Sinar fajar telah terpancar dikala gelap menyelimuti bumi. Suara nyanyian burung pun terdengar merdu, kala menyambut hari baru tlah tiba. Di dalam sepetak rumah yang terbuat dari anyaman bambu, terlihat seorang pemuda baru saja tersadar dari mimpinya. Badannya terasa pegal, wajahnya sudah bonyok, seperti habis adu tinju semalam.
"Nak, kamu sudah bangun?" Tanya seorang wanita tua padanya. Pemuda itu pun menoleh kearahnya dan mengangguk pelan saja.
"Cuci mukamu dulu sana, mbah udah siapkan sarapan buat kamu," perintah wanita tua yang kerap dipanggil mbah oleh pemuda itu.
"Iya, mbah," singkat pemuda itu lalu berjalan menuju sumur yang berada di halaman rumah itu.
"Krek krek krek,"suara tali penimba yang sedang ditarik mengangkut air dari dalam sumur.
Butuh kurang lebih 30 detik untuk mendaratkan air itu sebelum digunakan."Pyuk,"
Akhirnya kesegaran bisa dirasakan pemuda itu setelah berjuang keras menciduk air sumur tersebut. Sebelum dia kembali kedalam rumah, pemuda itu terlihat menghembuskan nafas panjangnya sembari mengedarkan pandangannya keseluruh pepohonan yang mengelilingi tempatnya berpijak saat ini. "Jangan ingat hari kemarin, lalui hari ini dengan baik, dan tatap masa yang akan datang dengan keberanian. Semangat Kai. Lo hebat. Lo yang terbaik," kata pemuda itu mengawali hari dengan menyemangati diri.Sudah lama sekali sejak dirinya pindah ke Jakarta, dia belum berkunjung kerumah mbah kembali. Mbah adalah seorang wanita tua yang sudah dianggap sebagai neneknya sendiri sejak pertemuan pertamanya di Solo. Kai selalu membagi perasaannya pada mbah, terlebih pada saat dirinya merasa sedih. Nasihat yang mbah berikan untuknya mampu mengusir kesedihan itu dan membuat rasa tenang di hatinya.
Randha adalah nama asli wanita tua itu. Beliau hidup sebatang kara di sebuah gubuk kecil yang berada jauh dari pemukiman warga. Tentu ada sebab di balik semua itu, hanya saja Kai tidak mau menanyakannya pada mbah, karna itu bukan kuasanya.
Sepiring singkong rebus beserta tumis daunnya sudah tersaji di atas meja kayu yang sudah keropos dimakan usia. Dengan menggunakan kelima jarinya, makanan itupun masuk ke dalam mulut Kai tanpa penolakan.
"Ojo nesu karo kanca mu. Dhek'e lagi salah dalan. Mbok yo kowe tetep ngancani, ojo nganti dhek'e nglanggar aturan, yo," ucap mbah Randha dengan logat jawanya yang sedikit banyaknya Kai tau artinya. Hanya saja dia belum paham dengan maksudnya.
"Iyo, mbah," jawab Kai singkat.
Mbah Randha pun hanya tersenyum lalu kembali menikmati sarapannya.Setelah selesai makan, mbah Randha langsung menyuruh Kai untuk kembali ke Jakarta. Dia juga berpesan lagi agar Kai terus menjaga temannya dan mengawasinya, meskipun dari jauh. Kai pun hanya mengiyakan pesan itu, tanpa banyak bertanya. Sebuah salam perpisahan pun Kai ucapkan pada mbah. Dia berharap bisa menemui mbah kembali dilain waktu.
Pepohonan yang begitu rindang membuat cahaya matahari sulit sekali masuk kedalam hutan itu. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.25. Bersama Aki, Kai pun pergi meninggalkan rumah mbah Randha dan kembali ke kota. Pertemuan yang singkat, tetapi banyak hal yang bisa Kai dapat.
~~~~~~
Semenjak pertengkaran diantara Rai dan Kai, keduanya belum pernah bertemu dan berbicara lagi. Nomor telfon Kai juga sudah diblok oleh Rai, sehingga dia tidak punya akses komunikasi lagi dengannya. Kai tak pernah menyangka Rai akan melupakannya begitu saja. Sedih pasti, rindu jelas, tapi untuk marah ataupun kecewa, itu tidak akan pernah terjadi. Kai tetap menyayangi sahabatnya sampai kapan pun juga. Bahkan apa yang mbah Randha pesankan untuknya tetap ia lakukan sampai saat ini.Kerenggangan diantara Kai dan Rai membuat Dhaisa mampu memanfaatkannya untuk mendekati Rai. Bukan hanya dekat, tapi ia ingin mendapatkan tempat istimewa di hati Rai. Segala cara pun dilakukan untuk mencapai keinginannya itu, terlebih lagi dia memang sudah jatuh cinta pada Rai, sejak jumpa pertama.
Pertemuan yang terus menerus berlangsung membuat rasa suka di hati Rai pada Dhaisa tumbuh. Dia sama sekali tak menyangka rasa itu akan hadir di dalam hatinya. Setiap kali bersama Dhaisa, dia merasakan sebuah kenyamanan. Tak hanya itu, jantungnya juga selalu berdetak cepat ketika mereka sedang bersama. Bahkan rasa rindu juga selalu hadir dikala dirinya tak bertemu dengan Dhaisa.
Hingga disuatu malam, Dhaisa mengajak Rai pergi ke taman. Dia bilang kalau ada hal serius yang ingin dia sampaikan. Rai pun tak menolak ajakan itu. Namun entah mengapa disaat dia menuju taman itu, Dhaisa menutup matanya dengan kain merah, sehingga dirinya tak bisa melihat apapun di sekelilingnya.
"Kenapa pake ditutup segala si, Dhai? Gue kan jadi susah buat jalannya," kata Rai yang berpegang erat pada lengan Dhaisa.
"Kenapa harus ngerasa susah juga kalo ada aq si?" Respon Dhaisa seraya memegang tangan Rai dan menuntunnya menuju tempat yang sudah ia persiapkan.
Rai pun hanya menghela nafas saja.Saat ini, kedua orang itu sudah berada di depan sebuah meja persegi berukuran sedang dengan 2 kursi yang saling berhadapan yang sudah terhias cantik oleh bunga mawar merah serta lilin-lilin yang menyala remang-remang.
Perlahan penutup mata yang menghalangi pandangan Rai pun disingkirkan. Sontak saja Rai terkejut ketika melihat pemandangan yang ada di hadapannya saat ini. Dhaisa sudah berjongkok sembari memegang setangkai mawar di tangannya yang dihadapkan pada Rai.
"Aq gak mau basa basi dan ngebuang waktu untuk ungkapin perasaan Aq yang selama ini terpendam ke kamu, Rai. Aq sudah menyukai kamu sejak awal pertemuan kita. Aq jatuh cinta sama kamu, dan maukah kamu menjadi pacarku?" Kata Dhaisa to the point.
Rai pun terdiam dengan wajah terkejut sekaligus bahagianya. Tak disangka ternyata Dhaisa memiliki perasaan yang sama dengannya. Ingin sekali dia langsung menjawab "iya, aq mau," tetapi bukankah sebagai seorang wanita kita juga harus sedikit menjual mahal?
"Terimalah bunga ini, jika kamu mau menerima cintaku. Jika tidak mau? Buang saja bunganya, tapi simpan cintaku di dalam hatimu," sambungnya seraya tersenyum.
Suasana taman yang sepi dan cuaca di malam hari yang cerah dipenuhi bintang-bintang membuat suasana yang romantis tercipta alami. Dan gadis mana yang akan menolak lagi jika diberi perlakuan seromantis itu. Tak ingin membuang kesempatan, Rai pun mengambil bunga mawar yang Dhaisa tawarkan padanya lalu mencium keharumannya sembari tersenyum tanpa berucap lagi. Sudah dapat dipastikan Rai menerima cinta dari Dhaisa. Keduanya pun resmi menjadi sepasang kekasih di hari rabu 5 september 2016.
"Selamat Rai, semoga kamu menjalani hubungan dengan orang yang tepat. Aq harap, kamu akan selalu bahagia bersama dia," ucap Kai yang diam-diam memata-matai mereka dari balik pohon pucuk merah yang ada tepat di belakang kedua orang itu, lalu bergegas pergi setelah yakin kalau Rai dalam keadaan aman bersama pacar barunya.
Ada yang tau apa maksud ucapan mbah?
Sakit hati nggak si, kalo kalian ada di posisi Kai?
Komen Next buat lanjut ke part berikutnya!
Vote dan Share juga ya, supaya makin banyak mata di cerita ini✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dalam Mimpi (Selesai)
JugendliteraturAresha Raiqa Shafiyah atau kerap dipanggil Rai merupakan murid SMA Tunas Jaya kelas XII IPA 1. Gadis berpostur tubuh mungil dengan rambut hitam panjang dan bergelombang ini mempunyai segudang prestasi. Menjadi seorang penyanyi terkenal adalah cita-c...