002.

2.9K 378 74
                                    

WHEREVER YOU ARE || 002

copyright, 30 Oktober 2022

.
.
.

PAGI telah menjelang, kicauan burung-burung yang bernyanyi menyambut sang matahari. Ayunan lembut dedaunan yang tertiup angin tak lantas membuat dua anak Adam yang bergelung dalam selimut tebal itu terganggu. Cahaya yang menyusup melalui celah-celah gorden tak dihiraukan kala salah satunya mengerang sembari meringkuk lebih jauh ke dalam hangatnya pelukan.

Keduanya tetap bergeming, melanjutkan tidur yang terasa sayang untuk dilewatkan setelah sebelumnya semalaman suntuk hampir terjaga tanpa rasa kantuk. Mengabaikan ketukan dari seseorang di balik pintu yang mana, lama kelamaan membuat salah satunya tak bisa untuk tak membuka mata meski kantuknya masih mendera.

Seolah memiliki intuisi, ketukan itu pun berhenti. Benar-benar mengganggu seseorang dengan rambut hitam gelapnya yang pekat melebihi bayangan yang kini terbangun dengan kerutan samar di dahinya.

“Apa-apaan?” gumamnya menghela pelan.

Ia bangun namun, seketika terdiam saat merasakan hangat tubuh seseorang menempel di tubuhnya. Helaian merah lembut yang berantakan berserakan di dadanya, menghalangi pandangannya yang sejenak membulatkan mata sebelum akhirnya sadar bahwa dirinya tidur bersama belahan jiwanya tadi malam.

“Benar, bagaimana bisa aku lupa?” ucapnya sembari menjatuhkan kembali kepalanya ke bantal setelah sebelumnya terangkat dengan niat untuk beranjak dari tempat tidur. Tetapi, karena ada Cale yang meringkuk di pelukannya, membuat ia mengurungkan niat dan memilih untuk menatap langit-langit kamar bangsawan muda itu.

Benar. Semalam, setelah keduanya benar-benar memastikan bahwa mereka telah terikat, pemuda berambut merah itu membawanya pulang ke kediamannya.

Tentu saja, itu dilakukan secara diam-diam. Sangat tidak mungkin bagi Cale untuk membawa seorang pria asing dengan rentang usia yang setengah dari usianya lolos melewati pintu utama kediaman Henituse. Sudah pasti para penjaga akan membuat keributan dan hal yang paling mengerikan adalah kemungkinan dirinya akan dipenggal oleh si pembunuh kejam, Ron Molan yang bekerja sebagai Kepala Pelayan. Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding tak karuan.

“Hal pertama yang harus aku tahu sekarang adalah tanggal berapa ini?”

Mengingat dirinya tak tahu telah berpindah di hari apa tentunya ada kemungkinan bahwa Kepala Pelayan kejam itu masih ada di kediaman Henituse meski ia mengharapkan sebaliknya tetapi, dilihat dari bagaimana kondisi Cale yang ‘masih’ baik-baik saja kemungkinannya adalah yang pertama.

“Kalau begitu, aku harus mencegah Cale dipukuli oleh Choi Han.”

Melihat kembali pada Cale yang semakin meringkuk di pelukannya, Rok Soo berpikir akan menjadi masalah jika bajingan kecil ini dipukuli.

Tidak. Bukannya ia takut untuk ikut merasakan rasa sakit yang sama tetapi, firasatnya sendiri mengatakan bahwa kesejahteraan orang-orang di sekitar si rambut merah akan menjadi taruhannya. Entah kenapa, ia merasa seperti akan menghancurkan apa pun jika sesuatu terjadi pada si rambut merah.

Perasaan aneh yang tak ia ketahui menggeliat dalam hatinya yang... jikalau diganggu akan membuat sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

“Itulah kenapa, aku harus memastikan agar Cale tidak terluka.”

Sekarang Rok Soo mulai memikirkannya. Sejauh yang ia ketahui tentang dirinya sendiri adalah ia tak pernah memiliki ketertarikan atau kecenderungan terhadap sesuatu terutama seseorang. Bahkan ketika ia terlempar ke dunia yang berbeda dari dunianya berasal, ia masih bisa tetap bersikap tenang.

Wherever You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang