092.

480 33 4
                                    


WHEREVER YOU ARE || 092

copyright, 01 September 2024—

.
.
.

SEBELUM benar-benar kembali ke Timu Laut, Cale terlebih dulu pergi ke istana. Tujuannya datang kemari bukanlah untuk menemui Putra Mahkota meskipun ia ingin tetapi, pergi menghadap ke Raja. Karena Pangeran Alberu memutuskan pertunangan maka maklumat perjodohan antara Ibunya dan keluarga kerajaan pun secara otomatis batal.

Sebenarnya, itu masih bisa dilanjutkan. Hanya saja, Alberu sama sekali tidak ingin bernegosiasi bahkan setelah Deruth datang menemuinya sehingga Raja Zed mau tak mau membatalkan perjodohan itu dan mengembalikan maklumat yang diberikan oleh Jour kepada istrinya.

Pertemuan Cale dengan Raja Zed tidak terlalu lama namun, yang membuatnya tidak segera kembali ialah pemandangan Alberu dan Choi Han yang sedang bersenda gurau di rumah kaca. Keduanya tampak harmonis dan bahagia, mengobrol serta tertawa seolah-olah dunia hanya milik berdua.

Cale berdiri di luar rumah kaca, menatap ke arah mereka merdua yang duduk berdampingan sembari saling menggoda. Tak ada yang tahu betapa remuk redamnya hatinya sekarang. Melihat dengan mata kepalanya sendiri mantan tunangannya yang sangat ia cintai mencium dan memeluk kekasih barunya.

Dalam ingatannya, Cale tak pernah diperlakukan seperti itu. Sejauh yang ia ingat, Alberu selalu menjaga jarak aman darinya, memperlakukannya dengan sopan seolah menghormatinya namun, pada kenyataannya pria itu diam-diam mengkhianatinya di belakang punggungnya. Sesuatu seperti ia yang tak bisa disentuh seketika membuatnya mulai berpikir betapa tidak bergunanya ia sebagai kekasih. Tak bisa memberikan apapun kepada tunangannya yang begitu haus kasih sayang.

Tak hanya tak memberi kenikmatan fisiologis yang didambakan tetapi, juga tidak membiarkannya untuk sekedar menciumnya. Wajar saja jika laki-laki dewasa seperti Alberu akan mencari orang lain untuk memuaskan kebutuhan fisiologisnya karena memang memiliki tunangan sepertinya yang tak peka akan hal itu sangatlah tidak berguna.

Mata Cale masih tertuju pada keduanya yang saat ini melepaskan ciuman, menyatukan kening sembari tersenyum riang. Cale menelan ludahnya susah, merasa tenggorokan kering. Suaranya tercekat, dan ia hanya bisa menatap keduanya dengan tatapan kosong.

Amarah di hatinya yang terlalu menggebu membuatnya tak tahu lagi harus melampiaskannya dengan cara apa. Begitu besarnya sehingga ia hanya bisa diam dengan mata penuh sorot kesakitan dan kepedihan.

Menarik napas guna mengurai sesak, Cale dengan lemah membalikkan tubuhnya. Tak ada lagi yang bisa dilakukan, sekalipun ia tak rela san ingin melampiaskan kemarahan, itu rasanya sudah tak lagi berguna. Jadi, dengan hati berat dan penuh rasa ketidakrelaan, ia melangkahkan kakinya namun, belum sempat ia berjalan, sebuah suara menghentikannya.

“Apa yang dilakukan Tuan Muda Cale di sini?”

Cale seketika berbalik, menatap Choi Han dengan kening mengernyit.

“Jangan bilang Tuan Muda Cale datang kemari untuk bertemu Yang Mulia?” Choi Han memiringkan kepalanya sambil berkedip polos yang seketika membuat Cale memutar kedua bola matanya.

“Urusannya denganmu apa? Terserahku mau bertemu dengan Hyung-nim atau tidak, itu tidak ada urusannya denganmu!” semprot Cale dengan nada penuh kebencian.

“Tentu saja, ada.” Choi Han tersenyum, melangkah maju dan berdiri tepat di depan Cale yang menatapnya tak suka.

“Aku adalah tunangannya.” Pemuda itu mengangkat alisnya. “Akan menjadi masalah jika kau datang menemui Yang Mulia.”

Wherever You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang