11. Karir atau Pendidikan?

23 3 2
                                    

Semakin hari konten yang Rai dan kedua temannya buat semakin banyak. Respon dari para penggemar musik pun sangat baik sehingga undangan job bernyanyi Rai semakin banyak. Rai sangat senang dan sangat berantusias memenuhi job itu. Bahkan, dirinya juga mendapat undangan di acara talk show di salah satu program tv nasional. Sempat ada rasa ragu bagi Rai untuk menerima undangan itu, tetapi setelah dia mendapat keyakinan, dia menyetujuinya. Dan dari itulah jalan Rai menuju kepopulerannya mulai terbuka lebar.

Banyak produser musik yang mulai meliriknya, dan ada pula yang sudah berusaha mendekati Rai dengan memberikan iming-iming yang menggiurkan untuknya. Siapa yang akan membuang kesempatan itu? Tanpa pikir panjang Rai menyetujui kerjasama dengan salah satu produser musik. Dibuatkanlah single pertama untuknya. Namun semua itu butuh proses bukan?

Nama Rai kini menjadi sorotan di masyarakat. Channel youtube-nya pun berkembang pesat saat ini. Semenjak itu Rai menjadi sangat sibuk sampai-sampai dia melupakan tugasnya sebagai seorang siswa. Dalam satu minggu, dia hanya berangkat 2-3 hari saja itupun dengan jam yang tak penuh, hari lainnya ia gunakan untuk mendatangi undangan bernyanyinya.

Dua minggu lagi ujian kelulusannya akan dilangsungkan. Akan tetapi anak itu masih sibuk dengan pekerjaan barunya. Padahal, semua siswa kelas XII yang lain  sudah fokus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang paling ditakuti selama hampir tiga tahun ini. Kai sangat mengkhawatirkan sahabatnya itu. Dia takut Rai tidak bisa lulus karna itu. Tak tinggal diam, Kai pun menegur Rai secara baik-baik dan memberinya pengertian untuk fokus pada pendidikannya terlebih dahulu. Kebetulan malam ini Rai tidak ada job, jadi Kai bisa memanfaatkan waktunya untuk bicara. Namun ternyata itu tak semudah yang dia bayangkan.

"Rai," panggil Kai pada Rai yang sedang sibuk menatap layar ponselnya sembari tertawa sendiri.

"Hem," respon Rai yang masih cekikikan sendiri.

"Gue mau ngomong serius sama, lo. Bisa gak hp lo disimpen dulu?" Ucap Kai dengan sopan.

"Ngomong apa si? Mending liat nih,  lucu banget loh filmya!" Sahut Rai sembari menunjukkan layar ponselnya pada Kai.

Kai pun melihatnya  dengan malas. Sangat tidak berguna, menurutnya. Ada rasa ingin merebut ponsel itu dari Rai, tetapi Kai tidak mau membuat masalah dan menunggunya selesai menonton film komedi itu. Sampai-sampai dia tertidur di kursi kayu saking lamanya Rai menonton.

"Kai, bangun! Udah malem nih. Gue mau tidur. Lo pulang sana," kata Rai sembari membereskan gelas dan piring yang ada di atas meja.

Kai pun langsung terbangun dan terkejut ketika mendengar suara Rai itu. "Eh, iya. Lo udah selesai?" Jawab Kai sembari mengucek matanya.

"Udah. Lo pulang sana, besok temenin gue lagi ya," pintanya yang sudah membukakan pintu untuk Sang Sahabat.

"Sebentar, Rai. Gue kan belum ngomong sama lo, masa udah disuruh pergi aja," sergahnya.

"Huft, mau ngomong apa si, Kai? Bentar aja loh! Gue udah ngantuk nih," jawab Rai yang duduk kembali.

Kai pun mengangguk dan mulai mengatakan apa yang ingin dia katakan tadi. "Sebentar lagi ujian. Gue harap lo bisa fokus belajar dulu. Besok lo enggak usah pergi nyanyi yah, sampai kita benar-benar lulus," ujar Kai.

"Loh, ya enggak bisa gitu dong Kai. Gue udah dapet job dari mereka. Lagian mereka juga udah bayar setengah ke gue, masa gue batalin secara sepihak gini si!" sergah Rai seraya bangkit dari duduknya dengan kedua tangannya yang dilipat di atas perut.

"Terus kalo lo tetep nyanyi, gimana sama sekolah lo? Tinggal sebentar loh kita lulus. Apa lo mau sia-siain perjuangan lo selama hampir tiga tahun ini hanya karna nyanyi?" Tandas pemuda itu menatap dalam mata Rai.

Rai diam tak berkata setelah itu. Dia kembali duduk dengan wajah yang nampak kesal sekaligus pikirannya terganggu dengan kata-kata Kai.

"Gue cuma kasih saran aja sama lo, Rai. Menurut gue, lo harus fokus kependidikan lo dulu, baru setelah itu karir lo. Waktu sebulan itu gak lama kok. Dan gue yakin, mereka yang udah ngasih kepercayaan buat lo nyanyi bakal ngerti dengan keadaan lo," jelas Kai yang tak melepas pandangannya dari wajah Rai yang ditekuk. "Tapi ya itu terserah lo si. Gue cuma nyaranin itu aja, selebihnya lo yang nentuin sendiri," tambahnya.

"Ya udah ya, gue balik dulu," pamit Kai seraya bangkit dari duduknya. "Kalo ada apa-apa kabarin gue ya. Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam," jawab Rai yang membuang pandangannya dari Sang Sahabat.

Kai pun bergegas pulang karna sudah jam sembilan malam. Lagian dia sudah tidak ada urusan di rumah Rai. Bersama sang motor kesayangan, Aki, perjalanan menuju rumah terasa lebih cepat. Apalagi kondisi jalan yang tak terlalu ramai. Hanya saja banyak pemuda yang sedang nongkrong di pinggir jalan yang gelap dan sepi. Hampir di setiap sudut Kai melihatnya. Memang kurang pekerjaan sekali orang-orang seperti itu. Apa asiknya duduk di tempat yang sepi juga gelap malam-malam begini. Lebih baik tidur di rumah.

Udara dingin mulai merasuk kedalam tubuh Kai yang hanya mengenakan kaos lengan panjang hitam tanpa jaket sebagai pelindungnya. Rambutnya juga berterbangan karna hembusan angin yang terus menerpanya. Helm yang seharusnya menjadi pelindung kepala malah digantungkan di lengan kirinya saja. Pemuda itu masih memikirkan Sang Sahabat. Dia khawatir Rai tidak bisa menentukan keputusan yang benar. Hingga sampai di rumah pun ia terus memikirkannya.


Kira-kira Rai bakal milih karir atau pendidikannya ya?

Kalo kamu di posisi Rai, apa yang kamu pilih?

Wajib Next nggak?
Kalo iya, spam komen di kolom komentar ya!

Vote & share jangan ketinggalan juga🤗

See you🌹





Impian Dalam Mimpi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang