"Mah, pah, Kai berangkat dulu ya. Ada kelas pagi soalnya," kata Kai sembari mengambil setumpuk roti tawar yang sudah diolesi selai coklat oleh Sheyla.
"Duduk dulu, makan yang bener, baru berangkat!" Timpal Sheyla yang masih sibuk memberi selai di rotinya.
"Takut enggak keburu, mah. Kai makan sambil jalan aja. Daaa mah, pah, assalamualaikum," pamit Kai yang langsung pergi tanpa mencium tangan kedua orang tuanya.
"Wa'alaikumsalam..,"
"Huft..dasar bujang. Tiap hari mesti begitu. Alasan ada kelas pagi lah, tugas yang belum selesai, ada panggil mendadak, macem-macem banget alesannya kalo mau berangkat tuh. Perasaan Aq dulu gak gitu deh. Mas gitu gak si?" Cetus Sheyla sembari memindahkan roti tawar yang sudah terolesi selai strawberi di atas piring milik Ahmed.
"Hem, sedikit mirip lah. Cuma kan Mas jelas kalo berangkat pagi mau jemput kamu. Gak ada alasan lain kayak bujang kita itu,"
"Hihi, iya ya Mas. Dulu tiap hari pasti Mas jemput Aq. Dan itu juga ngendap-ngendap kayak maling, biar gak ketahuan sama bapak," tambah Sheyla teringat akan masa mudanya dulu.
"Hem, iya Dek," respon Ahmed yang singkat.
"Eum, apa jangan-jangan Kai punya pacar ya Mas? Terus dia ngelakuin hal yang sama kayak Mas dulu, supaya kita nggak tau dan curiga sama dia," pikir Sheyla.
"Bisa jadi," respon Ahmed yang masih ragu.
"Kalo emang bener, kira-kira siapa ya pacar Kai? Apa mungkin Rai?" Kata Sheyla menebak lagi.
"Gak tau lah, Dek. Udah enggak usah diurusin sama siapanya, yang penting Kai bisa bahagia," sanggah Ahmed yang sudah siap makan.
"Em, iya si. Ya udah lah, nanti kalo emang dia pacaran, pasti dia bakal cerita ke Aq. Kai kan gak pernah ngerahasiain apa-apa dari mamahnya," ucapnya bangga.
"Hem, iya. Mending sekarang makan aja, udah mau jam tujuh nih, bisa-bisa telat nanti ke kantornya," pungkasnya seraya memasukkan potongan roti itu ke dalam mulut.
~~~~~~
Di depan pagar kayu yang sudah tak terurus, Kai memberhentikan motornya. Matanya nampak tertuju pada rumah yang masih menjadi kesatuan dengan pagar itu. Dia mengamati dengan pasti kehidupan yang ada di dalam rumah itu dalam keadaan masih berada di atas motor."Lampunya masih nyala. Padahal ini udah jam tujuh," kata Kai melirik kearah arloji di tangan kirinya. "Rumahnya juga keliatan sepi. Apa Rai masih tidur ya? Jendelanya aja masih ketutup semua," lanjutnya.
Tak selang lama, sebuah motor sport merah berhenti di depan pagar yang sama dengan Kai. Seorang gadis nampak turun dari motor yang dikendarai seorang pemuda. Diduga mereka adalah Rai dan Dhaisa. Melihat keberadaan Kai di sana, sontak saja Rai bertanya-tanya dan menuduhnya macam-macam.
"Kamu ngapain di sini? Mau mata-matain aq? Atau kamu mau coba deketin aq lagi, supaya kamu bisa ngadalin aq?" Ucap Rai penuh tuduhan.
Kai hanya terdiam sembari menatap wajah gadis itu saja.
"Aq enggak butuh orang seperti kamu, Kai. Masih banyak orang di luaran sana yang lebih sayang dan peduli sama aq. Jadi aq tekankan lagi sama kamu, tolong pergi dari sini, dan stop ganggu hidup Aq. Aq sudah tenang dan bahagia saat ini, tolong jangan usik kebahagiaan itu!" Pinta Rai sembari menatap tajam mata Kai.
Kai yang mendengar ucapan itupun tersenyum menyeringai. "Akhirnya kamu mau bicara lagi denganku, Rai, setelah 9 bulan kamu gak mau ketemu dan bicara sedikitpun sama aq. Aq juga bahagia kalo kamu bahagia, Rai. Tapi perlu kamu ingat, aq akan terus menjaga dan melindungi kamu meskipun jutaan tolakan dan usiran yang kamu katakan padaku. Seorang sahabat tidak akan meninggalkan sahabatnya sendiri, entah di dalam kondisi sedih ataupun bahagia. Begitupun Aq. Jadi, kalau ada orang yang berani macam-macam sama kamu, mereka akan berhadapan langsung denganku," kata Kai membukam mulut Rai sembari melirik sinis Dhaisa yang sedari tadi diam di belakang Rai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dalam Mimpi (Selesai)
Подростковая литератураAresha Raiqa Shafiyah atau kerap dipanggil Rai merupakan murid SMA Tunas Jaya kelas XII IPA 1. Gadis berpostur tubuh mungil dengan rambut hitam panjang dan bergelombang ini mempunyai segudang prestasi. Menjadi seorang penyanyi terkenal adalah cita-c...