22. Pengganggu

15 3 2
                                    

Waktu terus berlalu, sampai akhirnya Rai mengetahui rencana busuk Dhaisa yang ternyata hanya ingin memanfaatkannya saja. Pemuda itu juga menginginkan kehancuran akan karirnya. Sungguh, hati Rai sangat terpukul kala mengetahui hal itu. Banyak cinta dan harapan yang sudah ia imingkan padanya, tetapi sebuah penghianatan lah yang tepat sebagai balasan atas ketulusan cintanya.
Rai sangat menyesal karna sudah menghiraukan peringatan dari Kai. Namun setelah mengetahui semua itu, bukannya dia menjauh dari lingkaran setan yang terus menjerumuskannya, gadis ini malah semakin masuk kedalam lingkaran hitam yang terus berputar menyengsarakan dirinya sendiri.

Berulang kali Kai menyadarkan dirinya, tetapi Rai sama sekali tak memperdulikan ucapannya itu. Dia merasa dunia ini hanya memberikan sebuah penderitaan saja padanya. Pertama dia terlahir tanpa mengetahui siapa ibu kandungannya, kedua saat sang ayah menentang impiannya lalu dia malah pergi meninggalkannya sendiri di dunia yang keras ini, kemudian dia dihianati seseorang yang sangat dia cintai. Semua itu mendorongnya untuk melakukan hal bodoh.

Tak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan uang sebagai alat pemenuh kebutuhannya. Untuk bernyanyi, itu sudah tidak mungkin lagi. Tidak ada yang mau memberinya ruang untuk melakukan itu. Dirinya sudah dikucilkan oleh masyarakat. Dia bukanlah gadis baik yang patut mendapatkan pekerjaan yang layak.

Hingga setiap malam dirinya harus pergi bekerja di jalanan, menjual tubuhnya pada siapa saja. Bahkan dia juga menjual obat-obatan terlarang. Apapun akan dia lakukan hanya demi bisa bertahan hidup. Sebenarnya, tak jarang pula Kai memberinya uang agar tidak melakukan perbuatan buruk itu. Namun uang yang ia berikan sangat tak cukup bagi Rai. Saat uangnya habis, tidak segan dia menjajakan dirinya hanya demi sebuah barang laknat itu!

"Kumohon, kamu boleh memakai tubuhku semalaman asal kamu memberikan aku barang itu." Kalimat itu kerap Rai ucapkan kepada para bandar kelas teri saat kecanduan mulai menggerogoti tubuhnya. Dengan gairahnya pria brengs*k itupun membawanya ke hotel. Tangannya terus saja merangkul Rai dengan senyuman yang terus mengukir wajahnya kala menatap kecantikan Rai dari dekat. Dengan terpaksanya Rai membalas senyum itu. Jika tidak membutuhkan uangnya, jelas sekali gadis ini tak mau melakukan hal bodoh itu. Terlebih tak semua pria yang memakai jasanya bersikap baik padanya. Sering dia merasakan sakit disekujur tubuhnya selama berhari-hari setelah tubuhnya itu dipakai pria yang sangat kasar dan juga tak sabaran. Rasanya ingin dia cekik sekalian pria itu sampai mati, agar dia tau betapa dia menyakitinya!

Saat ini, kedua orang itu sudah berada di dalam kamar hotel yang ukurannya tidak terlalu besar atau bisa dikatakan sedang saja. Tempat tidurnya juga tidak luas dan empuk karna memang kamar yang dipesan kualitasnya hanya ecek-ecek saja. Namun itu bukan sebagai patokan kepuasannya bukan? Yang terpenting mereka bisa menghabiskan malam berdua tanpa ada gangguan.

Di bibir kasur, terlihat Rai masih terduduk diam dengan pakaiannya yang lengkap. Sementara pria yang membawanya sudah dalam keadaan telanjang. Dia mendekati Rai dan menarik tangannya sampai tubuhnya itu jatuh tepat di dada bidangnya yang sedikit berbulu. Jantung Rai berdetak tak beraturan saat itu. Terlebih ketika Pram mulai membelai rambutnya dan menyingkirkannya dari leher bagian kanannya, lalu dia mulai mengendus bagian leher Rai sampai akhirnya mencumbu gadis itu.

Tak ingin lebih lama lagi, perlahan jari jemarinya bergerak membuka kancing kemeja Rai yang sudah kusut dari mulai yang teratas sampai yang paling bawah. Rai hanya bisa berpasrah saat pria itu melucuti pakaiannya. Seketika kamar itu menjadi gelap. Tubuh yang sudah tak berpelindung itu sudah menempati posisinya. Rai berada di bawah, sedangkan pria itu ada di atasnya.

Nafas Rai terdengar menderu-deru kala pria itu mulai melancarkan aksinya. Namun, belum sampai puncaknya, pintu yang tadinya terkunci rapat terbuka lebar dengan iringan suara keras dari sebuah dorongan kuat pada pintu itu, bahkan beberapa baut yang mengencangkan pintu itu terlepas dari tempat asalnya.Terkejutlah kedua orang itu. Mereka langsung menghentikan aksinya dan seketika Pram terkapar di atas lantai yang dingin dalam kondisi  masih telanjang. Sementara Rai langsung menutupi tubuhnya menggukan selimut yang ada di ujung kasur. Belum diketahui pasti siapa orang yang berani mengganggu aksinya itu. Namun jika dilihat dengan pasti, dia seorang pria yang tak asing bagi Rai.

Impian Dalam Mimpi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang