21. Sang Penyelamat

12 2 0
                                    

Setelah tiga hari Rai dan Dhaisa tak berkunjung ke tempat hiburan malam, akhirnya malam ini mereka kembali ketempat itu juga. Lampu disko sudah menyala. Suara lagu yang dimainkan Dj pun sudah mengguncang  tempat hiburan malam itu. Terlihat jelas lantai dansa terpenuhi anak-anak muda yang sedang mencari kesenangan sekaligus hiburan untuk menghilangkan semua penat selama seharian ini.

Melompat sambil menganggukkan kepala dan mengangkat tangan adalah gerakan yang selalu mereka pertunjukkan kala sedang menikmati lagu. Jika merasa lelah, biasanya mereka bergilir menepi dan meneguk minuman dingin yang mencandukan. Tak jarang pula mereka mempermainkan seorang gadis yang sedang dalam keadaan mabuk untuk memenuhi hasrat didalam hatinya. Mereka mencumbu gadis itu, meraba bagian terindahnya, dan mengajaknya berjoged bersama. Tidak usah dipikirkan nasib gadis itu, karna mereka saja tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.

Kesenangan dan kegembiraan yang sedang dirasakan para pemuda di sana tiba-tiba sirna ketika salah seorang pegawai memberi kabar kalau tempat itu sudah dikepung polisi. Mereka pun langsung berhamburan keluar menyelamatkan diri agar terbebas dari jeratan hukum yang sedang mengintainya. Terlebih lagi hampir semua pengunjung disana sudah mengunakan narkoba. Pasti tidak bisa lolos lagi jika tertangkap.

Rai yang saat itu sedang dalam keadaan mabuk pun hanya diam di atas kursi dan terus meneguk minumannya tanpa merasa cemas jika polisi akan menangkapnya. Dhaisa sebagai orang yang membawanya ke tempat itu juga tidak bertanggung jawab sama sekali. Dia membiarkan Rai sendirian, sementara dirinya berusaha kabur ditengah-tengah suasana yang gaduh.

Mereka memang sangat egois. Tidak ada yang peduli dengan orang lain jika sudah berurusan dengan polisi. Namun seorang sahabat tak akan pernah membiarkan sahabatnya mengalami masalah sendiri. Meskipun sebenarnya ini hal yang salah, Kai tetap membantu Rai kabur dari tempat itu tanpa ada siapapun yang tau. Karna sebenarnya dia lah dalang dari penggrebekan itu terjadi. Pemuda ini sudah merencanakannya sejak dia mengetahui kalau ada pengedar narkoba di sana. Bahkan dia membuat jalan tikus untuk membawa Rai kabur, jauh sebelum malam ini terjadi. Dia sangat menginginkan orang yang membuat sahabatnya jadi seperti ini dihukum seberat-beratnya. Rencana yang matang membuat keinginannya bisa tercapai dengan sempurna.

Saat langit berwarna ungu keorenan, Rai tersadar dari pengaruh alkohol yang semalaman ini membuatnya melayang-layang entah kemana saja. Dia sempat bingung ketika mendapati dirinya sudah berada diatas tempat tidur, sedangkan yang ia ingat terakhir kali, dirinya masih berada di club bersama kekasihnya. Mungkin saja pemuda itu juga yang membawanya pulang dan menidurkannya disini. Begitulah anggapan Rai yang kemudian berjalan keluar  dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus menyegarkan tubuhnya. Gadis ini benar-benar tidak mengingat kejadian semalam yang menimpa teman-temannya juga kekasinya.

"Huhhh, seger banget airnya. Jadi pengen mandi terus," ujar Rai yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sehelai kain putih lembut yang dibebetkan dari dada sampai atas lutut. Kakinya yang masih basah karna belum dikeringkan dengan sempurna itupun meninggalkan jejak becek yang akan menambah pekerjaannya hari ini.

~~~~~

"Apa? Dhaisa dipenjara? Bagaimana bisa itu terjadi?" Respon Rai yang baru mendengar kabar kalau kekasihnya ditangkap karna kasus narkoba.
"Iya, Rai, kemarin malem tempat itu digerebek polisi. Dan Dhaisa kedapatan memakai barang itu, jadi dia ditahan sekarang," jelas Kai.

Rai bingung kenapa itu bisa terjadi, padahal dirinya bersama Dhaisa kemarin malam. Jika pemuda itu tertangkap, maka seharusnya dia juga tertangkap bukan?

"Kamu pasti bingung dan bertanya-tanya kenapa kamu bisa selamat dari polisi itu kan?" Tukas Kai sembari menatap wajah Rai yang benar-benar bingung sampai alisnya saja mengerut dengan erat sehingga menciptakan lipatan-lipatan kasar di dahinya. Lalu pemuda ini pun menceritakan semua kejadian di malam tadi. Termasuk ketika Dhaisa membiarkan Rai mabuk sendirian, sedangkan dirinya berusaha kabur.

"Enggak mungkin Dhaisa lakuin itu ke aku. Dia pacarku. Dia pasti juga ingin menolongku, tapi dia tidak punya kesempatan itu karena dia juga dalam bahaya. Jadi dia seperti itu," ujar Rai yang menolak tuduhan atas kekasihnya.

"Rai, kamu emang udah kemakan cintanya dia ya. Jadi semua kesalahan yang dia lakuin enggak berarti di mata kamu. Aku bingung harus nyadarin kamu dengan cara apa lagi. Dhaisa itu enggak sebaik yang kamu kira. Bahkan dia sangat buruk dan licik. Cinta yang dia ucapkan ke kamu, itu semua hanya sebuah kebohongan. Semoga kamu bisa sadar, Rai, dan kamu bisa kembali ke jalan yang terang," harap Kai yang kemudian bangkit dari posisi duduknya lalu berpamitan pulang. "Aku pulang ya, Rai. Kamu tolong di rumah aja sampai keadaan benar-benar membaik atau kamu bisa terkena masalah nantinya. Tolong ingat itu!" Kata Kai memberi pesan pada Rai.

Rai hanya mengangguk dan mengantarnya sampai ke depan pintu. Namun saat Kai sudah satu meter lebih dekat dengan motornya, Rai memanggil namanya dan membuatnya harus berhenti lalu berbalik badan dan menatapnya heran. "Makasih ya. Kata-kata kamu akan aku ingat dan aku cari buktinya. Hati-hati dijalan," kata Rai yang terus kepikiran dengan ucapan Kai. Kini giliran Kai yang mengangguk sembari tersenyum tipis padanya. Lalu pemuda itupun menyalakan mesin motornya dan pergi.

"Kalau memang Dhaisa terbukti mengkhianati cintaku, aku tidak akan memaafkannya. Tapi kalau ucapan Kai itu salah, aku tidak akan mau mengenalnya lagi," gumam Rai seraya berjalan masuk ke rumah.




Pernah kalian ngerasa kalo pacar kalian itu bak dewa yang tidak punya kecacatan?

Kalo pernah, berarti kalian udah 'kemakan cinta' kalo kata Kai.

Next nggak? Nggak kerasa udah mau tamat aja😭

Ada yang udah bisa nebak endingnya belum?😃

Impian Dalam Mimpi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang