9. Terpepet

27 2 0
                                    

Sudah 2 bulan Rai menumpang di rumah Kai. Uang tabungan miliknya yang tidak seberapa jumlah mulai habis. Banyak sekali pengeluaran di bulan ini, terlebih lagi dia menanggung semuanya sendiri. Yah, meskipun untuk makan, minum, dan tempat tinggalnya sudah dibebankan pada orang tua Kai, tetapi ia juga punya kebutuhan pribadi dan juga uang sekolah yang harus ia bayarkan tiap bulannya. Sebenarnya itu juga akan ditanggung oleh orang tua Kai, akan tetapi Rai menolak dan menyanggupi kalau dia bisa membayarnya sendiri. "Sampai kapan dia akan bergantung pada orang lain? Menolong juga ada batasnya!" Itu yang selalu Rai ingat sampai saat ini.

Karna pikiran itu, dia menjadi sangat bingung sekaligus gelisah. Dia harus apa untuk mendapatkan uang dengan kondisi matanya yang tidak bisa melihat. Apa akan ada orang yang mau menerima bantuannya? Dan apa ada pula orang yang mau menghargai tenaganya?

Kegelisahan itu benar-benar terlihat di raut wajahnya. Sedari pagi hingga malam tak berubah. Dia banyak diam dan merenung di dalam kamar. Kai yang mengerti jika sahabatnya sedang tidak baik-baik saja pun mencoba mencari tau apa masalah yang mengganjal pikirannya.

Saat itu Rai sedang duduk di lantai sembari bersandar di ranjang yang hampir seluruh bagiannya tertutup oleh bed cover biru tanpa motif di dalamnya. Kakinya ia tekuk dan peluk dengan wajah yang mendongak ke atas dan matanya yang merem seolah sedang mencari jalan keluar dari masalahnya. Disaat itu, Kai datang dan duduk menjejerinya.

"Lo ada masalah apa, Rai? Coba cerita ke gue. Siapa tau gue bisa bantu," kata Kai yang menyelonong saja.

"Gue enggak ada masalah kok, Kai. Jadi enggak ada yang perlu gue ceritain ke lo," jawab Rai di awali helaan nafas pendek.

"Enggak usah bohong kalo sama gue," sergahnya sembari melirik kearah Rai yang mencoba bungkam.

Rai tak bisa menyembunyikan masalahnya lagi dari Sang Sahabat. Gadis itupun menceritakan semua masalah yang membuatnya gelisah, dengan harapan bisa mendapatkan jalan keluar dari masalahnya juga. Awalnya Kai juga bingung harus memberikan saran apa padanya, hingga akhirnya dia kembali mengajak Rai untuk bernyanyi. Karna hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini dengan keterbatasan fisiknya.

Tolakan pun tak bisa dilayangkan atas saran itu. Rai sudah terpojok oleh keadaan yang akhirnya membuat dirinya melanggar janji yang sudah ia buat beberapa bulan lalu. Dengan bermodal ponsel yang ia miliki, gadis itupun membuat cover lagu bersama Sang Sahabat sebagai pengiring musiknya. Mengupload ke youtube adalah cara mereka memasarkan suara indah Rai. Tak lupa pula media sosial menjadi tempat untuk promosi.

Butuh waktu 3 hari untuk membuat satu cover lagu bagi keduanya. Waktu yang cukup lama dan belum tentu akan mendapatkan apa yang mereka harapkan. Tak hanya itu, Kai juga mencoba datang ke cafe-cafe untuk menawarkan diri menghibur para pelanggan. Banyak yang menolak karna melihat Rai yang punya kekurangan. "Bagaimana bisa dia akan berinteraksi dengan pelanggan jika dirinya saja tidak bisa melihat" seperti itulah contohnya. Namun kedua orang itu tak putus asa. Jika ada yang menolak, maka pasti akan ada yang menerima.

Keyakinan itu benar-benar terjadi pada mereka saat ini. Mereka dibolehkan bernyanyi dan menghibur para pelanggan, asalkan mau dibayar murah karna cafe itu tak sebesar cafe-cafe lain. Keduanya tak merasa keberatan untuk itu. Tiap malam mereka pasti datang dan menghibur disana. Banyak yang menyukai suara khas Rai yang lembut, melengking, dan tinggi seperti suara vokalis band vierratale yang sangat jarang dimiliki penyanyi-penyanyi di Indonesia. Ditambah lagi suara petikan gitar dari Kai yang mampu menambah ke komplitan persembahannya.

Makin lama cafe itu menjadi ramai karna adanya dua orang sahabat itu. Bayaran yang mereka terima pun semakin besar daripada sebelumnya. Rai sangat bahagia karna itu. Ditambah lagi keaktifannya mengcover lagu di youtube yang membuatnya mendapatkan sedikit uang dari sana.

Impian Dalam Mimpi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang