. Lagipula kalaupun aku hamil, itu juga anakku dan dia. Itu sama sekali tidak masalah. Malah, aku bisa segera menikah dengannya tanpa menunggu lama. Lalu semua cinta, rasa sayang, dan juga kebahagiaan akan aku dapatkan setelah itu," pikir Rai sembari memejamkan matanya membayangkan semua mimpinya dalam angan-angan. "Huft...sangat indah," tambahnya diiringi helaan nafas panjang.

Kasih tanggepan sendiri aja deh tentang kelakuan mereka😶

Ini belum seberapa gilanya Rai ya! Akan ada yang lebih menggilakan di part setelahnya🙃

Vote and Share-nya jangan lupa ya, teman

Impian Dalam Mimpi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang